Sedikit Kilas Balik Musisi Pada Era Pandemi

Sedikit Kilas Balik Musisi Pada Era Pandemi

Pada era pandemi para musisi tetap survive dan terus melahirkan kebaruan yang menunjang kehidupannya masing-masing. Menariknya, tidak jarang pula dari mereka yang justru malah merespon masa pandemi yang berkepanjangan menjadi sebuah karya

Mengeja kata pandemi, p a n d e m i rasanya mudah saja, anak SD juga bisa. Namun ketika kata itu kemudian harus diartikan secara harfiah dan non-harfiah, apalagi ditambah dengan kompleksitas yang melatarinya, rasanya akan sangat sulit untuk bisa menjelaskannya. Mungkin sudah agak basi membahas tentang masa pandemi dan kesulitan musisi mendapat ruang akibat terdampak hal itu. Sudah tidak perlu dibahas, karena semua sudah tahu dan merasakannya. Namun jika ditarik lagi ke belakang tentang masa-masa berdarah-darah musisi bertahan pada era pandemi rasanya ada akan menjadi menarik ketika hal ini dihadapkan pada konteks kreativitas musisi atau pergerakan band pada era pandemi.

Jika dibolehkan mengutip lirik lagu “Nyanyikan Lagu Perang” dari Koil, ada bagian lirik dari lagu itu yang menurut saya menarik, lirik yang berbunyi “masih ada cara untuk bersenang senang, masih ada cara untuk mencari uang” ini terasa erat kaitannya dengan masa pandemi selama dua tahun belakangan, di mana musisi/anak band dipaksa memutar otak untuk terus mencari ‘kesenangan’ dan mencari uang, meski mereka absen di panggung musik. Koil sendiri cukup bisa dijadikan contoh konkrit dari apa yang merek lontarkan tentang masih banyak cara untuk bersenang-senang dan mencari uang. Dari mulai menjual merchandise, komik, hingga mere-issue beberapa album monumental milik mereka dalam beberapa format, kaset, CD, hingga Vinyl. Intinya meski band ini tidak begitu produktif merilis album, namun perlu diakui jika band ini tidak pernah benar-benar ‘diam’.

Selain itu ada juga musisi-musisi atau band band yang kemudian membuat konten di kanal Youtube. Masih sejalan dengan kutipan lirik lagu Koil di atas, mereka membuktikan jika memang masih ada cara untuk bersenang-senang dan mencari uang. Salah satunya dengan konten wawancara di kanal Youtube mereka masing-masing. Mengisi kekosongan jadwal manggung, musisi-musisi seperti David Bayu, Buluk ‘Superglad’, Eka Annash ‘The Brandals’, hingga Ari Lasso, punya konten wawancara yang mereka sajikan dengan penuh semangat bersenang-senang itu tadi. Mungkin ada juga selipan obrolan mereka yang sama-sama menertawakan kekosongan jadwal manggung bandnya masing-masing.

Ada juga sebuah program bernama “Di Bangku Taman”, yang bisa disaksikan di kanal Youtube Pure Saturday Official. Konten berisi obrolan santai antar musisi seperti ini belakangan menjadi satu hal yang cukup mencuri perhatian, di mana pada masa pandemi seperti ini, para musisi yang biasa menyapa penggemar di atas panggung berganti arena di depan layar kamera, berkisah tentang perjalanan bermusik mereka dan cerita-cerita unik lainnya, yang mungkin tidak didapatkan di media-media musik atau pun portal berita online.

Pure Saturday tidak sendirian sebagai band yang terkena dampak pandemi, sehingga kemudian berinisiatif membuat konten seperti “Di Bangku Taman”. Selain mereka ada juga Netral atau NTRL yang punya konten bernama “NTRL Bedah Lirik”, di mana mereka bercerita panjang lebar tentang lagu-lagu yang mereka buat. Bagus yang menjadi tokoh central dalam pembuatan lirik di lagu-lagu NTRL punya sudut pandang menarik akan lagu-lagu yang dia buat. Terkadang filosofis, namun tidak jarang juga dia menulis lirik ‘sekenanya’, tapi justru ketika diaplikasikan dalam bentuk lagu membuahkan hasil yang seru untuk diulas.

Selain itu, hal menarik lainnya dari beberapa konten yang dibuat musisi, kita yang mungkin bagian dari penggemar mereka jadi tahu sisi lain musisi dengan semua kreativitasnya. Musisi Erix Soekamti bahkan lebih dulu menjadi seorang content creator lewat DOES (Diary Of Erix Soekamti) nya, bahkan kemudian berkembang pesat dan menjadi DOES University, yang memfasilitasi banyak ilustrator untuk membuat animasi dan pola-pola kreasi seru lainnya.

Bicara tentang covid 19 dan dampaknya bagi kelangsungan hajat hidup orang banyak (termasuk para musisi) band Barasuara punya inisiasi seru lewat konten yang mereka beri nama ‘Bara Family Business’. Konten atau program ini sendiri merupakan dukungan band Barasuara terhadap bisnis rumahan milik masing-masing personel dan tim produksi mereka @baragenk.

Ini bukan pertama kali Barasuara membuat konten seru perihal kegiatan mereka di luar manggung. Dari mulai ngejam online bareng, sampai kupas tuntas isi dapur rekaman lagu-lagu hits mereka, Barasuara nyatanya belum kehabisan akal untuk juga mengetengahkan bisnis orang-orang terkasih di lingkaran mereka. Karena di atas atau di bawah panggung roda ekonomi masih harus terus berjalan, maka harus selalu punya cara untuk mensiasatinya. Untungnya mereka punya solusi akan hal itu.

Diakui atau tidak baik pada era pandemi seperti saat ini atau pun sebelum dan sesudahnya, agaknya musisi memang perlu multitasking agar bisa tetap bertahan di industri musik. Musik dan musisi sebagai pelakunya kiranya akan selalu berkaitan erat dengan yang namanya eksistensi, dan salah satu caranya mereka harus selalu punya konten dan ‘isu’ untuk diangkat. Manajemen punya pengaruh kuat disini, karena sebagus apapun musisi/band jika tidak dinaungi orang-orang kreatif dibelakangnya rasanya mereka tidak akan kemana-mana. Mungkin sudah terlalu sering kita menemukan musisi/band bagus namun namanya tidak muncul ke permukaan. Salah satu faktornya mereka hanya berfokus pada kegiatan bermusik saja, tanpa membuat konten, mengangkat ‘isu’, atau pun lewat kolaborasi yang kemudian bisa menghasilkan sinergi menarik di permukaan.

Meski di luar urusan musik, rasanya memang zaman sekarang musisi perlu merambah hal lain di luar musik. Ada yang bergerak di dunia fashion, kuliner, bahkan band saya sendiri, Rocket Rockers menjajal kemungkinan lain selain bermusik, dari mulai merchandise (pastinya ya), podcast, dimsum, kopi, bahkan ada juga @rocketrockers_racing yang merespon tentang keseruan balap mini 4WD. Yang penting bergerak saja dulu. Perkara itu menghasilkan atau berbuah manis atau tidak, semua kembalikan lagi ke penulis cerita hidup ini.

Mereka semua bisa bersenang-senang meski di luar urusan manggung. Tetap survive dan terus melahirkan kebaruan yang menunjang kehidupannya masing-masing. Menariknya, tidak jarang pula dari mereka (musisi/band band itu) yang justru malah merespon masa pandemi yang berkepanjangan menjadi sebuah karya. Rocket Rockers misalnya. Dengan menggandeng grup musik Kuburan, kita kemudian melahirkan sebuah karya berjudul “KRNY”. Sebuah lagu yang lahir dari hasil merespon situasi dan kondisi yang dirasakan ketika masa pandemi. Mungkin benar adanya jika tak selamanya mendung itu kelabu, karena nyatanya pada masa sulit seperti era pandemi pun jika diliat dari kacamata kreativitas bisa berbuah manis melalui sebuah karya.

BACA JUGA - Gelombang Pertama Pasca Pandemi

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner