Musik Metal : Sebuah Terapi Mengontrol Emosi

Musik Metal : Sebuah Terapi Mengontrol Emosi

Sumber Foto : Diambil dari situs thetimes.co.uk

Mendengarkan musik bertema ‘agresi’ dapat membantu mengelola emosi negatif. Orang-orang merasa bahwa kemarahan mereka cocok saat mendengarkan musik metal

Bagaimana bisa musik yang dikenal ‘agresif’, juga begitu ‘bising’ ini, justru sebaliknya dapat membuat seseorang menjadi lebih baik? Bukan berarti dengan mendengarkan musik ekstrim ini akan mengindikasikan seseorang menjadi dominan agresif, sangar dan cenderung berperilaku tidak ramah. Beberapa hasil studi para ahli, di bidang ilmu psikologi dan temuan langsung di lapangan dapat menjawab keraguan akan musik dan para penggiatnya ini yang seringkali dicap ‘berbahaya’ atas paham yang mereka pilih.

Perlu digaris bawahi bahwa musik yang bertensi tinggi ini punya penggemar yang memiliki rasa komunitas yang kuat, dan dengan basis rasa kebersamaan yang juga begitu erat. Mereka selalu merasa lebih emosional, takjub atas luar biasa bersahabatnya di lingkaran komunitas ini, setiap orang di dalamnya selalu menyambut baik satu sama lain, yang terkadang justru tidak ditemukan pada penggemar musik lain. Pada akhirnya mereka selalu merasa benar-benar hangat berada di tengah-tengah salah satu komunitas besar di dunia. Hal itu menjadi pengaruh besar yang mendorong tingkat kebahagiaan para penggemar musik ini.

Selanjutnya musik metal menyediakan jalan keluar untuk stres dan kemarahan. Kyrylo Melanich (Eye Tea) memberikan pernyataan dalam sebuah video dokumentasi pada saluran DW. Analogi yang ia sampaikan dapat kita yakini ‘relate’ dengan para penikmat musik keras ini, Kyrylo membandingkan penggemar musik metal dengan atlet di olahraga boxing yang dikenal sangat berbahaya dan penuh agresivitas. Mereka (atlet boxing) cenderung lebih sopan dan gentle dalam kehidupan aslinya, karena semua agresi dengan sengaja mereka lepas selama di pelatihan boxing. Sehingga di kehidupan normalnya mereka adalah pribadi yang baik karena energi negatif sudah terlampiaskan pada tempatnya.

Jadi, mungkin sama halnya yang terjadi dengan mendengarkan musik keras, ketika mendengarkan suara yang begitu powerful dan agresif, singkatnya kita tidak akan butuh agresi lainnya di kehidupan normal. Kita hanya perlu meletakkannya (sifat agresif) di sana saat mendengarkan musik, jangan biarkan sifat agresif keluar dilampiaskan ke keluarga atau teman dekat di kehidupan sehari-hari. Setiap orang sepertinya hanya perlu mendengarkan musik keras, dan kiranya secara otomatis semua sifat agresif akan larut kala itu, dan di kehidupan reguler kita kembali sebagai ‘normal person’.

Musik metal juga mempengaruhi seseorang dan sederhananya dapat menjadi alat manajemen kemarahan yang alami, dengan memanfaatkan sensor kemarahan secara aktif akan menanganinya. Mendengarkan musik bertema ‘agresi’ dapat membantu mengelola emosi negatif. Orang-orang merasa bahwa kemarahan mereka cocok saat mendengarkan musik metal. Oleh karena itu musik metal setidaknya telah merumuskan ruang yang aman dan sehat untuk lebih mudah memproses emosi negatif.

Bill Thompson, seorang profesor psikologi di Macquarie University Sydney, menyatakan dalam temuannya pada tahun 2019 bahwa musik death metal secara jelas tidak mendorong penikmatnya untuk bertindak agresif, seperti yang dikhawatirkan oleh banyak orang tua terhadap anaknya dan kelompok agama yang merasa riskan terhadap aliran musik ini. Mayoritas para penggemar musik ini adalah orang-orang cerdas dan bijaksana yang hanya memiliki hasrat terhadap musik.

Bill Thompson juga mengungkapkan contoh lain, banyak orang menikmati musik yang bertemakan kesedihan, dan menurut Bill itu sedikit paradoks. Pertanyaan lalu muncul, mengapa kita ingin membuat diri kita merasa sedih? Mungkin jawabannya tentu tidak, setiap orang semestinya tidak ingin merasa sedih. Dari contoh itu dapat kita samakan halnya dengan yang terjadi di ranah musik metal.

Mengutip pernyataan Bill Thompson “Death metal fans are nice people”, sepertinya akan sedikit meluruskan stigma negatif orang-orang awam terhadap musik ini. Meski terlalu dini untuk menarik kesimpulan bahwa penggemar musik metal adalah seseorang yang tidak agresif namun justru sebaliknya. Dapat kita yakini berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh para ahli bahwa mereka adalah orang-orang yang jauh dari sifat arogansi atau bahkan beringas, nyatanya mereka adalah orang dengan attitude yang baik, lebih menyenangkan dan lebih bahagia ketika berada di lingkaran komunitasnya maupun di kehidupan biasanya. 

Dengan mendengarkan musik yang tergolong bertema agresif dengan tema lirik-lirik kelam seperti tentang kekerasan, pembunuhan, rasa sakit, kecewa dan seterusnya, temuan di lapangan pun dapat membuktikan seseorang yang menikmati musik metal ini tidak terdorong untuk menjadi peka terhadap tindak kekerasan, atau bahkan keluar dengan tujuan menyakiti seseorang. Nyatanya musik keras ini tidak akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku ke arah negatif.

BACA JUGA - Musik Budaya, Budaya Musik, Bermusik Berbudaya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner