Album Review : 'Bunga Elektronika Vol.2'

Album Review : 'Bunga Elektronika Vol.2'

Dead Pepaya Records pamerkan permata elektronik bawah tanah. Budaya dramatik yang sudah mendarah daging dalam gaya hidup masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi atmosfer karya elektronika mereka untuk edisi kedua Bunga Elektronika ini

Awak yang berbasis di Jakarta menggali jauh ke bawah tanah Indonesia dengan rilis baru mereka yang menakjubkan. Doublesider yang formulanya terbukti ampuh membangkitkan hormone dopamine  dalam tubuh.

Dirilis oleh label dua bendera yang berbasis di Jakarta ini kembali dengan angsuran kedua dalam seri termutakhir mereka, Bunga Elektronika. Inkarnasi terbaru berlanjut dalam nada label yang sejauh ini tanpa kompromi, menampilkan jam elektronik avant-garde yang mendalam dari  Turismo Avenue dan Jaqués.

Atas nama persatuan pemadat pendaki gunung dan perusuh lantai dansa, saya perlu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dead Pepaya Records – label musik elektronika asal Ibukota yang lahir dari inisitatif Pepaya Records dan Dead Records –  yang mungkin tanpa sepak terjang dari label ini, akan langka momennya untuk kita melihat dan mendengarkan lagi musik elektronik post-club dari Indonesia yang kalau dihitung jari pun masih sedikit jumlahnya.

Sebagai pengingat memori, Dead Pepaya Records sendiri mulai aktif setelah rilisan pertama mereka di 2020, Moda Ekuator tepatnya pada bulan Mei, disusul Bunga Elektronika Vol.1 yang diisi dua lagu perkusif bernuansa rave, “Hasan Club” karya Fyahman, musisi asal Jakarta, dan “Synthetic Reality” karya Xin Lie, musisi asal Bandung.

Bagi saya, seri pertama Bunga Elektronika mampu menyuguhkan musik rave yang bagus. Sebuah ekstasi yang merangsang inderawi mencapai titik klimaksnya. Mereka menjelajahi perjalanan berat dunia tabuh menabuh - beat perkusi, dilanjutkan menyelami jagat maya, pembajakan suara demi suara, hingga elemen dari seni pertunjukkan tradisional Sunda yang menampilkan epos sekelompok penunggang kuda.

Dead Pepaya lahir sebagai proyek bersama dua label yang berkumpul di bawah bendera gabungan. Tiga rilisannya dalam jejak digital disisipi sebuah manifesto akan tiba masanya benderang terang bagi musik elektronik  bawah tanah Indonesia. 

Sambungan dari serial doublesider Bunga Elektronika  Vol. 2 berfokus pada talenta-talenta lokal musik elektronik aneh bin ajaib Indonesia. Judul tersebut terinspirasi dari "Seblak-Seblak (Bunga Elektronika)" dari grup Anno '69 milik Gombloh & Lemon Tree. Lagu “Bunga Elektronika” ini membangun lanskap suara kengerian, keadaan dimana internet adalah maha segalanya dan manusia terhubung dengan metadata. Bunga Elektronik Vol. 2 adalah sebuah seri yang bertujuan menghidupkan kembali karya musik elektronik yang berbunyi ‘tidak jelas’, segmented, bahkan underrated, atau asing dan tidak umum sekalipun.

Seri berikutnya, dimulai lewat bebunyian karya Turismo Avenue aka John Van Der Mijl yang membuat tubuh dan pikiran saya seketika saja diajak berkelana penuh semangat di taman dipenuhi fungi yang trippy selama delapan menit tujuh detik. Atmosfer techno, lebatnya rimba house, unsur tropical padu menjadi satu. Magis menghipnotis. Halusinasi yang tidak berakhir tragis. Perjalanan spiritual ke alam versi ‘Inviamo’ lengkap dengan struktur harmoni yang sahih. Gelombang tekstur organik yang lembut ditambah dengan nada bass yang menggetarkan dan pukulan drum yang berdebar kencang.

Selanjutnya, Jaqués – sound designer musik asal kota Bandung, memberikan ‘irama tanaman’ yang berdenyut. Mempersembahkan 'ARP2600', di mana atmosfer yang menghantui menciptakan panorama yang luas, sebelum arpeggio synth yang rumit digabungkan dengan celestial pad dan ritme yang mengaduk untuk menciptakan soundscape meta-ambient yang menggugah dan sangat imersif.  Dead Pepaya dengan bangga mempersembahkan suara yang dibuat dengan kompleks ini, menunjukkan bahwa mereka memberikan refleksi yang mencolok dari esensi bercorak Indonesia.

Kedua lagu unggulan dari dua musisi yang saling sumbang karya melengkapi dengan indah, di mana masing-masing dari karya musisi maupun rilisan Dead Pepaya records sangat sulit untuk dilewatkan, sebagai sesuatu yang mampu menggambarkan rilisan kali ini sebagai "a bold take on bass and ambience".

BACA JUGA - Song Review : Impromptu – “I Love You, I Said”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner