Menertawakan Keseriusan dalam Sidang Umum Warga DCDC

Menertawakan Keseriusan dalam Sidang Umum Warga DCDC

Akhir-akhir ini, linimasa pemberitaan ramai oleh kemunculan kerajaan-kerajaan fiktif di berbagai daerah di Indonesia. Diawali dengan kemunculan kerajaan Keraton Agung Sejagat di daerah Purworejo yang dipimpin oleh seorang raja dan ratu bernama Toto Santoso dan Fanni Aminadia. Keduanya mengklaim memiliki 450 anggota dan telah mendapat pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lewat berbagai tayangan berita, dapat kita saksikan bagaimana kerajaan ini membangun citranya. Berdandan laksana seorang raja dan ratu, pasangan ini mampu meyakinkan para pengikutnya dengan menebar berbagai janji dan bukti yang seolah kerajaan ini sah menurut bukti sejarah yang mereka sampaikan lewat pidato-pidato dalam setiap kesempatan.

Sementara di wilayah Bandung, hadir kerajaan Sunda Empire yang mengaku mendapatkan mandat langsung dari kerajaan Romawi melalui rajanya The Great Alexander untuk menjadi penguasa di dunia. Menurut keterangan salah satu tokohnya, Mantan Gubernur Jenderal Nusantara Teritorial Letnan Jenderal Imperial Forces The Pentagon, Ki Ageng Rangga Sasana, ia mengatakan bahwa kita seharusnya bangga dengan keberadaan Sunda Empire. Menurut pengakuannya, Sunda Empire sebagai pemilik seluruh bumi bisa menyelamatkan NKRI. Sunda Empire hadir dengan atribut bergaya militer lengkap dengan simbol dan tanda kepangkatan.

Di tengah kehebohan berita tersebut, DCDC menghadirkan kembali sosok empat presidennya dalam acara Sidang Umum Warga DCDC. Tentu, yang dihadirkan adalah sosok presiden imajiner yang mempertontonkan sesuatu yang serius namun justru untuk ditertawakan. Ke empat presiden imajiner tersebut adalah Man Jasad sebagai Presiden Republik Gaban, Budi Dalton sebagai Presiden Republik Pacantel, Pidi Baiq sebagai Presiden Republik The Panas Dalam dan Dr. Zastrouw sebagai Presiden Republik Jalanan.

Seperti kita tahu, konsep empat presiden ini tidak ada bedanya dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Yang membedakan adalah jika kerajaan-kerajaan tersebut mengaku serius dengan segala konsep dan cita-citanya yang utopis namun ketika muncul di masyarakat justru berubah menjadi sesuatu yang menggelikan. Sementara empat presiden justru dari awal memang mengusung konsep parodi a la DCDC namun tetap mengusung isu-isu serius yang terjadi di keseharian masyarakat.

Itulah yang terjadi dalam Sidang Umum Warga DCDC, sebuah acara sidang tahunan yang digagas oleh Majelis Perwakilan Warga DCDC dengan agenda utama untuk mendengarkan pidato pertanggungjawaban empat presiden di hadapan warga DCDC selama mereka menjabat. Ke empat presiden tersebut diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato yang isinya adalah pencapaian keberhasilan program mereka dalam rangka menyejahterakan rakyatnya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner