Festival Musik dan Segala Polemik di Dalamnya

Festival Musik dan Segala Polemik di Dalamnya

Di sisi lain, celah mencari keuntungan – dalam ranah konser musik – juga sudah dinantikan oleh beberapa oknum yang melakukan penipuan dengan modus penjualan tiket, dan belum lama ini hal serupa turut dilakukan oleh salah satu oknum yang katanya adalah seorang ‘musisi’

Memasuki tahun 2023 ini festival musik memang sedang marak diselenggarakan. Protokol kesehatan yang mulai longgar, dan hasrat menonton konser musik yang semakin menggebu menjadi poin utama banyak terselenggaranya festival musik di Indonesia. Hal itu tentunya menjadi angin segar bagi para promotor event yang beberapa waktu ke belakang ‘mati suri’ karena pandemi. Dalam kurun waktu tiga bulan di tahun 2023 ini ratusan poster festival musik bertebaran di sosial media, tentunya dengan line-up yang menggiurkan. Akan tetapi terdapat banyak polemik yang lagi-lagi menarik untuk ditulis di meja redaksi DCDC.

Berawal dari semua kesenangan yang terjadi selama terselenggaranya ragam festival musik, nampaknya aroma ‘cuan’ mulai terasa oleh banyak pihak. Poster-poster festival di berbagai kota besar Indonesia lengkap dengan line-up yang ‘gila’ dan tiket yang terbilang murah semakin marak bertebaran. Masalah muncul ketika beberapa dari festival yang posternya sudah tersebar itu mulai melakukan postpone pada acaranya. Semua terlihat baik-baik saja ketika para panitia memberikan penjelasan dan jadwal baru setelah penundaan.

Lanjut hingga hari H pelaksanaan festival, tidak ada kejelasan lebih lanjut tentang festival yang diadakan hingga akhirnya para panitia menjelaskan segala kendala lalu festival urung digelar, dan penyelenggara berjanji akan melakukan Re-fund bagi yang sudah membeli tiket. Namun hingga waktu yang dijanjikan, sangat jarang sekali promotor event tersebut yang benar-benar melakukan pengembalian uang.

Semua kebobrokan dari para promotor ‘bodong’ itu mampu memakan korban dengan jumlah yang tak sedikit, dan dengan pola penipuan yang sama. Hal semacam ini tentunya menjadi sebuah keresahan bagi para penikmat musik, terlebih uforia ‘nonton konser’ sedang tinggi dan menjadi tren bagi sebagian besar kalangan muda. Langkah yang tepat guna mengurangi hal-hal semacam itu adalah konfirmasi dari setiap band/musisi yang tercantum di poster-poster festival, atau bisa dilihat dari riwayat penyelenggaraan festival-festival yang marak di kanal media.

Di sisi lain, celah mencari keuntungan – dalam ranah konser musik – juga sudah dinantikan oleh beberapa oknum yang melakukan penipuan dengan modus penjualan tiket. Belum lama ini hal serupa turut dilakukan oleh salah satu oknum yang katanya ‘musisi’. Ia mengakui bahwa dirinya melakukan Scam tiket sebuah konser besar dengan Arctic Monkeys sebagai pengisi utamanya. Dirinya beralasan melakukan hal tak terpuji itu guna memenuhi biaya pengobatan ibunya. Apapun alasannya segala bentuk penipuan tidak bisa ditoleransi, terlebih dirinya sudah punya nama – kalau memang benar-benar musisi – pastinya punya ‘koneksi’ yang luas. Sangat disayangkan, ia memutus jalannya sendiri dengan kekonyolannya.

Semua hal yang sudah terjadi tentunya menjadikan festival musik bisa dicap sebagai sebuah peristiwa atau fenomena, yang mana di dalamnya terdapat banyak kejadian yang mewarnainya. Terlepas dari itu, segala bentuk permainan ‘kotor’ para promotor atau siapapun yang berhubungan dengan festival, harus lebih aware soal segala detil yang ada agar hal-hal kurang sedap tidak terulangi lagi. Dan satu lagi, saya harap bagi berbagai pihak terkait untuk menemukan titik temu dalam meminimalisir segala bentuk penipuan dalam ranah festival, konser atau event yang berhubungan dengan musik.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner