Kenapa Musisi Perlu Berkhayal Dalam Membuat Karya?

Kenapa Musisi Perlu Berkhayal Dalam Membuat Karya?

Lagu-lagu yang ‘kering’ akan daya imajinasi di dalamnya kemudian menghasilkan pola-pola keseragaman yang harus diakui secara estetika karya tidak menorehkan catatan menarik dan mudah dilupakan begitu saja

Berbicara tentang seni, berkesenian, dan membuat karya. Menurut guru kesenian saya waktu saya masih duduk di bangku SMA, sebuah karya seni terlahir dari buah pemikiran, perasaan, dan daya hayal. Menggaris bawahi daya hayal dari bagaimana sebuah karya seni itu pada akhirnya bisa terlahir. Kenapa ketika membuat karya seni, kita harus mengikut sertakan daya hayal didalamnya?

Daya hayal atau biasa disebut juga dengan daya imajinasi adalah suatu proses kerja otak yang menangkap reaksi dari apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Otak menyimpan begitu banyak memori setiap harinya. Sampai pada akhirnya memori itu mulai tersusun membentuk suatu pola yang kemudian merangsang otak untuk merencanakan sesuatu. Dari sanalah proses kerja kolektif otak dan tubuh kita bersinergi membuat sebuah karya.

Mungkin setiap orang bisa bermain musik atau berkesenian lainnya seperti menggambar, memahat, atau apapun, selama dia mau belajar tentang kesenian itu. Tapi tak banyak yang bisa menghasilkan karya yang bagus dengan karakter yang kuat, jika tidak dibarengi dengan daya imajinasi yang baik pula. Daya imajinasi membantu kita ketika berkarya sehingga kita bisa menembus batas apapun. Imajinasi membuat semuanya mungkin untuk bisa diwujudkan. Dari mulai bangunan indah dunia sampai lahirnya beberapa penemuan besar di dunia, terlahir karena adanya daya imajinasi yang baik dari yang membuatnya.

Imajinasi erat kaitannya dengan karya seni, di mana persamaan keduanya adalah tidak dibatasi oleh hal apapun. Dalam berkesenian semua hal menjadi mungkin untuk bisa diwujudkan dalam bentuk karya. Ketika orang yang hidup tanpa berkesenian menganggap jika rasanya tidak mungkin untuk bisa pergi ke bulan dengan hanya naik delman, maka lewat seni itu bisa saja. Hal ini dibuktikan dengan sebuah lagu yang berjudul “Pergi Ke Bulan” dari Teti Kadi. Dalam lirik lagu tersebut ada lirik yang berbunyi seperti ini “ayo kawan kita berangkat naik delman atau onta, kita ramai-ramai pergi ke bulan”. Tentunya lirik itu tidak sungguh-sungguh berbicara pergi ke bulan bisa dengan naik delman. Tapi dengan imajinasi sang pengarang lagu, lirik itu menjadi unik dan cepat ditangkap oleh pendengar musik, karena tema lagunya menarik. Ditambah nada lagunya juga riang dan menyenangkan.

Mengkhayal itu memang menyenangkan, tapi jika hanya menyimpannya saja tanpa berusaha mewujudkan atau minimalnya menjadikan itu sebagai sebuah bentuk karya, maka khayalan itu akan selamanya mengendap di kepala sampai menghilang begitu saja. Jika saja orang yang pertama kali mengkhayal ingin bisa terbang, tapi tidak berusaha mewujudkannya dalam bentuk pesawat terbang, mungkin sampai detik ini kita tidak bisa merasakan bagaimana rasanya bepergian seperti kita seolah sedang terbang, dan selamanya kita akan iri dengan burung yang bisa dengan bebasnya mengelilingi angkasa.

Kalau kata bung Hatta sih “kalian boleh memenjarakan aku dimana saja asal dengan buku, karena dengan buku aku bebas”. Kalimat itu menyiratkan jika dengan membaca buku, bung Hatta bisa menjelajah dunia tanpa merasa dia terbatasi meskipun raganya terpenjara. Imajinasinya lah yang membuat bung Hatta bisa lepas bebas berkeliling dunia dan meraih mimpinya dengan buku yang dibacanya.

Jadi kembali ke pertanyaan tentang kenapa musisi perlu berkhayal ketika dia membuat karya? Jawabannya, agar karya dia tidak ‘kering’. Mungkin terlalu sering kita menemukan lagu dengan daya khayal dan imajinasi yang kering dan kemudian hanya menyoal tentang apakah lagu tersebut menjual atau tidak. Lagu-lagu yang ‘kering’ akan daya imajinasi di dalamnya kemudian menghasilkan pola-pola keseragaman atau tren yang sering kita temui di industri. Dari mulai tren musik melayu, tren boyband/girlband, tren lagu senja, dan banyak lagi lainnya yang harus diakui secara estetika karya kering imajinasi.

BACA JUGA - Lagu Perlawanan? Beneran Ingin Melawan Atau Cuma Pilihan Alternatif?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner