Berhenti di 15 Bersama Arian 13

Berhenti di 15 Bersama Arian 13

Sumber foto : https://hai.grid.id/

Hampir tiga puluh tahun mendedikasikan dirinya sebagai seorang vokalis, membuat nama Arian 13 menjadi diperhitungkan, baik itu dari cara dia bernyanyi  di atas panggung, maupun dari kebiasaan dia membuat ‘onar’

Suatu hari, Arian Arifin, seorang remaja penggemar musik extreme iseng mencorat-coret tas temannya dengan nama-nama band metal favoritnya. Beberapa hari setelah itu Arian mendapati tas temannya ada penambahan logo band lainnya diluar dari yang dia buat. Iseng lagi, dia menambahkan lagi coretan band favoritnya. Selang beberapa hari seseorang misterius itu kembali menambahkan logo band lainnya di tas temannya Arian. Tidak sadar mereka jadi seperti sedang battle dalam urusan mencorat-coret tas dengan nama band favorit masing-masing. Singkat cerita, ketahuan lah jika nama orang misterius itu adalah Robin Malau, seorang yang juga menggemari musik extreme seperti Arian. Keduanya berkenalan hingga mereka membuat band bernama Puppen pada tahun 1992. Cerita tentang Arian sebagai vokalis band 'cadas' pun dimulai.

Lebih kurang sepuluh tahun sejak didirikan pada tahun 1992 dan dibubarkan pada tahun 2002, Arian kemudian meneruskan perjalanan bermusiknya dengan mendirikan Seringai hingga hari ini. Sempat bereksplorasi dengan sebuah band bernama Aparatmati bersama (alm) Eben ‘Burgerkill’, Anggarez, dan Eddy Khemod, yang hanya seumur jagung dengan satu kali manggung, Arian dan Khemod kemudian memantapkan pilihan pada Seringai.

Hampir tiga puluh tahun mendedikasikan dirinya sebagai seorang vokalis, membuat nama Arian 13 menjadi diperhitungkan, baik itu dari cara dia bernyanyi di atas panggung, maupun dari kebiasaan dia membuat ‘onar’ dengan apa yang dia lakukan. Salah satu ‘keonaran’ yang dia lakukan misalnya ketika membuat kaus Seringai edisi Lencana, dimana di dalamnya Arian memberikan kritik lewat kalimat “Melindungi dan Melayani Siapa?”, yang seperti banyak dari kita tahu, slogan itu adalah plesetan dari jargon instansi aparat pemerintah. Atau ketika dia berorasi mengkritik kebijakan seorang menteri, yang dia utarakan saat dia manggung. Hal ini berbuntut marahnya sebuah ormas terhadap dirinya, yang dianggap sedang menebarkan kebencian lewat orasinya.

Arian merasa perlu bersuara tentang hal-hal yang menurutnya tidak beres. Hal itu tergambar salah satunya lewat lirik lagu “Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan)”, yang dilatar belakangi keresahan Arian dengan ulah sekelompok orang yang memaksakan ideologinya terhadap banyak orang, sehingga hal itu kemudian dimentahkan Arian lewat penggalan lirik yang berbunyi “individu merdeka!” (dengan tanda seru), dan kepalan tangan para Serigala Militia (penggemar Seringai) di udara.

Tanpa mengecilkan peran dari personil lainnya, Seringai beruntung mempunyai seorang frontman Arian 13, yang tidak hanya bisa menjadi ‘provokator’ di atas panggung, tapi juga bisa menjadi ilustrator yang bertanggung jawab akan image dari Seringai. Arian cukup jeli dengan penciptaan karakter serigala sebagai image bandnya. Ini menjadi bersinergi dengan nama Seringai itu sendiri. Jika saja kita mengetik kata Seringai di mesin pencarian Google misalnya, beberapa sugesti yang muncul akan menampilkan gambar sesosok serigala. Pada akhirnya, Seringai dan serigala sendiri menjadi padu padan yang pas, sebagai gimmick penciptaan image mereka. Sebuah band rock dengan karakter serigala kiranya akan menjadi sesuatu yang cool, dan ini dibuktikan dengan barisan penggemar Seringai yang biasa disebut dengan nama Serigala Militia. Coba bayangkan jika Arian memilih binatang lain sebagai karakter yang dia pilih sebagai image bandnya, kelinci misalnya.

Selain berperan penting dalam penciptaan image di Seringai, Arian juga menjadi yang paling bertanggung jawab untuk urusan lirik di lagu-lagu Seringai. Bahkan sejak masih tergabung dengan Puppen, Arian kerap menggaungkan semangat untuk menolak tua, yang kemudian menjadi identik dengan gaya penulisannya. Dari era Puppen hingga Seringai Arian sering mengetengahkan ajakan untuk tetap berjiwa muda dan bersenang-senang dengan passionnya. Ingat lirik lagu “Atur Aku” dari Puppen? Ada potongan lirik seperti ini “panggil aku keras kepala dan bodoh. Dewasa aku tak akan berubah, ini aku ku atur jalan hidupku”.

Lagu “Atur Aku” jadi begitu membekas bagi anak muda pada era itu hingga mungkin sampai anak zaman sekarang yang merasa terwakili dengan lirik lagu itu. Syukurlah Arian belum berubah, karena hingga hari ini dia masih mengutarakan ajakan untuk bersenang-senang lewat lagu-lagunya. Misalnya saja lagu “Adrenalin Merusuh”, “Selamanya”, atau mungkin –menarik waktu ke belakang- ada lagu Seringai yang berjudul “Berhenti di 15”. Semua huru hara hura hura masa remaja tersebut kemudian dirangkum Arian dan Seringai lewat sebuah kalimat sakti yang menjadi identik dengan Seringai : “Generasi Menolak Tua”. Sebuah kutipan yang juga dijadikan judul untuk film dokumenter Seringai, karya sang bassis, Sammy Bramantyo.

Kesenangan Arian akan sesuatu yang menyala dan berjiwa muda pun bahkan masih menjadi tajuk utama di album terakhir Seringai, Seperti Api. Frasa ini lagi-lagi bicara tentang menyalakan api jiwa muda yang masih akan terus menyala. Mungkin kutipan “If the music is too loud, you're too old” tidak berlaku bagi Arian, karena hingga hari ini distorsi masih menjadi karib menyenangkan baginya.

Sejumlah album yang dia hasilkan bersama dengan Puppen dan Seringai, record label hingga kiprahnya di scene musik ‘indie’ tanah air (Arian pernah membuat zine bernama Tigabelas, dan pernah menjadi jurnalis/editor untuk salah satu majalah musik) jadi catatan tersendiri bagi generasi setelahnya jika Arian memang ‘seseorang’ di ranah musik tanah air. Tidak berlebihan pula jika namanya masuk dalam katalog musisi legenda di Indonesia. Mungkin vokal Arian tidak semerdu rekannya di Puppen, Marcel Siahaan. Namun apa yang dia tulis dan teriakan mampu bicara lebih tentang apa yang dia yakini. Tentang renjana yang (harus) terus menyala. Long live 13!

BACA JUGA - ‘The True Megabenz’ : Sang Motor Penggerak Burgerkill

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner