Kata Siapa Musik Lama Selalu Bagus?

Kata Siapa Musik Lama Selalu Bagus?

“apakah musik lama memang selalu bagus?” Jawabannya tentu saja tidak. Beberapa musisi bahkan pernah melahirkan lagu dan album jelek pada era mereka masih berjaya

Salah satu komentar yang paling sering ditemui di youtube adalah kalimat seperti ini “musik sekarang jelek, ngga kaya musik zaman dulu yang masih bagus dan berkualitas”. Beberapa menyebut orang seperti itu dengan istilah ‘music snob’, namun tidak sedikit juga yang melabeli orang-orang seperti ini dengan julukan ‘generasi susah move on’. Generasi susah move on ini biasanya akan punya perpustakaan data cukup lengkap tentang semua hal yang dia suka pada era tertentu. Dengan semua ‘bank data’ yang dia punya, maka cukup baginya untuk melesatkan amunisi tentang seberapa paham dia akan sebuah era.

Menariknya, terkadang Youtube kemudian jadi muara dari banyaknya pencarian tentang ‘cinta pertama’ mereka, lewat lagu-lagu yang dia suka semasa remaja. Karena menurutnya kesan pertama begitu menggoda, maka meski ribuan lagu telah dilahirkan setelahnya, tetap saja perasaannya tertinggal dengan pesona lagu masa lalunya. Lucunya, Youtube yang dibuat sebagai bagian dari kemajuan peradaban justru disikapi dengan sebuah romantisme, dengan berbagai alasan. Mundur ke belakang demi mendapatkan hal-hal memorable dalam hidupnya.

Namun tidak hanya ‘anak lama’ yang menganggap musik hari ini tidak lebih berkualitas dibanding zaman dulu, nyatanya dalam kolom komentar youtube juga banyak berisikan generasi baru ‘rasa lama’, dengan banyaknya anak muda yang ‘terjebak’ pada era ayah atau ibu mereka mengalami puber pertamanya, dan ini terbukti lewat lahirnya kembali musik-musik lama yang kembali menjadi tren, dari mulai 60an, 70an, 80an hingga 90an. Tidak menutup kemungkinan juga jika penulis seperti Marchella FP, yang terkenal berkat buku “Generasi 90an” nya itu pada awalnya mendapatkan trigger dari apa yang dia tonton di Youtube, hingga akhirnya romantisme tahun 90an itu dia tuangkan dalam bukunya. Buku itu kemudian meledak di pasaran, hingga banyak menggiring anak muda millenials untuk menyalakan mesin waktu, kembali ke tahun 90an.

Satu atau dua dekade dari sekarang mungkin akan ada banyak orang yang lahir dari generasi hari ini bercerita tentang Seringai, Barasuara, Burgerkill, atau mungkin Teenage Death Star, dimana nama-nama tersebut diangap sebagai band yang bisa merepresentasikan sebuah era, seperti halnya The Beatles atau Nirvana yang dianggap bisa merepresentasikan eranya.

Setiap orang punya definisi sendiri tentang era emas dengan masing-masing argumen yang menguatkan, dari mulai era flower generation, era british invasion, sampai era musik alternatif yang menginvasi dunia, termasuk Indonesia. Uniknya, tidak sedikit juga anak muda yang mungkin lahir pada tahun 90an namun punya selera musik era 80an. Karena secara esensi maupun estetika karya dianggap bisa merepresentasikan dirinya, atau mampu memenuhi kriteria ideal menurut pandangannya. Hal tersebut kemudian melahirkan barisan orang ‘susah move on’ dengan semua romantisme yang bisa dia jabarkan tentang sebuah era emas yang menurutnya ideal.

Namun balik lagi ke pertanyaan “apakah musik lama memang selalu bagus?” Jawabannya tentu saja tidak. Beberapa musisi bahkan pernah melahirkan lagu dan album jelek pada era mereka masih berjaya. Thom Yorke dari Radiohead bahkan amat membenci lagu “Creep” yang membuat nama bandnya muncul ke permukaan dan hits dimana-mana. Thom Yorke selalu menolak memasukkan lagu itu ke dalam list saat mereka live konser. Puncaknya, saat Radiohead konser di Montreal, Kanada. Yorke membatalkan permintaan penggemar untuk memainkan lagu Creep dengan mencerca penonton dan mengatakan “F*ck Off, we're tired of it”. Tidak hanya Yorke, sang gitaris, Jhonny Greenwood juga mengaku secara blak-blakan kalo dirinya enggak suka sama lagu ini selama proses rekaman. Bahkan, ia pernah mencoba menyabotase lagu dengan memainkan gitar dengan sangat keras. Satu hal yang sedikit mengingatkan pada mantan gitaris Pure Saturday, Adhi yang juga kurang menyukai lagu “Kosong”, meski hal itu kemudian justru membawa bandnya dikenal luas dan menjadi hits.

Selain Thom Yorke, ada juga Gallagher bersaudara, Noel dan Liam yang terbilang sering berselisih paham, namun ketika mendapat pertanyaan tentang lagu terburuk yang pernah dilahirkan Oasis, mereka menjawab dengan kompak, “Wonderwall”. Lagu itu dianggap buruk oleh si empunya lagu, namun diagungkan oleh mereka yang menganggap lagu-lagu zaman dulu selalu dan lebih bagus dari lagu atau musik era sekarang.

“makan tuh nostalgia”, begitu kata teman saya suatu hari. Sebuah kutipan yang berbanding lurus dengan kutipan lainnya yang menyatakan jika baik itu masa lalu atau pun masa depan, nyatanya kita selalu hidup dan berada di hari ini. Saat saya menulis artikel ini saya sedang mendengarkan lagu “Periwinkle” dari band Portree. Musiknya bagus, meski tidak membekas seperti lagu-lagu The Ocean Blue atau Blue Boy yang menjadi ‘cinta pertama’ saya. Meski begitu, saya tidak akan menuliskan komentar “musiknya The Ocean Blue lebih bagus dari Portree” di kolom komentar Youtube mereka. Selain karena memang belum ada di Youtube, vokalis band ini pundungan, anti kritik kaya Kim Jong Un hehehe.

BACA JUGA - Digempur Dengan Media Digital, Masihkah Radio Jadi Tujuan?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner