Ketika Musisi yang Biasa Diwawancara Kini Balik Mewawancara

Ketika Musisi yang Biasa Diwawancara Kini Balik Mewawancara

Foto header artikel didapatkan dari hasil tangkapan layar program Diskas! (Diksusi Bareng Eka Annash), dari kanal Youtube Diskas Media

Dengan celana pendek dan kaos oblong para musisi ini kemudian menjadi ‘orang biasa’ dengan segudang cerita seru seputar profesinya. Dari yang hanya dibayar nasi bungkus hingga mendapat bayaran manggung seharga rumah

Ada satu bait lirik dari Nirvana yang jika dicermati lebih jauh lagi cukup kentara menjelaskan tentang curahan hati seorang musisi (dalam hal ini Kurt Cobain), yang sejenak ingin terlepas dari sorot lampu panggung, dan disatu sisi mereka ingin mendapat hiburan juga layaknya penggemar mereka yang dihibur dengan lagu-lagu mereka. “With the lights out, it's less dangerous. Here we are now, entertain us” (Nirvana – “Smells Like Teen Spirit”). Tentang kegelisahan personal tersebut mungkin jadi satu hal yang sungkan diucapkan secara gamblang oleh banyak musisi, hingga mereka memilih untuk ‘curhat’ lewat lagu.

Selain lewat lagu, beberapa diantaranya juga ada yang kemudian bercerita lewat majalah dan televisi, namun berhubung ada batasan durasi dan lain sebagaianya cerita yang dikisahkan si musisi pun jadi tidak terlalu intens dan terbatas. Sampai kemudian era sekarang mengetengahkan Youtube sebagai primadonanya. Lewat beberapa konten yang ada di platform tersebut beberapa musisi kemudian mulai terbuka untuk bercerita masalah personal ke permukaan. Dua nama Youtuber yang dirasa punya konten menarik perihal wawancara bareng musisi seperti ini adalah Soleh Solihun dan Gofar Hilman. Keduanya berhasil menampilkan wawancara mendalam bersama dengan para musisi lewat tampilan yang santai layaknya obrolan teman lama, hingga cerita yang disajikan pun kebanyakan belum pernah diungkap di media konvensional sebelumnya.

Lewat konten bernama The Soleh Solihun Interview, komedian yang pernah menjadi wartawan ini sangat piawai mengarahkan dan memancing si musisi untuk bercerita panjang lebar di kanal Youtube nya. Sedangkan Gofar, lewat konten bernama NGOBAM (Ngobrol Bareng Musisi) punya ambience anak tongkrongan yang ngalor ngidul ngobrolin banyak hal secara random tapi berisi. Maklum, selain sebagai seorang Youtuber Gofar juga merupakan seorang penyiar radio. Tidak heran jika dia tahu betul mengarahkan kendali wawancara harus kemana.

Namun lepas dari konten yang dibuat Soleh dan Gofar, era pandemi yang terjadi setahun belakangan ini membuat para musisi harus memutar otak agar ‘dapurnya tetap ngebul’. Karena tidak ada tawaran manggung pada era pandemi ini, para musisi banyak yang mencoba ‘kolam’ baru di jagat Youtube. Dari mulai yang membuat konten tentang tips and trick bermain musik, review music gears (seperti yang sering dibuat oleh Iga Masardi), hingga beberapa diantaranya banyak yang membuat konten wawancara. Menjadi menarik, karena hal ini jadi kebalikan dari yang biasa mereka lakukan. Musisi yang biasa diwawancara kali ini berganti menjadi pewawancara.

Dari mulai David Bayu dengan kanal Youtube nya yang bernama David BayuTube, lalu ada Buluk ‘Superglad’ dengan konten bernama Catatan Si Buluk, Eka Annash ‘The Brandals’, yang juga punya konten wawancara bernama Diskas! (Diskusi Bareng Eka Annash), hingga sang musisi legendaris Ari Lasso dengan kanal Youtube nya yang bernama Ari Lasso TV. Para musisi ini ternyata cukup piawai dalam menggali ‘isi’ si narasumber, hingga tersaji obrolan bergizi yang tidak hanya seputaran musik, tapi banyak hal lainnya yang menarik untuk diangkat ke permukaan.

Meski tidak mempunyai latar belakang wartawan atau penyiar layaknya Soleh dan Gofar, namun para musisi ini tahu betul mengarahkan obrolan kemana. Mungkin karena yang mereka wawancara adalah sesama rekan musisi juga jadi obrolannya bisa nyambung, dan bisa sekalian curhat colongan juga. Balik lagi ke paragraf awal kala menyoroti bait lirik lagu “Smells Like Teen Spirit” dari Nirvana. Para musisi ini ternyata mendapat hiburan kala mendapat teman ngobrol yang sejalan. Mungkin karena merasa diri ada gap cukup lebar antara mereka dengan wartawan dan penggemar, maka ketika yang menjadi lawan bicaranya adalah rekan seprofesinya mereka lebih terbuka tentang banyak hal, yang mungkin tadinya sungkan diceritakan ke permukaan. 

Karena yang mewawancara dan yang diwawancara adalah sesama musisi, maka yang kemudian keluar sebagai obrolan bukan lagi menyoroti perkara teknis bermusik dari kulit luarnya saja, tapi juga hal-hal lainnya yang lebih ‘dalam’, serta banyaknya pengalaman seru ‘dibalik panggung’, yang mungkin tidak semua bisa mengalami jika tidak berprofesi sebagai musisi. Musisi dengan semua gemerlap lampu panggung yang menyorotinya adalah manusia biasa kala melepaskan diri dari nama besarnya di atas panggung.

Dengan celana pendek dan kaos oblong mereka kemudian menjadi ‘orang biasa’ dengan segudang cerita seru seputar profesi yang digelutinya. Dari yang hanya dibayar nasi bungkus di awal karirnya sampai mereka mendapat bayaran manggung seharga rumah. Hal seperti itu jadi dinamika menarik kala dikupas lebih jauh lagi dalam sebuah wawancara. Terlebih kala mereka bercerita tentang kisah dibalik lagu-lagunya. Dari sana kita tahu kenapa sebuah lagu bisa terasa begitu ‘dalam’ dan membekas dalam ingatan. Bukan hanya tentang notasi dan melodi yang jadi fokus utama, tapi lebih dari itu, ada kisah menarik pula 'mendalam' yang mereka tulis dalam karyanya.

BACA JUGA - Peran Lagu Dalam Sebuah Film Horor

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner