Lebih Jauh Tentang ‘Gear’ Ade Muir Dari Masa ke Masa

Lebih Jauh Tentang ‘Gear’ Ade Muir Dari Masa ke Masa

Sumber foto : Diambil dari akun instagram @puresaturdaybdg

Ade memutuskan membuat bass custom dengan kang Iwan karena ketertarikannya dengan modelan bass butik (istilah ini mengarah pada jenis bass berkualitas premium dan eksklusif, dengan kisaran harga yang terbilang mahal-red) seperti bass merk Alembic

 “si PS (kependekan dari Pure Saturday) tuh dianggap sebagai pionir musik indie di tanah air ya mang”, ujar saya suatu hari, dalam obrolan ngalor ngidul bareng bassis Pure Saturday, Ade Purnama (akrab disapa mang Ade Muir).

“ah itu kamu sama media aja yang bilang gitu, berlebihan eta mah. Sebelum si PS banyak banget atuh yang rilis album mandiri (indie)”, jawab mang Ade sekenanya.

“Ya mungkin gelombang indie ke dua lah ya PS mah”, timpal saya.

“ah gelombang ke 30 sekian kayaknya mah”, ujar mang Ade yang disambut saya seraya tertawa.

Begitu lah sosok Ade Muir, sebesar apapun bandnya, dia merasa agak berlebihan jika banyak orang menganggap PS sebagai pionir untuk urusan indie movement, yang menurut catatan banyak media musik mulai bergeliat pada era 90an awal. Saat itu ada tiga band berawalan huruf P yang dianggap pionir, atau yang membuka gerbang untuk band band setelahnya yang mencoba peruntungan di jalur indie (tentang apa itu indie dan segala macam perintilannya ga perlu saya tulis ya. Boring hehehe), mereka adalah Pas Band, Puppen, dan Pure Saturday.

Uniknya, hubungan tiga band berawalan P tadi juga terhubung dengan sebuah bass merk Washburn yang pernah dipake bassis dari tiga band tersebut, Trisno ‘Pas’, Prima ‘Puppen, dan Ade Muir itu sendiri. Bass tersebut menurut penuturan Ade pernah dipakai rekaman di album pertama Pure Saturday, dan juga pernah mejeng di video klip “Impresi” nya Pas Band.

“bass itu sekarang ada di Cuki ‘Tjukimay’. Dan menariknya bass itu banyak mengisi di rekaman-rekaman band band barudak” (anak-anak band/komunitas di scene musik Bandung-red).  

Bicara tentang bass yang menjadi pegangan Ade, dia menuturkan jika bass pertama yang dia punya itu adalah bass Yamaha RBX, di mana pada waktu itu dia beli ‘sepaket’ juga dengan gitar Yamaha seri RGX. Bass itu dia pakai saat masa sekolah, ketika dia masih rajin ngulik dan memainkan lagu-lagu hardcore dan musik beraliran ‘cadas’ lainnya. Sampai akhirnya ketika dia sudah bergabung dengan Pure Saturday dia membuat custom bass di kang Iwan (biasa Ade panggil kang Uwan) di daerah Palasari, Bandung, karena kang Iwan punya kedekatan dengan rekan satu band Ade di PS, Arief ‘Toep’.  

Ade memutuskan membuat bass custom dengan kang Iwan karena ketertarikannya dengan modelan bass butik (istilah ini mengarah pada jenis bass berkualitas premium dan eksklusif, dengan kisaran harga yang terbilang mahal-red) seperti bass merk Alembic. Karena dirasa mahal, maka Ade harus cukup berpuas diri dengan bass custom yang menyerupai bass Alembic tersebut. Bass custom ini juga punya catatan menarik ketika dipakai untuk syuting video klip Pure Saturday yang berjudul “Kosong”.  

Namun meski dirasa cukup menjadi ‘kesayangan’ pada era itu, nyatanya bass tersebut tidak cukup bagus untuk bisa dipakai rekaman, hingga untuk rekaman Ade meminjam bass Washburn milik Helvi yang saat itu menjadi manajer Puppen (sekarang menjadi gitaris Teenage Death Star dan pemilik rekaman Fast Forward)

Bass Washburn ini sendiri masih setia menemani Ade untuk rekaman di album kedua Pure Saturday, Utopia. Ditengah jalan ketika rekaman, Pure Saturday dikontrak oleh label Aquarius hingga membuat Ade mempunyai uang lebih untuk membeli bass lain. Saat itu Ade membeli fender jazz bass anniversary 1994. Bass itu dipake sampai akhir tahun 2000.

“begitu mau berangkat ke New Zealand saya ngga punya uang, sampai akhirnya bass itu saya jual”, ujar Ade.

Ketika disinggung tentang gear lainnya seperti pedal board atau efek, Ade menuturkan jika dia tidak terlalu suka dengan printilan seperti itu, di mana saat itu Ade hanya memakai equalizer merk ADA dan chorus merk BOSS saja.  

“Buat band level PS menurut saya percuma punya alat edan, tapi begitu manggung ga bisa optimal karena tetep pake sound system punya orang lain, dan kita manggung sama orang lain yang setting soundnya masih barengan yang nantinya dirubah lagi. Latihan A, soundcheck B, pas manggung C”, ujar Ade menuturkan alasannya malas memakai printilan pedal board atau efek bass.

Pun termasuk ketika Ade rekaman bersama Pure Saturday, di mana dia hanya memberikan sample karakter sound yang dia inginkan lewat rekomendasi dari band band favortinya. Misalnya saja karakter sound bass nya Simon Gallup dari The Cure.

“Pas rekaman ditanya sound bass kaya gimana ya saya kasih rekomendasi sound bass nya The Cure, Simon Gallup. Dia kan pake modelan hollow body ya, jadi sustaine nya pendek. Dan itu yang saya pikir cocok dengan kebutuhan lagu Pure Saturday saat itu. Terus, saya sih lebih cenderung punya bass lebih dari satu dibanding harus pake efek yang banyak. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan lagu atau albumnya itu sendiri. Misalnya saja di album ‘Grey’ ada lagu berjudul “Horsemen” yang butuh karakter yang ngerock. Nah itu saya pake bass Ibanez Iceman seperti punya nya Arch Enemy, karena saya pikir karakter rocknya dapet”, ujar Ade menjelaskan.  

Begitu pun ketika dia rekaman untuk lagu-lagu lainnya, seperti misalnya lagu “Pathetic Waltz”, di mana lagu ini dibuat dengan dua versi, ada versi akustik dan elektrik.

“Lagu “Pathetic Waltz” saya kasih gambarannya kan ini lagu retro, terus ada yang versi akustik dan ada yang elektrik. Nah yang versi akustik saya bikin sama kaya bassisnya The Cardigans dan kaya Simon Gallup nya The Cure yang pake hollow body dengan karaker sustein pendek dan senarnya yang gede”, tambah Ade.

Beranjak pada album ketiga, Elora, Ade mengaku memakai lebih dari satu bass untuk rekaman di album tersebut, dari mulai bass custom modelan bass squaire Mexico, bass bikinan Genta, hingga bass Gibson seri victory yang konon dianggap produk gagal dan hanya diproduksi seribu sekian unit.

“Dulu bass itu yang beli Suar di daerah Karapitan, Bandung. Saya belum pernah lihat bass Gibson seperti itu dan waktu dibeli suar kondisinya tidak menarik karena sudah dicat ulang dengan warna emas gliter, padahal warna aslinya bagus (warna hijau telor asin). Tapi meskipun sudah dalam kondisi dicat ulang, bass tersebut asli karena ada bukti faktur nya dari Singapura. Kalau tidak salah dulu harganya empat jutaan. Bass Gibson Victory ini mainnya ga enak karena berat di neck nya, tapi soundnya bagus banget. Bisa dibilang 60 persen di album Elora pake bass itu, terutama di lagu-lagu drop D”, ujar Ade.

Sekarang Ade mengaku memiliki empat bass untuk kebutuhannya manggung, rekaman, dan kegiatan bermusiknya yang lain. Salah satunya adalah bass Ibanez Talman yang dia beli tahun 2015 lalu.   

“Dari sekian Ibanez, seri Talman ini merupakan bass paling safe buat saya karena enak maininnya dan dipake lagu apapun ok”, ujar Ade.  

Selain itu ade juga mempunyai bass Godin seri SD 4 asal Kanada yang dia dapatkan dari bassis Kapten, Arief. Bass ini cukup sering dipake Ade untuk membuat konten di sosial medianya, termasuk ketika tahun 2012 juga pernah dipakai rekaman untuk salah satunya proyek musiknya.

Lanjut pada kisah menarik lainnya seputaran bass yang dimiliki Ade, hal ini mengerucut pada sebuah bass lokal bermerk Kai bikinan Suar Nasution. Bass ini merupakan proyek Suar dalam membuat gitar/bass premium. Untuk urusan desain dan supervisor proyek ini dikerjakan oleh Adhi (ex gitaris Pure Saturday) dan Ade Muir.   

“bass ini sebenarnya merupakan prototype yang dibuat sesuai kebutuhan Ade, bahkan pada proses pengerjaannya sampai diukur lingkar jari segala macam.  Proyek ini dibikin special custom menggunakan kayu eksotik seperti kayu mangga dan baru satu bass ini saja yang jadi, karena desainernya memutuskan untuk tidak terlibat proyek ini lagi”, ujar Ade.

Selain itu, satu lagi bass yang sering dipake Ade adalah bass merk Stranough yang secara ukuran terbilang kecil dan pendek. Diakui oleh Ade jika bass ini sebenarnya milik Ramdhan ‘Burgerkill’, namun karena jarang sekali dipakai akhirnya sering dipake Ade manggung dan dipakai untuk beberapa konten di sosial medianya.

BACA JUGA - Denny Hsu Ungkap Rahasia Dibalik Ngebutnya Permainan Drumnya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner