Menghubungkan Perancis dan Indonesia Dalam Musik

Menghubungkan Perancis dan Indonesia Dalam Musik

Selain sepak bola, Perancis juga dikenal dengan kekayaan seninya. Dalam dunia musik, Perancis juga mengambil perannya, ketika banyak musisi Indonesia banyak terpengaruh oleh negeri ini dalam proses kreatif mereka

Selain sepak bola, Perancis juga dikenal dengan kekayaan seni dan busana-nya. Dua hal yang kemudian diadaptasi oleh kota Bandung, sebagai kota berjuluk Paris Van Java. Tak terkecuali dalam dunia musik, Perancis juga mengambil perannya, ketika penyanyi asal Indonesia, Anggun C Sasmi meniti karir internasionalnya dari sana.

Namun lepas dari nama besar Anggun yang sukses mencatatkan lagu “Snow On The Sahara” di tangga lagu Eropa, Perancis pun punya tempat tersendiri di hati para musisi di Indonesia lainnya. Hal ini bisa terlihat dari sisi kreativitas musisi tanah air yang terpengaruh atau terinspirasi dari negeri asal menara Eiffel berdiri ini. Dari Bandung sampai Surabaya, beberapa musisi cukup banyak yang menambahkan Perancis dalam proses kreatifnya.

Ada nama Risa Saraswati yang kemudian dikenal dengan projek musiknya bernama Sarasvaty, yang pada rangkaian Printemps Francais 2013 lalu digaet oleh Gran Kino, grup indie rock asal Prancis, dalam projek musiknya. Setelah pertemuan tersebut mereka melanjutkan misinya dalam mini album yang bertajuk Ballades. Kolaborasi ini mengangkat naskah sunda kuno “Bujangga Manik” yang sudah berusia 600 tahun lamanya, berisikan kumpulan puisi tentang pencarian kebahagiaan, yang mengalun dalam harmonisasi sastra dan musik.

Pertukaran artistik kedua kultur menyentuh ranah lirikal, di mana Risa bernyanyi dalam bahasa Perancis, dan Sara de Sousa dari Gran Kino bernyanyi dalam bahasa Indonesia, lewat lagu berjudul “Lara”, yang dipilih menjadi single pertama mereka. Bahkan hal itu dikuatkan pula oleh penampilan keduanya pada tahun 2015 lalu di Auditorium Institut Français d'Indonésie (IFI), sebuah tempat yang menjadi saksi banyak band-band indie potensial yang menggelar konser disana, dari mulai HMGNC, Melancolic Bitch, Trees and The Wild, sampai yang terbaru, ketika Themilo menggelar showcase nya disana beberapa tahun lalu.

Dari Bandung kita berangkat ke Surabaya, dengan sebuah band folk paling potensial bernama Silampukau. Berbeda dengan Sarasvaty yang menerjemahkan proses kreatifnya lewat kolaborasi dengan band indie asal Perancis, Gran Kino, Silampukau memberikan sudut pandang lain tentang Perancis, yang dalam hal ini diwakili oleh kota Paris. Dalam lagu berjudul “Puan Kelana”, Silampukau bercerita tentang keengganan mereka meninggalkan Surabaya dan menyuruh “sang puan” tidak meninggalkannya, karena baik itu Surabaya atau Paris, keduanya punya romantisme yang sama, atau dalam hal ini digambarkan dengan lirik berbunyi "Mari, Puan Kelana, jangan tinggalkan hamba. Toh, hujan sama menakjubkannya, di Paris atau di tiap sudut Surabaya". Untuk hal ini, Silampukau tetap memilih Surabaya sebagai kota “impian” mereka, dan secara gamblang mereka tuangkan dalam albumnya yang berisikan seluk beluk kota Surabaya dengan segala keunikannya.

Selesai berpetualang dari Bandung ke Surabaya, kita beranjak menyimak lagu dari penyanyi cantik asal Jakarta, Danilla Riyadi, lewat sebuah lagu berbahasa Perancis berjudul “Reste Avec Moi” (diambil dari kantong album Danilla berjudul Telisik). Menurut penuturannya, lagu ini adalah ciptaan ibunya yang berkisah tentang harapan ibunya agar sang anak tetap stay dalam keadaan apapun. Lagu ini merupakan lagu lama yang diciptakan sang ibu, ketika Danilla masih duduk di bangku kelas 6 SD.

Selain mereka, ada juga band metalcore asal Bandung, Colours And Carousels, yang meneriakkan tema korupsi lewat single yang menggunakan kosakata bahasa Perancis berjudul “Coup d’État”, yang berarti kudeta dalam bahasa Indonesia, sampai musisi instrumental Jaka PW, yang menggandeng gadis penyanyi asal Perancis, Luna Silva, lewat kolaborasinya di single berjudul “Secret Journey”. Uniknya single ini memadukan esensi seni Sunda, Perancis, dan Turki, yang mendesah intim selama tujuh menit sepanjang lagu ini berjalan.

Oh iya, satu lagi, bahkan pada era 90an akhir ada sebuah grup hip hop bernama Neo yang populer dengan lagu “Borju”, pun diambil dari bahasa Perancis lewat asal kata Borjuis, yang popular dari sejak zaman raja Louis. Begitu kata Neo dalam lirik lagunya. Masih cukup banyak sebenarnya musisi Indonesia yang terpengaruh oleh Perancis, dalam proses kreatif mereka bermusik. Jika kalian tahu siapa saja musisi Indonesia yang terpengaruh oleh Perancis dalam proses kreatif mereka dalam bermusik, silakan tulis di kolom komentar ya.

BACA JUGA - Menebar Virus 'Indies' di Bali

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner