“LAMA TAK BERJUMPSKA” : Penawar Rindu Anak Ska Pada Hari Jadi Skalianska

“LAMA TAK BERJUMPSKA” : Penawar Rindu Anak Ska Pada Hari Jadi Skalianska

Selain menjadi sebuah perayaan ulang tahun ke 8 tahun Skalianska, acara bertajuk “Lama Tak Berjumpska” ini juga bisa dibilang sebagai ajang silaturahmi pecinta musik ska dan jamaican sound yang selama ini hanya bisa berjumpa di udara

Perhelatan konser musik di Kota Bandung kian hari kian merangkak keluar dari persembunyiannya, setelah sebelumnya harus bergerilya selama masa pandemi. Sudah banyak band-band yang mulai kembali menunjukan ‘raga’-nya dengan menggelar konser-konser di penjuru Kota Bandung. Salah satu band yang kini merasakan hingar bingar teriakan penonton adalah Skalianska. Setelah sebelumnya harus ‘dipukul mundur’ oleh situasi, akhirnya kini Skalianska kembali menunjukan beat-beat skanya dengan mengadakan konser bertajuk “LAMA TAK BERJUMPSKA” yang digelar pada 21 November 2021 kemarin. Acara ini juga diseleggarakan dalam rangka merayakan hari jadinya Skalianska yang ke-8 tahun. Berlokasi di Kantin Nation The Panasdalam, acara ini tidak dibuka untuk umum, mengingat situasi pandemi yang masih membayangi. Akhirnya acara ini hanya boleh dihadiri oleh tamu-tamu yang sudah mendapatkan undangan dan tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Tak hanya Skalianska, acara ini juga turut diisi oleh penampilan dari musisi-musisi lainnya yang juga berkecimpung di dunia Ska dan Reggae Indonesia.

Untuk set panggung, kalimat “LAMA TAK BERJUMPSKA” ditempatkan pada latar panggung, di mana hal ini menjadi sebuah penegas bahwa konser-konser ska sudah lama sekali tidak digelar. Nuansa ska juga turut diperkuat dengan bendera kotak-kotak khas genre ska yang ditempatkan di pinggir panggung. Ilustrasi seseorang sedang memegang terompet pun terpampang jelas, tepat di tengah latar panggung dilengkapi dengan kalimat “SKALIANSKA Anniversary 8th Celebration”. Selain itu, terdapat juga sebuah cemilan yang disediakan secara gratis untuk tamu yang hadir.

Dipandu dan dibuka oleh Soni Bebek dan Dj Ronin Bass, kemudian Skalianska mulai memainkan lagu pertamanya yang langsung disambut dengan tarian-tarian khas Ska dari para penonton. Setelah lagu pertama selesai, disela-sela persiapan lagu selanjutnya MC menanyakan kepada Denis selaku gitaris dan personil paling senior di Skalianska tentang pergerakan band selama pandemi. “Skaliansa sempet juga bikin karya, cuma kemarin kebentur sama vokalis yang belum ada,” ujar denis. “untuk brass section hari ini pun ada additional, jadi cuma Sigit yang dari Skalianska-nya mah.” lanjut denis.

Tak berselang lama, Kipli Samadoye-seorang penggerak musik Reggae yang sudah melanglang buana dengan motor jadulnya, mulai menaiki panggung. Kemudian ia mencurahkan pendapatnya ketika diundang di acara ini “Sangat senang sekali yah karena jadi suatu pencapaian buat saya selama berada di ranah musik Reggae. Di sini juga saya mewakili beberapa komunitas Coffee Dancer Tasikmalaya, Forum Reggae Tasikmalaya, Jamaican Sound Tasikmalaya dan komunitas Reggae Tasikmalaya.” jelas Kipli. Lalu Denis juga mengatakan alasan mengajak Samadoye untuk tampil di acara perayaan ulang tahun ini untuk memperluas relasi antar band dan yang terpenting adalah silaturahmi.

Setelah sedikit berbincang-bincang, kemudian Kipli Samadoye dan Skalianska tampil bersama membawakan lagu dari Samadoye yang berjudul “Funky Jam”. Di lagu ini suasana acara jadi semakin terasa ramai, terlebih lagi lirik di dalam lagu yang berisikan ajakan-ajakan untuk berpesta. Para penonton yang semula berada di luar area langsung mendekat dan berdansa ketika lagu ini dimainkan. Selesai penampilan dari Kipli Samadoye, selanjutnya Sunda Woles turut tampil bersama Skalianska dengan membawakan lagu “Tak Semestinya”.

Lantai dansa kembali memanas ketika Tian (vokalis Sunday Eleven) mulai menaiki panggung dan membawakan lagu andalannya “Oh When The Blues” yang diiringi langsung oleh Skalianska. Skankin dan sing a long mulai diteriakan oleh penonton dengan penuh semangat. Di lagu ini semua penonton seakan-akan melepaskan segala kerinduan akan gigs. Bahkan, beberapa penonton melakukan stage diving. Tak cukup sekali, setelah lagu selesai dibawakan penonton kembali memintanya membawakan lagu ini pada bagian refrain. Terbukti ketika hentakan drum kembali dibunyikan, euforia penonton kembali bergejolak.

Masih berlanjut, ketukan tembang milik grup band legendaris, The Specials yang berjudul “You’re Wondering Now” seakan menurunkan tensi para penonton yang sebelumnya berdansa ‘liar’. Lagi-lagi momen Skalianska mampu mengajak penonton untuk sing a long dan tetap steady (istilah ska yang merujuk pada goyangan yang lebih santai). Ketukan drum dari Kobe pun mampu menggerak-gerakan kepala secara otomatis mengikuti irama.

Bukan hanya sekedar tampil membawakan lagu-lagunya, Skalianska juga di acara ini membagikan hadiah-hadiah bagi para penggemar setianya. Pemberian hadiah tak dilakukan secara cuma-cuma, tetapi sebelumnya Skalianska memberikan sebuah challenge di akun instagramnya, sampai kemudian hadiahnya diberikan di acara perayaan 8 tahun Skalianska ini. Selain dari Instagram, hadiah juga diberikan kepada para penonton yang hadir dengan syarat harus melakukan goyang Ska paling unik

Seakan masih kurang, permintaan para penonton untuk memainkan lagu “Morning Jah” dari Reregean mulai menggema. Tanpa basa-basi, lagu mulai dimainkan dan semangat Ska mulai ditunjukan dengan lebih atraktif dari para penonton. Bahkan euforia di lagu ini lebih ‘gila’ dibanding dengan lagu “Oh When The Blues” sebelumnya. Tak tanggung-tanggung, Soni Bebek selaku MC pada acara ini juga turut melakukan stage diving.

Soni Bebek melakukan stage diving

Dipenghujung acara, sesi ceremonial mulai dilakukan dengan meniup lilin dan memotong kue sebagai simbolis perayaan 8 tahun Skalianska. Pada sesi ini beberapa pihak terkait turut berada di atas panggung dan melakukan sesi foto bersama. Pada sesi ini pula Denis bercerita bahwa Skalianska bisa sampai pada titik ini harus melalui jalur yang terjal dan berliku. Selain itu, dukungan dari para fans setia pun menjadi salah satu faktor yang penting dalam perjalanan Skalianska selama ini. “karena Skalianska itu identik dengan vokalis cewek, dicari-cari belum ada yang cocok suaranya untuk Skalianska, akhirnya waktu sebelum Sally keluar, diganti lah sama Amel yang dirasa cocok untuk Skalianska.” jelas Denis. “Lalu konsistensi itu penting banget, bahkan saya rela dari Majalengka buat nyempetin latihan sama Skalianska. Jadi intinya mending gonta-ganti personil dari pada harus bubar.” tambah Denis.

Sebagai penutup acara, Skalianska mulai mengeluarkan ‘senjata’ terakhirnya yaitu lagu yang berjudul “Kuda-Kudaan”. Sesak lantai dansa mulai tak menyisakan ruang. Para penonton seakan-akan sudah mencapai titik klimaks ketika lagu ini dibawakan. Salah satu hal yang menarik adalah terdapat salah satu penonton yang dari awal konser dimulai hingga akhir acara, dirinya selalu menjadi pemandu bagi penonton lain. Gerakan apa saja yang dilakukan oleh dirinya selalu diikuti oleh penonton lain.

Setelah acara selesai, tim DCDC tertarik untuk mewawancarai sosok pemandu tersebut yang setelah diketahui bernama Habib. Menurut informasi dari kawan-kawan Skalianska, Habib selalu hadir di garda terdepan meskipun Skalianska konser di tempat yang jauh. “Saya adalah panglima Ska Bandung Timur sejak tahun 2013. Alasan saya menyukai Ska khususnya Skalianska adalah karena musiknya enak didengar, terompetnya bisa ngebuat badan bergoyang dan anti rusuh. Untuk acara kali ini seru banget. Harapan buat Skalianska semoga dapat dikenal di skala internasional dan untuk skena Ska saya harap gigs-nya kembali di adain karena kami sangan rindu lantai danska.” ucap Habib.

Habib, sang panglima ska Bandung Timur

Melalui acara “LAMA TAK BERJUMPSKA” ini seakan-akan menjadi titik balik industri musik bawah tanah Kota Bandung. Meskipun belum bisa diadakan secara umum, namun secercah harapan bagi para pelaku-pelaku di ranah kreatif lambat laun mulai mencuat kembali. Semoga saja situasi dapat kembali membaik seperti biasanya agar gigs dengan skala besar dapat diselenggarakan.

BACA JUGA - The Blues Traveler, ‘Bible Of The Broken Man’, dan Geliat Blues Kota Bandung

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner