Rock yang Dibenci, Rock yang Abadi

Rock yang Dibenci, Rock yang Abadi

Musik rock juga dikenal mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Ibarat mahluk hidup, musik ini adalah reptil yang mampu hidup di dua ekosistem. Baik darat maupun air. Mampu hidup di air tawar maupun air asin. Mampu hidup di ganasnya padang gurun hingga hutan rimba tropis yang lembab. Musik ini terus berevolusi dan bermutasi dari hanya sekedar kadal imut yang hanya memangsa serangga kecil ibarat The Beatles menjadi monster raksasa ganas memangsa apa saja laksana band death metal Suffocation. Kita bisa temukan musik ini di pedalaman Afrika hingga gemerlapnya kota Las Vegas dengan aneka rupa ekspresinya. ‘Di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung’ mungkin itu adalah ungkapan yang tepat bagaimana musik ini berhasil diterima oleh semua lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dengan latar belakang yang berbeda.

Musik ini mampu menjadi dua mata pisu yang sama tajamnya. Menjadi sumber inspirasi bagi setiap pendengarnya. Peristiwa peperangan, bencana alam, wabah kelaparan dan bencana kemanusiaan lainnya adalah peristiwa besar dan banyak memberikan dampak secara global. Melalui musik rock yang bertindak sebagai pengeras suara, pesan-pesan kemanusiaan digaungkan dan berhasil menggalang solidaritas dan mendorong terjadinya perubahan. Konser-konser amal atau sekedar konser solidaritas dengan kemasan musik rock sebagai suguhan utama di berbagai era berhasil membuktikan bahwa musik ini adalah bagian dari solusi. Namun, terlepas dari semua hal positif yang terjadi ada juga beberapa bagian kelam dalam sejarah musik ini. Kasus kerusuhan dalam konser rock dan memakan korban jiwa juga kerap terjadi mewarnai dinamika perjalanan sejarah musik di dunia.

Musik ini juga dijadikan kambing hitam atas segala persoalan degradasi moral yang terjadi pada anak muda di dunia. Penyalahgunaan narkoba, seks bebas, kekerasan, dan ekspresi-ekspresi bermusik yang dianggap menistakan agama dan nilai-nilai ketuhanan. Aksi-aksi penolakan oleh berbagai kalangan konservatif terhadap musik ini kerap terjadi dengan berbagai aksi pembatasan, kecaman dan larangan. Ironisnya, di sisi yang lain musik ini juga menjadi alat teror bagi para terduga teroris di penjara Guantanamo. Para terduga teroris yang dipenjara tanpa proses peradilan disekap dalam ruang-ruang sempit dan setiap hari telinga mereka diperdengarkan musik rock dengan volume yang keras. Musik yang mereka benci dan haram untuk didengar namun sekarang telinga mereka dipaksa mendengarkan musik rock yang menjelma menjadi teror nyata dalam keseharian mereka menjalani hidup dalam keterbatasan.

Musik rock akan selalu abadi dan selalu berhasil menemukan penggemar setianya di setiap masa dengan aneka generasi. Musik yang selalu berevolusi dan mampu bermutasi menjadi bentuk-bentuk baru yang makin rumit, agresif dan selalu mengancam wajah zaman. Musik yang akan selalu menjadi muara dari segala kegelisahan dan frustasi di kala dunia memang sedang tidak baik-baik saja.

BACA JUGA - W:O:A Metal Battle Indonesia 2020, Siapkan Amunisi Terbaik Kalian!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner