Jangan Mimpi untuk Panggung Musik di 2021!

Jangan Mimpi untuk Panggung Musik di 2021!

Dari beberapa sumber yang berhasil dikumpulkan, izin penyelenggaraan konser Download Festival mengalami banyak penambahan syarat yang wajib dipenuhi, baik oleh penyelenggara maupun para calon penonton. Beberapa di antaranya adalah setiap penonton yang hendak membeli tiket secara online wajib menyertakan bukti sertifikat vaksin. Setelah lolos dari loket tiket online, saringan berikutnya adalah di lokasi festival. Setiap penonton yang telah memiliki tiket wajib menyertakan bukti bebas Covid lewat hasil tes yang mereka bawa. Pihak penyelenggara juga menyediakan area khusus untuk melakukan tes Covid bagi para calon penonton yang tidak memiliki bukti keterangan bebas Covid. Apabila ada calon penonton yang terbukti positif terpapar Covid, pihak penyelenggara langsung berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat untuk segera mengevakuasi orang tersebut untuk dilakukan karantina. Begitu penonton masuk area festival, tidak diwajibkan untuk menggunakan masker dan menjaga jarak. Namun, semua petugas resmi di area festival diwajibkan menggunakan masker dan menyediakan alat cuci tangan.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah Amerika dan Inggris tentu bukan kebijakan yang main-main. Di tengah mutasi Covid-19 yang makin ganas, mereka dengan berani memberikan izin penyelenggaraan festival musik. Tentu, mereka telah berhitung dengan segala risiko yang akan terjadi. Namun sebelum risiko itu terjadi, masing-masing pemerintah telah memiliki data tentang kuota vaksin yang telah terpenuhi untuk 50% dari total populasi. Selain tentu saja adanya kesadaran kolektif dari warganya untuk tetap disiplin dengan protokol kesehatan dan mau mengikuti program vaksinisasi.

Sinergi yang kompak antara warga dan pemerintahnya adalah kunci untuk bisa keluar dari krisis ini. Mereka sadar butuh kerjasama, kekompakan dan semangat saling menjaga untuk bisa keluar dari krisis dan kembali membangun semua sektor ekonomi yang telah porak poranda.

Lalu, bagaimana dengan situasi dalam negeri? Yang sedari awal kemunculan Covid-19 ini hanya dijadikan bahan candaan dan tertawaan para pemimpin negeri. Kita yang terlalu jumawa untuk sesuatu yang sebetulnya tidak kita miliki. Sistem jaminan sosial yang rapuh, layanan kesehatan yang diskriminatif, data kependudukan yang berantakan, rasio populasi dengan ketersediaan layanan kesehatan yang tidak seimbang, dan segudang persoalan lainnya yang menanti untuk meledak sebagai bentuk akumulasi persoalan yang tidak pernah ada kemauan untuk diselesaikan secara bertahap. Nuntut panggung musik? Bisa saja terjadi, jika kalian termasuk dalam kelompok lingkar kekuasaan dan tentu harus dilakukan sembunyi-sembunyi, seperti apa yang terjadi di Papua.

Sementara ini yang sudah dua tahun terjadi, mari kita nikmati dan syukuri saja semua acara musik virtual. Pemain band yang tampil dan bergaya depan kamera. Baik kamera HP, laptop, webcam maupun seserius acara syuting di studio. Para penonton yang menyaksikan dari ruang-ruang privat bergoyang, bernyanyi, bertepuk tangan atau bahkan sambil rebahan. Hingga akhirnya generasi sekarang akrab dengan istilah ‘moshing virtual’ , ‘pogo virtual’, bertegur sapa dan bersenda gurau lewat kolom percakapan YouTube ketika tayangan langsung terjadi. Menyedihkan memang. Tapi, itu adalah realitas di masa pandemi yang pada akhirnya menjadi sebuah pola interaksi yang dianggap menjadi wajar. Dan kita harus bisa menerima kembali kewajaran-kewajaran tersebut hingga 2021 ini usai.

Selamatkan saja dulu diri kalian masing-masing.

BACA JUGA - Musik Memang Seksi Buat Ditunggangi

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner