Ketika Keadaan Memburuk, Musik Justru Membaik

Ketika Keadaan Memburuk, Musik Justru Membaik

Tahun 2020 berhasil kita lewati dengan gemilang. Tentu saja, gemilang karena hingga hari ini kita masih ada dan bertahan di tengah wabah pandemi yang menghajar semua sendi kehidupan di seluruh dunia. Bagi para musisi dan industri hiburan, tahun 2020 bisa jadi merupakan mimpi buruk yang jadi nyata dan harus dijalani. Namun, bagi sebagian musisi ada yang lebih memilih tetap berkarya ketimbang mengutuk keadaan yang memang menjadi sangat sulit untuk dirubah.  Di balik semua kebuntuan yang terjadi, muncul banyak inovasi dan siasat bagaimana caranya biar bisa tetap bertahan.

Di tahun 2020, untuk pertama kalinya kita sadar bahwa industri dunia hiburan adalah dunia yang rentan dan sensitif terhadap krisis. Industri ini selalu dianggap anak tiri oleh para pemegang kebijakan, karena kita hidup di negara yang sangat tergantung pada menjual kekayaan alam. Dunia musik dan hiburan masih dianggap belum mampu memberikan pendapatan yang signifikan bagi negara kalah jauh dengan hasil jualan minyak dan batubara. Ketika pandemi melanda, yang pertama kali dilarang adalah konser musik yang diyakini bisa membahayakan keselamatan. Begitupun ketika diberlakukannya kondisi "new normal", maka bisnis pertunjukan musik menjadi sektor yang paling akhir untuk diberikan izin.

Mari kita tarik mundur ingatan kita ke tahun 1997-1998, ketika situasi politik di Indonesia sedang bergejolak. Saat itu, terjadi inflasi yang mengakibatkan harga-harga berbagai kebutuhan melambung tinggi. Terjadi banyak kelangkaan bahan pokok yang imbasnya menyulut kemarahan dan kemuakan pada pemerintah. Demonstrasi terjadi di mana-mana, di seluruh pelosok Indonesia yang disikapi secara represif oleh pemerintah.

Pada saat itu, pengumpulan massa dalam jumlah banyak menjadi hal yang sangat ditakuti oleh pemerintah, termasuk konser-konser musik. Pemerintah khawatir jika konser-konser tersebut disusupi "provokator" yang akan menggiring pada huru-hara dan kerusuhan yang bisa mengganggu kestabilan dan keamanan negara. Apalagi jika artis atau band yang tampil adalah tokoh yang terkenal kritis pada pemerintah. Imbasnya, seluruh izin konser pada saat itu dicabut secara sepihak oleh aparat keamanan.

Saat itu, produksi rekaman adalah sesuatu yang terbilang mahal, ditambah dengan krisis moneter yang membuat ongkos produksi makin tidak masuk akal. Semua perusahaan rekaman major label terpaksa menunda semua rilisan, termasuk menghentikan tur promosi musisi andalan mereka. Timbul semacam situasi kebuntuan bagi industri musik di Indonesia. Namun, bagi sebagian musisi hal tersebut tidak lantas menyurutkan niat mereka untuk terus memproduksi karya. Anomali perubahan sosial politik yang terjadi justru menjadi inspirasi terbesar dalam proses pembuatan karya.

Suasana kegelisahan dan kemarahan sosial menjadi amunisi dengan daya ledak tinggi berhasil diramu sempurna oleh banyak musisi kala itu. Pergerakan musisi bawah tanah dan independen justru menemukan gairah terbesarnya di masa ini. Banyak album monumental dan berhasil menjadi penanda zaman lahir di masa ini. Terminologi gerakan musik bawah tanah dan independen di Indonesia menjadi makin kuat dan perlahan menemukan bentuk dan polanya yang khas dengan berlandaskan kemandirian dan solidaritas saling dukung antar komunitas.

Lalu, bagaimana dengan tahun 2021? Sudah hampir setahun semenjak krisis pandemi di awal tahun 2020 dunia musik dan hiburan seolah tersandera oleh kebijakan yang merespon keadaan. Memang, masih ada musisi yang memilih untuk diam dan mengutuk keadaan. Namun, masih banyak juga yang mencoba memecah kebuntuan oleh sebagian musisi dan band yang terus memproduksi karya dan melakukan banyak inovasi terkait pola pengemasan dan distribusi karya memanfaatkan teknologi informasi mengikuti pola kebiasaan baru yang terjadi di masyarakat.

Pada akhirnya, musik dan hasrat akan selalu menemukan jalan menuju pendengarnya. Begitu juga dengan para apresiatornya yang selalu rindu disapa dan ditemani di masa-masa sulit seperti saat ini. Ketika keadaan memburuk, justru seharusnya musik membaik. Untuk menjadi teman bersandar dan media berkeluh kesah.

BACA JUGA - 10 Musik Pandemi Terbaik Versi DCDC

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner