Saturday Night Karaoke : “Ramones yang Bikin Kita Gabung”

Saturday Night Karaoke : “Ramones yang Bikin Kita Gabung”

Transkrip wawancara oleh Harrymau

“Kita memang merasa bukan orang yang ada gesekan dengan pemerintah. Sementara yang jadi masalah itu, yaitu perpolitikan kehidupan kita. Kalo Bahasa Fiersa Besari ya keresahan gitu lah hahaha” 

Tahun 2008 menjadi catatan tersendiri bagi Saturday Night Karaoke kala band ini lahir dan sepakat mewadahi kreasi bermusiknya di band ini. Mengetengahkan pernik menarik tentang punk dalam musiknya, Saturday Night Karaoke kemudian menjadi band yang mengimani romantisme punk dalam gayanya. Straight to the point dan hajar blah! Hal ini diamini oleh vokalis, Prabu, yang ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita. Menurutnya secara referensi mereka mungkin berbeda dengan band-band yang dilabeli pop punk pada umumnya di Indonesia.

kalo kita ngomongin pop punk, yang pasti itu erat kaitannya dengan musik popular, dan tiap masa itu musik populer pasti berbeda. Jadi misalnya kalo kita ngomongin tahun 60-70an musik populer pada masa adalah musik kaya The Beatles contohnya. Terus kalo kita ngomongin 80an yang populer adalah New Wave, kalau 90 dan 2000 itu dance music kaya Boyband atau Britney Spears misalnya. Nah tiap masanya itu punk sebetulnya punya esensi popnya masing-masing. Jadi kalo kita (Saturday Night Karaoke) ngacunya lebih ke yang tahun 60-70an. Soalnya idola kita Ramones, dan kita ngacunya ke band band kaya The Beach Boys, The Beatles, Rolling Stones. Nah kita lebih kesitu. Makanya mungkin suka ada anggapan kaya ahh SNK (Saturday Night Karaoke-red) mah kaya terlalu pop untuk ukuran punk. Ya, soalnya kita memang ngga ngambil runutan pop punk yang populer hari ini. Kita ngambilnya yang masa lalu”, ujar Prabu menanggapi tentang musik Saturday Night Karaoke.

Punk yang kadung identik dengan lagu-lagu perlawanan (setidaknya menurut beberapa artikel yang mengidentikan dengan pola-pola perlawanan pada pemerintah, yang berhubungan dengan isme anarki) kemudian menjadi kurang relevan ketika ditanggapi lain oleh Saturday Night Karaoke. Menurut mereka Saturday Night Karaoke lebih memilih untuk menjaga diri mereka sendiri. jadi kita merespon seengganya dalam sekala kecil lah. Ya liat aja yang Ramones bikin, apakah mereka punya lagu politik? Lalu Buzzcocks apakah ada lagu politik? Engga, justru politik yang terdalam itu ada di hati kita sendiri. Cinta, kehidupan itu lebih kompleks dari pada politik menurut saya. Dan kita pun ga punya kapasitas gitu untuk menghajar segmen itu sebenernya. Soalnya kita memang merasa bukan orang yang ada gesekan dengan pemerintah. Sementara yang jadi masalah itu, yaitu perpolitikan kehidupan kita. Kalo Bahasa Fiersa Besari ya keresahan gitu lah hahaha”, ujar Prabu seraya tertawa.

si prabu kan kalo bikin musik yang penting relate dan fun dulu aja, ga pernah mikirin dulu kaya ‘anying’ akan menjadi impact apa ya. Selama itu menyenangkan, dimainkan enak, terus bisa dimainkan dengan baik yaudah lahir gitu aja. Ga pernah mikirin esensinya apa”, ujar Resa menambahkan.

Namun tidak lantas Saturday Night Karaoke menjadi absen dalam merespon apa yang terjadi ‘hari ini’, seperti misalnya masa pandemi yang terjadi satu tahun belakangan. Merespon hal tersebut mereka kemudian menuangkannya dalam sebuah lagu berjudul “Pandemic Generation”. “Lagu itu dibikin pas lagi pandemi, terus bosen dirumah dan baru di PHK gitu. Yaudah bikin lagu aja. Itu juga bukan demi mendapat predikat band yang responsif atau apa lah gitu. Karena sebenarnya kita menulis apa aja yang kita inginkan. Kita bukan seperti band yang harus menunggangi isu untuk menjadi relevant”, ujar Prabu.

Hal menarik lainnya dari Saturday Night Karaoke adalah ketika secara tampilan, mereka seakan menegaskan kutipan yang berbunyi “Geek Is the New Rockstar”, yang sejalan pula dengan bingkai kacamata tebal yang mereka kenakan. Dengan sedikit berseloroh Prabu mengatakan jika bicara nerd atau geek, atau mungkin -maaf- culun sudah bawaan dari lahir. “ya gimana ya kalo culun mah udah bawaaan lahir kayanya hahaha. Emang bolor dari dulu gitu. Tapi kalau saya rasa mungkin punk rock itu untuk saya pribadi seengganya jadi emotional outlet saya gitu. Ya saya mungkin tidak bagus saat bersosialisasi dengan orang banyak, dan mungkin penampilan saya juga jadi bahan ejekan lah. Tapi ya punk rock itu saya gunakan sebagai outlet kamarahan dan kekesalan saya. Jadi ga masalah saya looks nya kaya gimana, sementara saya bisa manggung dan mengeluarkan yang saya pengen di atas panggung” ujar Prabu menanggapi stigma yang dia terima.

sama, saya juga ngerasa keren aja. Malah sekarang banyak yang beli kacamata bolong supaya disebut keren. Nu kitu sih nu teu perlu (yang kaya gitu sih yang sebenarnya ga perlu-red) hahaha”, ujar Resa menambahkan.

Balutan musik anti kompromi dan straight to the point dari Saturday Night Karaoke kemudian menemukan tandem yang menarik kala dikuatkan pula oleh gaya visual mereka, lewat beberapa artwork dan desain yang punya nilai estetis tersendiri bagi Saturday Night Karaoke. Tentang hal ini  menurut Prabu sosok Resa punya peran penting sebagai visual director (kalo di agensi mah. Prabu menyepertikan). Apapun yang dibikin buat merchandise, buat layout band atau apapun yang berurusan sama visual itu sama Resa dibikinnya. Itu secara visual yah, tapi kalau secara musik kita punya kiblatnya masing masing. Personel di SNK ini punya runutan masing masing, cuma kita punya satu kesukaan yang sama yaitu punk rock dan Ramones. Dan sebetulnya Ramones yang bikin kita gabung”, ujar Prabu menutup obrolan dengan DCDC.

BACA JUGA - Menyimak Kreasi Seru Dari Trio Pop Punk Asal Subang

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner