Mengintip Dapur Kreatif Duo Matter Halo

Mengintip Dapur Kreatif Duo Matter Halo

Transkrip wawancara oleh Ganjar Pratama

Lewat musiknya Matter Halo berharap bisa menjadi suplemen bagi orang-orang yang butuh dan menjadi tempat istirahat bagi mereka yang membutuhkan

Banyak cara dilakukan dalam pencarian hal-hal estetis, seperti salah satunya memasukan sesuatu yang otentik, hingga hal tersebut berbuah manis ketika bisa dikombinasikan dengan musik ‘hari ini’, dengan semua olah kreasi dan kekhasannya. Satu hal yang rupanya coba dilakukan oleh kolektif musik asal Jakarta bernama Matter Halo. Lewat lagu berjudul “In The Room”, grup yang digawangi oleh Ibnu dan Gani ini mengetengahkan musisi legendaris asal Minang, Elly Kasim, sebagai sebuah penghargaan terhadap musik yang telah menginspirasi, dengan segala bentuknya yang selalu mampu menciptakan koneksi antar pendengar lepas generasi.

Lewat lagu berjudul “In The Room” mereka mengaku jika musik pop minang cukup menginspirasi mereka hingga munculah ide untuk memunculkan nama Elly Kasim, sebagai trigger yang melatari lagu ini. Tentang hal ini sang vokalis, Ibnu menuturkan jika dirinya mengaku ‘tersandung’ dengan arsip musik Indonesia tahun 70-an, terutama Elly Kasim & Zaenal Combo. Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita, Matter Halo mengungkapkan banyak hal tentang musik dan proses kreatif mereka di wadah Matter Halo.

“Awalnya sih ngulik ya, jadi ngulik-ngulik dulu. Kita sebenernya ga ada tuntutan harus buat lagu minang, cuman kaya lagi suka buka-buka youtube aja gitu, buka-buka internet dan terus kebuka aja archive lama gitu. Ada lagu-lagu padang lama, dan pas dengerin kita langsung suka. Ga tahu algoritmanya gimana jadi bisa ke arah sana, dan tiba-tiba muncul salah satu lagu Elly Kasim yang judulnya “Rabab”. Itu sih yang membuat kita surprise ternyata tau 60-70-an musiknya kaya akan instrumen band. Kaya manusia yang saling ngeband dan saling berhubungan gitu, terus kaya kerasa gitu energinya. Padahal sebelumnya kita cuma tahu lagu itu kaya dinikahan atau apa gitu pasti ada lagu padang, tapi konsepnya organ tunggal gitu. Jadi itu yang buat kita surprise dan kita mikir ini apa ya genrenya, sampai akhirnya ketemu kalau itu adalah minang pop. Jadi itu sih yang buat kita mikir kayanya musik-musik kaya gini energinya masih nyambung, dan kita ingin nyalurin lagi untuk karya kita yang sekarang”, ujar Ibnu yang juga diamini oleh Gani.

Mereka juga mengaku jika lagu-lagu zaman dulu itu banyak mengetengahkan unsur have fun dalam olah kreasinya. “mereka (musisi zaman dulu) bikin lagu buat selebrasi atau buat senang-senang berjoget gitu. Menurut kita itu esensi yang perlu kita berikan lagi”, ujar Ibnu

Bicara tentang proses kreatif yang erat kaitannya dengan sesuatu yang konseptual, mereka mengaku jika sebenarnya dari awal mereka memang berangkat dari sesuatu yang benar-benar terkonsep, dari mulai kostum panggung hingga hal-hal filosofis yang mereka hadirkan dalam karyanya. Bahkan konsep yang mereka bawa dalam kreasinya cukup rinci dan seolah seperti punya semestanya sendiri. Hal tersebut kemudian menjadi berkesinambungan dengan karya-karya mereka selanjutnya, meski tidak secara gamblang digambarkan, namun jika dirunut lagi punya benang merah yang sama.  

Ketika ditanya tentang pembagian porsi dalam olah karya yang mereka buat, Ibnu menjawab jika masing-masing dari mereka punya porsinya sendiri. kaya referensi musik dari Gani banyak juga. Tapi kalo gua kebayang lirik aja gitu terus, dan kebanyakan gua dari dulu bikin lirik terus. Gua percaya setiap orang mempunyai porsi masing masing, dan untungnya gua sama Gani saling sinergi aja, gua gabisa apa, Gani gabisa apa, kita saling ngelengkapin. Kita ga ngerasa kaya ngeband, tapi kaya kelompok kreatif aja tapi formatnya musik gitu”, ujar Ibnu.

Tentang penulisan lirik lagu juga diakui mereka cukup banyak terpengaruh dengan isu yang terjadi di tanah air, ditambah dengan banyaknya pemberitaan di sosial media yang memudahkan kita mengakses informasi. kita cukup terbawa sih sama yang kaya gitu. Tapi outputnya kita bukan kaya yang langsung terlalu gamblang, dan mengkritik itu. Mungkin sudah ada band band yang sudah mengkritik itu tapi kita ngisi sisi-sisi kosong yang belum dibahas, kaya perspektif lain gitu”, ujar Ibnu menjelaskan cara dia menulis lirik.

Satu hal yang kemudian ditambahkan oleh Gani jika untuk penulisan lagu mereka lebih mengedepankan tentang keluh kesah pribadi terlebih dahulu, sampai kemudian mereka menemukan solusinya lewat musik. Mereka juga mengatakan jika musiknya diharapkan bisa menjadi suplemen bagi orang-orang yang butuh dan menjadi tempat istirahat bagi mereka yang membutuhkan. Matter halo ingin dikenal lewat musiknya. Jadi kalo orang lain inget musik, orang-orang inget matter halo gitu, secara natural hahaha”, ujar Gani menutup obrolan dengan DCDC.

BACA JUGA - Mengulik Sisi Personal Si Rapper ‘Keras Kepala’, Joe Million

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner