Merchandise Musik ; Sebuah Pernyataan, Estetika, dan Esensi yang Melatarinya

Merchandise Musik ; Sebuah Pernyataan, Estetika, dan Esensi yang Melatarinya

Sumber foto : https://omuniuum.net/

Selain membeli tiket konser band idola, bentuk dukungan itu bisa dengan membeli merchandise nya. Tentunya yang asli bukan bootleg ya, dan beli merchandise bandnya dari rumah aja.

Bicara musik lalu menghubungkannya dengan perayaan hari musik, rasanya tidak ada yang lebih bisa memaknai perayaan hari musik 'sedalam' dan se-menyenangkan suster Maria (nama tokoh dalam film The Sound Of Music), kala seorang pengasuh di rumah Kapten Georg Ritter Von Trapp ini memilih media musik untuk mengasuh ketujuh anak sang kapten yang terkenal ‘badung’ itu. Tokoh Maria dalam film itu seakan mengamini apa yang pernah dilontarkan Friedrich Nietzsche lewat kutipan paling terkenalnya, “tanpa musik, hidup adalah sebuah kesalahan”.

Jika harus sok tahu mengartikan musik, pada perannya musik menjadi satu hal yang tidak terpisahkan dari keseharian kita. Seberapa kerasnya kita menghindari musik layaknya keluarga Imelda Rivera yang melarang Miguel bermusik di film ‘’Coco’’, maka semakin dekat musik dengan kehidupannya. Atau jika saja ‘musik’ bisa bicara mungkin dia akan mengamini apa yang dilantunkan oleh Morrissey lewat lirik “The more you ignore me, The closer I get”.

Namun jika tidak harus sejauh itu mengartikan musik lewat beberapa referensi film yang menyuguhkan musik sebagai menu utamanya, merayakan musik bisa dengan perayaan ‘hari kaus band’, sebagai fashion statement para pecinta musik, entah itu lewat artwork/design kausnya atau pun kutipan-kutipan terkenal dari musisi idola. Mengenakan merchandise band (dalam hal ini mengerucut ke kaus band) juga bisa jadi bentuk support penggemar pada idolanya. Jika menghubungkan dengan keadaan sekarang, ketika beberapa gelaran urung dilaksanakan karena isu virus corona, salah satu bentuk support bisa dilakukan dengan membeli merchandise musik, yang tentu saja bisa dilakukan di rumah saja, tanpa harus pergi ke suatu gelaran dengan gerombolan massa dalam jumlah besar.

Dalam beberapa survey, salah satu pemasukan terbesar bagi musisi selain dari hasil manggung adalah penjualan merchandise. Band-band besar dari mulai The Beatles, The Rolling Stones, Kiss, hingga Misfits, mendapati penghasilan sangat besar dari hasil penjualan merchandise mereka. Selain itu, tentang kaus band sendiri ada cukup banyak cerita yang menarik untuk diangkat, seperti misalnya kaus band dengan harga selangit karena dinilai bersejarah dan langka, lalu ada juga kaus band yang menimbulkan kontroversi karena desainnya yang dinilai provokatif, dan masih banyak lagi cerita lainnya. Kalo konteksnya band lokal, setidaknya ada dua kaus band yang menurut penilaian DCDC menarik untuk diangkat. Pertama, kaus ‘Lencana’ dari Seringai, kedua kaus ‘Ini Negara Bodoh yang Sangat Aku Bela’ dari Koil.

Dengan adanya Arian, vokalis sekaligus desainer di banyak artwork Seringai, membuat band ini punya senjata yang ampuh untuk menarik penggemar, hingga akhirnya mereka mau membeli merchandise rilisan Seringai. Dua senjata itu adalah artwork yang bagus dan wacana yang provokatif, seperti halnya dengan kaus Seringai seri 'Lencana'. Kaus itu mempunyai desain cukup provokatif, terlebih jika menyoroti tulisannya, “Melindungi dan melayani siapa?”.

Kalimat tersebut adalah bentuk kritikan Seringai kepada aparat pemerintah yang kemudian ditanggapi sebagai sebuah penghinaan, hingga akhirnya sempat menjadi masalah, ketika di salah satu gelaran musik kaus itu dipakai oleh seorang penggemar Seringai, dan orang itu kemudian dibawa untuk diinterogasi. Dilansir dari DVD Dokumenter Seringai berjudul ‘Generasi Menolak Tua’, setelah kejadian seorang penggemar Seringai yang ‘diciduk’ aparat, selanjutnya mereka melakukan penyisiran kepada salah satu toko yang menjual kaus tersebut, salah satunya Riotic.

Kasus ini hampir melebar ke ranah hukum, sampai akhirnya Seringai dinyatakan tidak bersalah, karena tidak terbukti melakukan penghinaan, dan apa yang Seringai tulis dalam kausnya tersebut adalah bentuk kritikan dari Seringai, yang juga tertuang dalam lagunya dengan judul yang sama, “Lencana”, (diambil dari album High Octane Rock-red) 

Lain dengan Seringai lain pula dengan Koil, dengan kaus seri 'Ini Negara Bodoh yang Sangat Aku Bela'. Sebuah kaus dengan coretan gambar innocent dari anak sang vokalis Otong. Al (akrab disapa Ale. Juga merupakan salah personil dari band Cause Instant Crush-red) mengetengahkan gambaran umum akan pemandangan di pedesaan pada desain kaus Koil ini.

Selayaknya anak kecil pada umumnya, saat itu Al sedang senang menggambar, dan sampai akhirnya ini menjadi sedikit berbeda karena dalam gambar yang Al buat ada tulisan berbunyi “Ini Negara Bodoh yang Sangat Aku Bela”. Satu kalimat yang diambil dari lirik lagu Koil berjudul “Sistem Kepemilikan”. Sang paman yang juga gitaris Koil, Doni, menangkap nilai estetis yang digambar oleh Al, sampai akhirnya dia menjadikan kaus itu merchandise Koil. Diluar dugaan kaus itu jadi salah satu kaus dengan penjualan paling tinggi yang pernah Koil rilis.

Kaus itu dianggap menarik karena menjadi satu hal yang kontras, mengingat Koil adalah band yang kadung identik dengan citra yang serba hitam, goth, dan ketika merilis kaus berwarna putih dengan gambar typical pemandangan anak SD, hal itu anehnya direspon dengan baik, apalagi dengan tambahan kalimat “Ini Negara Bodoh yang Sangat Aku Bela”. Terkesan 'vokal' dan innocent dalam waktu bersamaan. Dengan gaya tulisan dan gambar yang raw, desain kaus itu jadi kuat secara nilainya. Hal itu mungkin akan lain jika saja kalimatnya ditulis dengan jenis typografi dan gambar yang dicetak sempurna.

Hal lainnya tentang merchandise atau kaus band, mungkin kita akan bicara tentang seniman/artworker yang bertanggung jawab pada visual kaus tersebut. Nama-nama seperti Amenkcoy, Indra Morrgan ‘Rajasinga’, Riandy Kurniawan, Rukmunal Hakim, hingga mungkin Astronautboys yang beberapa kali terlibat untuk urusan visual band Themilo, merupakan nama-nama seniman yang sering wara wiri dalam katalog merchandise band. Selain itu, jangan lupakan pula Jimi Multhazam yang kerap bertanggung jawab untuk urusan visual The Upstairs, dari mulai cover artwork hingga untuk urusan merchandise, bahkan beberapa tahun ke belakang Jimi melibatkan pula anaknya, Pijar, untuk menjadi artworker cover album sekaligus merchandise band proyekannya, Jimi Jazz. 

Jadi, buat coklatfriends yang menggemari musik dan ingin mendukung musisi atau band idolanya tetap ‘hidup’, selain membeli tiket konser band idola, bentuk dukungan itu bisa dengan membeli merchandise nya. Tentunya yang asli bukan bootleg ya. Stay healthy, stay safety, dan beli merchandise bandnya dari rumah aja.

BACA JUGA - Alas Kaki Para Rockstar Arus Pinggir

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner