Merayakan 1 Tahun ‘Loyalis’ : Album The Changcuters yang Berhasil Mengajak Bicara Hati ke Hati

Merayakan 1 Tahun ‘Loyalis’ : Album The Changcuters yang Berhasil Mengajak Bicara Hati ke Hati

Setelah pada album Visualisdan BinauralisThe Changcuters mengajak para pendengarnya untuk melihatdan mendengar, maka sebagai penutup trilogi albumnya ini mereka mengajak pendengarnya untuk bisa merasa

Sebuah karya adalah representasi dari penciptanya, maka tak heran bagi sebagian besar musisi atau mungkin para pelaku seni lainnya, proses mencipta dan menghasilkan sebuah karya merupakan sebuah prosesi yang ‘sakral’.

Mungkin sering kita jumpai, para musisi atau para pelaku seni lainnya yang menganggap bahwa karya ciptaanya merupakan anak ideologisnya sendiri. Tak sedikit pula kita temui, ada beberapa musisi yang rela membuat agenda khusus, bahkan tak sungkan untuk mengeluarkan dana lebih hanya untuk melakukan proses penciptaan sebuah karya secara serius.

Banyak hal yang melatar belakangi datangnya sebuah inspirasi kepada musisi yang kemudian melahirkan sebuah karya. Jika mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna dari kata ‘Inspirasi’ bisa disebut juga ‘ilham’. Dalam penjelasan KBBI ‘ilham’ adalah sebuah keadaan yang menggerakan hati untuk mencipta. Merangkum dari berbagai literatur, ‘Ilham’ adalah sebuah pengetahuan atau pesan dari Tuhan kepada hati atau jiwa seseorang untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu.

Maka jika disimpulkan, awal dari kelahiran sebuah karya adalah bermula dari hati. Bermula dari ‘sesuatu’ yang datang menggerakan hati, hingga tak jarang pula sebuah lagu pun kadang berhasil menggerakan hati yang mendengarnya.

Hal itu pun terjadi pada karya terakhir dari The Changcuters. Siapa yang tak kenal dengan band Rock ‘n Roll nan enerjik ini. Band yang selalu berhasil menyuguhkan penampilan audio visual yang apik nan memukau ini dikenal banyak penikmat musik dengan karya-karya lagunya yang bermuatan lirik ringan dan terkesan jenaka. Lagu-lagu jenaka nan enerjik seperti “Awas Angkot”, “Pria Idaman Wanita”, dan “Gila-Gilaan” pun tentu masih menempel dalam ingatan kita, bukan?.

Dari sejak dirilisnya album pertama mereka yang bertajuk Mencoba Sukses pada medio tahun 2006, hingga album keempat mereka yang bertajuk Tugas Akhir pada 2011 silam, image sebagai band yang memiliki muatan lirik lagu ringan nan jenaka pun melekat pada band yang digawangi oleh Tria, Qibil, Alda, Dipa & Erik ini. Hal ini terbukti dari hits-hits single mereka seperti “Racun Dunia”, “I Love U Bibeh”, “Main Serong”, & “Senandung Pertemanan” yang kemudian berhasil diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat. Bahkan berkat lagu-lagunya tersebut, The Changcuters pun kemduian kebanjiran tawaran menjadi bintang iklan, bahkan tawaran untuk bermain film.

Salah satu film yang semakin melambungkan nama mereka di jagat dunia hiburan tanah air adalah The Tarix Jabrix, film yang dirilis pertama kali pada tahun 2008 silam ini berhasil menyedot animo publik untuk berbondong-bondong menontonnya. Karena kesuksesannya, film ini pun kemudian dibuat sekuelnya dengan judul The Tarix Jabrix 2 dan The Tarix Jabrix 3 yang dirilis pada tahun 2009 dan 2011 lalu. Kesuksesan film yang bergenre drama komedi ini pun tak ayal semakin mengukuhkan citra jenaka pada band asal Bandung ini.

Mengukuhkan Diri Sebagai Musisi Melalui Trilogi

Kepopuleran The Changcuters di jagat dunia hiburan tanah air memang tak bisa dipungkiri, hal ini terbukti dari banjirnya tawaran bintang iklan dan film. Namun kemudian hal ini mungkin menjadi paradoks, pasalnya banyak orang di Indonesia yang malah mengenal mereka sebagai aktor dan bintang iklan, bukan sebagai musisi.

Pada penghujung tahun 2013, The Changcuters kembeli merilis album yang bertajuk Visualis. Album ini adalah pembuka dari rangkaian Trilogi Album mereka. Lewat album ini, mereka berusaha untuk menampilkan sosok mereka yang sejati, yakni musisi.

Pada tahun 2017, The Changcuters Kembali merilis sekuel dari album Visualis, yakni Binauralis, dengan terlebih dahulu merilis single bertajuk “Hmm… Sudah KuDuga”, yang terdapat dalam album Binauralis. Pada album ini, mereka banyak bercerita tentang misteri simbol, kode, cerita, dan apapun yang ada di balik unsur pendengaran. Bagi para penggemar atau penikmat musik dari The Changcuters, harus cermat dalam memahami lirik demi lirik dari lagu-lagu yang terdapat di album ini.

Sebelum pandemi corona melanda alam semesta, The Changcuters telah merampungkan karya penutup pada seri Trilogi album mereka. Tepatnya pada penghujung tahun 2019 lalu, kabar bahwa The Changcuters telah merampungkan materi untuk penutup Album Trilogi mereka pun sempat berhembus di media, sampai akhirnya pada awal tahun 2020, mereka memberi bocoran judul album yang menjadi penutup dari serial trilogi album mereka, yakni Loyalis. Mereka pun memberi kabar bahwa album ini akan rilis pada pertengahan tahun 2020. Sebelum album ini rilis, mereka terlebih dulu melempar single baru mereka yang berjudul “Hantu”.

Namun, seperti kita ketahui bersama bahwa pandemi corona ini lebih dulu melanda dunia. Hal ini pun tak ayal membuat rencana peluncuran album penutup trilogi mereka pada pertengahan tahun 2020 pun harus ditunda, dan hal ini baru bisa terealisasi menjelang akhir tahun 2020, tepatnya pada tanggal 25 September tahun lalu, setelah sebelumnya mereka merilis single kedua di album ini berjudul “Cari Rasa” pada Juli 2020.

Setelah resmi dirilisnya Loyalis pada 25 September 2020, The Changcuters kembali merilis single ketiga mereka di album bertajuk “Satu”, pada Oktober 2020. Di album Loyalis ini jelas terasa bahwa mereka benar-benar sedang mengajak para pendengarnya untuk ‘bicara’ dari hati ke hati.

Setelah pada dua album sebelumnya, Visualis dan Binauralis mereka mengajak para pendengarnya untuk ‘melihat’ lalu ‘mendengar’, dan sebagai penutup trilogi albumnya ini mereka mengajak pendengarnya untuk bisa ‘merasa’. Pada sesi pembuka dan penutup album triloginya ini, amat kentara bahwa mereka sedang mengalami ‘perjalanan’ jiwa yang luar biasa. Hal ini bisa terasa dari single-single yang terdapat pada album Loyalis ini.

Pada lagu “Satu” misalnya, ada bait lirik yang kental dengan muatan ‘Magis’ yang berbunyi “Aku Adalah Dirimu, Kamu Adalah Diriku, Kita  Semua Sama, Tak Ada yang Berbeda, Hanya Selera”. Saat bait lirik ini dilantukan dengan iringan musik yang apik, hal ini benar-benar bisa membuat siapa saja yang mendengarnya ikut masuk dalam sebuah dimensi ruang yang damai. Terlebih ketika bait terakhir lirik lagu ini dilantunkan; “Kita Sama Manusia, Karya Sang Pencipta, Terlahir di Dunia, Dari Cinta untuk Mencinta”. Pada bait ini para pendengar diajak semakin larut ke dalam ambience spiritual yang mendalam. Selamat The Changcuters, untuk satu tahun mengudaranya album Loyalis. Mari kita bicara dari hati ke hati.

BACA JUGA - Song Review : Impromptu – “I Love You, I Said”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner