Musisi dan Kolaborasi

Musisi dan Kolaborasi

Sebuah kolaborasi kemudian bisa jadi ajang silaturahmi para musisi yang kemudian saling menginterpretasi karya dengan cara masing-masing

Dalam sebuah kesempatan wawancara, drummer dari Rocket Rockers, Ozom menuturkan jika bandnya sedang mempunyai proyek lewat 22 kolaborasi di ulang tahun mereka ke 22. Beberapa band (baik yang sama-sama memainkan pop punk atau pun di genre lain) menjadi yang ditunjuk Rocket Rockers sebagai kolaborator seperti Stand Here Alone hingga Kuburan. Namun beberapa waktu lalu, Rocket Rockers kemudian memunculkan satu hal baru kala band ini merilis dimsum Rocket Rockers. Hal tersebut juga diakui Ozom sebagai bagian dari proyek 22 kolaborasi di atas.

Menggaris bawahi pernyataan Ozom tentang kolaborasi, hal ini rasanya berkaitan erat dengan pola scene musik indie kala pertama kali di bangun. Tidak melulu mengartikan sebuah kolaborasi musik lewat gabungan dua band yang saling unjuk skill bermusik di atas panggung, tapi juga mencangkup konteks yang lebih luas, seperti halnya Rocket Rockers dengan dimsum nya tadi.

Awalnya scene musik indie dibangun juga bermula dari kolaborasi antar musisi dengan fotografer, artworker, dengan label indie, atau pun kolaborasi dengan industri clothing yang pada tahun 90an dulu masih merangkak, sampai akhirnya industri yang awalnya ‘bawah tanah’ ini akhirnya bisa muncul ke permukaan dan bisa menarik pasar yang lumayan besar. Bagaimana ketika komunitas musik bawah tanah dan pergerakan lokal lainnya seperti clothing line hingga majalah (zine) misalnya, bisa tumbuh berbarengan dengan “simbiosis mutualisme dalam kolaborasi karya” ini. Atas nama klaim kreativitas dan cara alternatif menyikapi keterbatasan rasanya akan selalu ada cara untuk membuat pergerakan semacam ini tumbuh besar dan berkembang.

Ketika sebuah kolaborasi karya itu dilakukan, maka akan membentuk senjata (jika harus dikatakan seperti itu) yang komplit mewakili berbagai aspek dan ragam bentuk karya. Tak hanya lewat musik saja, tapi juga hal lain selain itu, seperti fotografi, visual art, dan tulisan yang merangkumnya jadi satu keutuhan cerita, dalam sebuah wacana yang ingin disampaikan/ditampilkan oleh musisi/band dalam musiknya. Semuanya berjalan berbarengan dengan satu kesamaan dan visi yang sama.

Kita buat ini jadi sederhana dengan kalimat “ini lagu baru dari band kami, yang klipnya dibuat oleh si A. Silahkan disimak, dan kalau ada yang mau buat klip keren seperti klip kami ini, bisa menghubungi si A ya”. Apresiasi si A dengan musik yang dibawakan oleh si band, mendorongnya membuatkan sebuah klip untuk si band tersebut, dan apresiasi si band dengan apa yang dibuat oleh si A, menjadikan ini sebagai sarana promosi keduanya. Keduanya sama-sama berjalan berbarengan menawarkan hasil karyanya. Ketika sampai pada titik lagunya bisa diterima dan disukai banyak orang, maka akan berimbas dengan banyaknya ulasan tentang hal itu. Ulasan tentang hal menarik dari keduanya itulah yang membuat namanya jadi muncul ke permukaan.

Seperti ada dalam pertunjukan teater yang mencangkup akting, musik, tari, visual art dan berbagai macam hal menarik dari kesenian yang ditampilkan, hal ini kemudian menjadi satu keutuhan dalam berbagai bentuk karya seni. Karena satu jenis kesenian itu tidak bisa berjalan sendirian, seperti halnya musik yang membutuhkan seni lainnya, seperti seni rupa misalnya, untuk mewakili apa yang ingin disampaikan musiknya melalui gambar, dalam bentuk merchandise, cover album, poster, dan banyak lagi lainnya. Tidak jarang kita temui sebuah band yang kemudian berkolaborasi dengan seorang artworker untuk menguatkan image yang ingin si musisi/band bentuk. Karena diakui atau tidak, jatuh cinta biasanya selalu diawali oleh pandangan pertama, dan oleh karena itu tampilan visual menjadi penting.

Karya yang bagus dan berkarakter akan mendatangkan apresiasi yang bagus. Dengan apresiasi yang bagus dan dinyatakan diterima oleh banyak orang, maka masing-masing dari yang mewakili karya yang dibawanya akan sama-sama diuntungkan, dan namanya bisa muncul ke permukaan. Sejak belum ditemukannya uang sebagai alat tukar yang bernilai, manusia menggunakan cara bertukar barang yang dia punya dengan barang yang dia butuhkan. Dengan si pemusik yang butuh tampilan visual dalam musiknya, dan si perupa yang butuh musik untuk menguatkan gambarnya, maka berkolaborasi saja. Mungkin nilai sebuah seni terletak pada keindahan saling support yang menawarkan sebuah gambaran rasa dan pemikiran.

Pembahasan ini bisa jadi melebar dengan contoh kasus seperti yang dibuat oleh kolektif Musicturn yang bekerjasama dengan Humane Records untuk merilis album kompilasi berjudul Barter Karya Vol.1. Menariknya, kolaborasi antar musisi ini kemudian berbuah manis kala disatukan dengan ide untuk bertukar alias barter karya. Nama nama band seperti Pasukan Perang, Parahyena, KAWG  (Kite As War Grate), Trancepost, hingga Gumam saling membawakan karya dari band band temannya dengan versinya masing-masing. Dalam konteks ini, sebuah kolaborasi kemudian bisa jadi ajang silaturahmi para musisi yang kemudian saling menginterpretasi karya dengan cara masing-masing.  

BACA JUGA - Kenapa Musisi Perlu Berkhayal Dalam Membuat Karya?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner