Memahami Mahamboro : Jalan Sunyi Catatan Perjalanan Memaknai Bunyi

Memahami Mahamboro : Jalan Sunyi Catatan Perjalanan Memaknai Bunyi

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Orange Cliff Records

‘Infinit.’ Menciptakan ilusi tak bertepi berisikan suara-suara Mahamboro yang menjelma menjadi bunyi-bebunyian itu sendiri

Seniman asal Magelang kelahiran 1991 yang kini berdomisili di Yogyakarta ini ialah seorang musisi, sound designer, produser musik, editor suara sekaligus composer musik kontemporer. Terlatih dalam musik klasik selama tujuh tahun, ia menamatkan studi master di Institut Seni Surakarta di tahun 2019. Kiprahnya dimulai setahun sebelumnya, di tahun 2018. Disokong oleh lingkungan yang erat dengan lingkup kesenian - Ia kerap menciptakan komposisi musik untuk tari kontemporer dan beberapa karya theater. Mahamboro telah menekuni berbagai gaya dan instrumen (saksofon, klarinet, piano, gitar, synthesizer, dan instrumen buatannya sendiri), Dalam beberapa kesempatan, Mahamboro juga menggubah musik untuk produksi tari, seni pertunjukan (teater), dan film.

Ketertarikannya dengan kondisi sosial dan bunyi berpengaruh kuat di karya-karya musiknya. Dalam karya seninya, praktik Mahamboro difokuskan untuk mengeksplorasi, mengekspor, mencampur berbagai bentuk suara, dari hal-hal "akustik" hingga "sintetis". Kecakapannya dalam menyuguhkan lansekap musik atau suara dalam performatif yang tidak konvensional, seni menggunakan media DIY dasar dalam suara. Pendekatan baru eksplorasi eksperimental dengan beberapa perangkat Self Made juga bahan yang tidak terpakai. Eksperimentasi seni musik konseptual.

Sedangkan karya musiknya banyak dipenuhi dengan suara-suara yang terinspirasi dari Dark – Electro Industrial Eropa yang mungkin terinspirasi dari musik The Klinik dan Skinny Puppy, SPK, Die Form, Borghesia, Numb, atau Front Line Assembly. Kelompok elektro-industri terkemuka tahun 1990-an termasuk Mentallo and the Fixer, Yeht Mae, Velvet Acid Christ, and Pulse Legion (U.S.); Numb and Decoded Feedback (Canada); X Marks the Pedwalk, Plastic Noise Experience, Wumpscut] Haujobb, Forma Tadre, KMFDM, dan Putrefy Factor 7, dan Abortive Gasp (Germany); Leæther Strip (Denmark); serta awal dari Hocico, Cenobita, and Amduscia (Mexico) Meksiko. Elemen konseptual, dystopian, sains-fiksi, estetika terror dan di album terbarunya Infinit. – film Blade Runner,  dimana komposisinya termasuk soundscapes horor gothic, tema okultisme, serta sisipan dengusan atau vokal terdistorsi; kepekaannya terhadap wilayah Ambient juga dipakai guna membangkitkan atmosfer, penekanan pada struktur dan ritme musik tradisional; Ditambahkan unsur Industrial yang condong keras - provokatif, transgresif, & agresif; tak ketinggalan bagian-bagian utama dari  gigihnya Techno dengan pola ritme  4/4 repetitif-nya.

Jangkauan musik serta eksperimen piranti yang digunakan sangat luas -  eksplorasi musik Mahamboro menjelmakan entitas elektronik avant-garde yang kalakian melahirkan album-album  seperti Tidur, LP pertamanya di tahun 2018, pengalamannya sebelum terlelap tidur. Surreal dan kesan ngeri saya rasakan.  Kurasa cocok sebagai terapi pengantar tidur untuk penderita sleep apnea atau sleep paralysis. Single selanjutnya, dibantu Jumaidil Firdaus (perkusi, saluang dan vocal) – di trek ini Mahamboro menciptakan khusus musiknya sebagai latar untuk tarian yang dimainkan penari asal Padang, Kurniadi Ilham -  Akaa (“root”) yang berarti ‘Akar’ dan diambil dari bahasa Minang, Padang Indonesia.

Klawu (“abu-abu”) sangat berhubungan dengan apa yang sedang saya alami. Bisikan dari luar, yang sumbernya dari isi kepala. “Physically Up, mentally down”.  Klawu, bahasa jawa dari abu-abu, hitam yang tidak transenden atau putih yang cacat. Di tahun-tahun brengsek (2020-2021) ini, rupanya saya sedikit kelelahan menyerap segala hal yang terjadi di sekitar.  Entah terlalu peka dan sensitive. Banyak musababnya. Semuanya terakumulasi dari faktor sistematis. Semua bias, abu-abu dan samar-samar. Selain ulah faktor eksternal, faktor genetiklah yang tampaknya menjadi akar segalanya. Saya sadari memang semuanya bermuara dari kondisi kejiwaan saya yang tampaknya kewalahan dengan perilaku sendiri. Gelisah dan  karna biaya  konsultasi, berceloteh panjang lebar tentang apa yang dirasakan, membahas sebab-akibat - sambil menyilangkan kaki di sofa empuk milik psikiater tidaklah murah, Bung!

Harus diakui kita kerap melebih-lebihkan sesuatu yang mungkin sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan. Surup (“matahari terbenam”) mengutip keterangan di bandcampnya – “Mengiringi siapa saja yang mendengarkan ke dalam keramaian dan ketakutan.” Jauh sebelum Infinit. Di era pandemic mengeluarkan single berjudul Give me Back My Grozza!!! Dan mundur ke belakang via alter ego-nya BRRR menelurkan, Gendam Sukma Part I buah pikirannya diilhami oleh ritus, budaya, mitos, bid'ah / klenik, dan urban legend yang dibangun dari cerita dan kehidupan neneknya yang tinggal di sisi selatan Yogyakarta, pantai Parangkusumo terikat oleh kelompok agraris Jawa.

Karena segala sesuatu memiliki sifat gelap, Mahamboro memutuskan dalam proyek ini untuk menafsirkan kubangan sisi gelap budaya seni dan mitos. Timun Mas Mangan Butho  cerita rakyat Jawa tentang rakyat "Timun Mas", seorang gadis kecil yang harus diburu oleh "Buto", seorang tokoh pemakan manusia raksasa, tetapi "Timun Mas" malah memburu "Buto", pembalasan yang lebih kejam, Pager Mangan Kahanan judul track yang terinspirasi oleh idiom jawa, "Pager Mangan Tanduran" (Pagar Makan Tanaman), yang diubah sedemikian rupa menjadi "Pager Mangan Kahanan". Terinspirasi dari cerita tentang orang orang yang memberikan kepercayaan akan tetapi justru dikhianati atau ditusuk dari belakang – dirilis netlabel Mindblasting. Pendengar juga bisa mencicipi sudut pandang Mahamboro terhadap dirinya sendiri, di tajuk album Glimpse. Melihat sekilas ilustrasi bunyi sisi personal Mahamboro, tiga trek refleksi diri dalam bentuk komposisi musik elektronik..”Interpretasi berkubang tentang diri sendiri,” yang dikutip dari bandcamp milik Orange Cliff.

Sensibilitas artis bernama lengkap Amin Mahamboro, baik karya-karya yang dibuat sebagai Mahamboro atau pseudonimnya BRRR – memadukan suara olahan instrumen yang variative atau suara objek dengan elemen elektronik kontemporer. Menyinggung ketertarikan musisi dengan lingkungan pribadi, budaya, keadaan di antara, suasana hati atau kesan yang belum terselesaikan, perbedaan antara bagian dalam dan luar. Perpaduan antara emosi, Imajinasi, dan kenangan.

Sejujurnya saya mencoba berdamai di tengah sengkarut situasi saat ini,  (kuyakin) para pembaca pun juga begitu. Email yang dimaksud di tulisan sebelumnya, jelas menjadi mengusir ramah rasa suntuk dan jenuh saya.  Terima kasih Orange Cliff, label rekaman favorit dari Bandung yang ceruk katalog musik dengan deretan roster-rosternya yang unik. Berbaik hati mengirimkan Mahamboro dengan ‘Infinit.’-nya. Sebuah pencerahan yang tepat waktu. Cukup Membantu melarung kesedihan dalam tumpukan perkara yang terjadi dalam peliknya kehidupan. Menarik ulur dorongan-dorongan impulsif perilaku keliru, Mahamboro dengan Infinit.-nya sukses menghantarkan saya kepada perjalanan kosmik  tak berbatas di satu tepian dan di sisi  berseberangnya, menguras nalar serta emosi. Larut dalam sebuah putaran kegelapan tanpa henti tak berbatas. Khusyuk meleburkan diri dengan sukarela, menelisik ilmu mantik yang bising terdistorsi dari Infinit. Menciptakan ilusi tak bertepi berisikan suara-suara - Mahamboro yang menjelma menjadi bunyi-bebunyian itu sendiri.

Saya ingin menggali sudut-sudut kekurangan dari album Infinit. dari Mahamboro ini, Mungkin ada, bisa juga tidak. Saya skeptis karena pastilah ada. Tapi langsung teringat – tugas tersebut sudah menjadi hak milik - paten yang tidak bisa diganggu gugat seorang dr. Marto (Rio Tantomo). Akhirnya, saya urungkan niat itu.

Akhirulkalam.

Catatan penulis: Jangan didengarkan saat pikiran sedang kalut. Nanti tersesat!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner