Bengbeng : Si ‘Koki’ Musik yang Unik dan Eksploratif

Bengbeng : Si ‘Koki’ Musik yang Unik dan Eksploratif

Sumber foto : Diambil dari akun instagram @bengbengpas

Hampir semua lick gitar yang Bengbeng mainkan terdengar anthemic, hingga tidak heran hal tersebut membuat lagu-lagu Pas Band terdengar memorable

Setiap bulannya DCDC selalu menuliskan tentang kiprah musisi-musisi ‘senior’ yang dianggap penting dan bisa menginspirasi musisi-musisi setelahnya/baru dalam memaknai musik sebagai dunia yang menyenangkan, selain tentunya menjadi ‘hidup’ bagi si musisinya itu sendiri. Dalam beberapa artikel ke belakang tentunya tidak semua setuju dengan apa yang dituliskan, namun toh nyatanya semua musisi yang ditulis di rubrik “Legend Musician” ini terbukti punya dampak signifikan bagi sejarah musik di tanah air, khususnya dalam ruang lingkup scene musik indie di Indonesia.

Setelah sebelumnya DCDC menuliskan Yuki dan Richard dari Pas Band, agaknya sang gitaris pun nampaknya masuk radar DCDC untuk juga masuk dalam daftar “Legend Musician”. Betapa tidak, gitaris bernama lengkap Bambang Sutejo alias Bengbeng ini selalu tampil dengan semua kekhasan permainan gitarnya, hingga pada perjalanannya dia telah membidani puluhan lagu hits dari Pas Band yang dianggap menjadi cetak biru bagi musik tanah air. Jika sang drummer, Richard punya andil besar dalam melahirkan generasi independen dengan semua pergerakannya bersama sang manajer, Samuel Marudut, maka Bengbeng kami rasa punya andil besar sebagai ‘koki’ dalam isian musik-musik Pas Band selama ini.

Dalam sebuah wawancara Bengbeng pernah ditanya tentang tips and trick bermain gitar. Uniknya, dia hanya menjawab jika kuncinya bermain gitar itu cukup dengan bersenang-senang.

“kamu hanya memainkan apa yang kamu suka dan terus melakukannya, hingga bermain gitar kemudian terasa menyenangkan”, ujar Bengbeng.

Nampaknya, kutipan tersebut benar-benar dia jalani, di mana dia dengan permainan gitarnya kerap terdengar ‘out of the box’ dan terasa sekali kekhasannya. Mungkin sedikit terpengaruh juga dengan permainan gitar Tom Morello yang juga sama-sama menempatkan gitar sebagai arena untuk bersenang-senang. Bengbeng kemudian banyak melahirkan lick-lick gitar unik dengan desain suara yang mungkin pada zamannya terdengar tidak biasa, bahkan ketika didengar lagi belasan tahun kemudian soundnya masih terdengar fresh.

Hampir semua lick gitar yang dia mainkan terdengar anthemic, hingga tidak heran hal tersebut membuat lagu-lagu Pas Band terdengar memorable. Misalnya saja di lagu “Impresi”. Di lagu tersebut Bengbeng berhasil melengkapi intro drum iconik dari Richard dengan riff riff gitarnya yang terasa kawin dengan bangunan ritmis di lagu itu. Atau ketika dia membuat riff gitar lagu “Jengah” misalnya. Untuk generasi 2000an awal agaknya riff gitar di lagu itu menjadi wajib dimainkan, mengingat lagunya sendiri kerap wara-wiri di panggung-panggung festival musik saat itu.

Atau dengar juga bagaimana dia dan sang adik (bassis Pas Band), Bambang Sutrisno alias Trisnoize menyajikan lick-lick sederhana namun memorable hingga hari ini. Saya pikir jika bukan karena kepekaannya mengolah nada-nada dalam gitarnya, rasanya tidak mungkin lick sederhana semacam itu bisa terdengar memorable. Bengbeng dan Pas Band agaknya akan selalu bisa dihubungkan dengan kata memorable, di mana memang lagu-lagu Pas memang dibuat sebagai cetak biru musik alternatif Indonesia saat itu, bahkan hingga hari ini, jika bicara tentang musik alternatif, indie, dan semua yang berhubungan dengan semangat DIY agaknya nama Pas Band akan selalu masuk dalam radar.

Dalam skala yang lebih luas, rasanya tidak berlebihan juga jika nama Bengbeng menjadi catatan penting bagi musik rock di tanah air, mengingat nama Bengbeng juga pernah menjadi bagian dari band rock papan atas Indonesia, Boomerang dan Jamrud.  Aksi panggung  yang heboh dengan sound yang unik menjadikan Bengbeng salah satu gitaris yang ‘nyolong’ dan mudah diingat, apalagi dengan gitar dan amplinya yang bermotif zebra.

Sound gitar yang eksperimental dan bisa dibilang out of the box khas Bengbeng memberikan persepsi bahwa dia menggunakan efek yang mahal, padahal Bengbeng hanya menggunakan efek digital dan beberapa stompbox dengan harga yang tidak mahal.

“Sebenernya sih saya bukan orang yang ngulik atau apa ya, kalo nemu suara yang enak pasti langsung saya aplikasikan menjadi suatu karya” jelas Bengbeng. Bahkan dia berujar jika untuk menunjang permainannya dia tidak memerlukan gear yang mahal, yang penting aplikatif (dikutip dari wawancara Bengbeng dengan soundcorners.com-red)

Eksplorasi musikal Bengbeng kemudian tersaji pula di band proyekan dia lainnya, Air. Memang tidak sebesar Pas Band, namun agaknya bagi generasi 90an akhir rasanya akan tahu lirik lagu ini ;

“Bintang di langit kerlip engkau disana memberi cahayanya di setiap insan. Malam yang dingin kuharap engkau datang memberi kerinduan di sela mimpi-mimpinya”

Baik dengan Pas Band atau proyek musik lainnya permainan gitar Bengbeng akan selalu terdengar menyenangkan dan eksploratif. Dia bermain seakan tanpa beban dan pretensi apapun. Sepertinya dia membuang jauh-jauh keinginan untuk bisa dikatakan gitaris terbaik di Indonesia, karena baginya bermain gitar adalah bersenang-senang. Dengan atau tanpa embel-embel predikat gitaris terbaik Indonesia dia akan terus bermain dan bereksplorasi dengan gitar dan desain suaranya.  

BACA JUGA - Ucok ‘Homicide’ dan Sisi Hip Hop yang Dia Percaya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner