Song Review : Portree – ‘’Periwinkle’’

Song Review : Portree – ‘’Periwinkle’’

Tentang segala macam kesederhanaan lagu pop yang ingin ditampilkan ini, diwakili oleh debut single Portree berjudul “Periwinkle”

Suatu hari Paul McCartney pernah ditanya seorang wartawan tentang bagaimana caranya membuat lagu bagus. Kemudian dia menjawab, “jika kamu membuat sebuah lagu pada malam hari, lalu ketika esok hari kamu terbangun dan lupa dengan lagu yang kamu buat semalam, sudah bisa dipastikan lagumu itu jelek. Jika kamu yang membuatnya saja bisa lupa, bagaimana mungkin orang lain bisa ingat dengan lagumu”. Pernyataan Paul menjadi masuk akal, mengingat lagu-lagu The Beatles hingga hari ini masih diingat, dimainkan, dan dijadikan ritual ‘ibadah’ bagi para penikmat karyanya.

Menghubungkan pernyataan Paul tersebut dengan sesuatu yang kemudian menjadi primadona di ranah musik dunia, seperti salah satunya musik pop. Pop selalu menjadi primadona mengingat disetiap nyala kreasinya selalu mengedepankan notasi ringan yang enak didengar, hingga banyak diantaranya yang bermukim sangat lama di bawah sadar. Singkatnya, pop selalu sejalan dengan sesuatu yang ear catchy. Mudah ditangkap telinga dan mudah dilantunkan.

Sampai pada akhirnya pop menjadi raksasa industri musik dunia dengan segala hal yang dibawanya, dari mulai gimmick para popstar sampai monopoli pop di industri musik. Namun pop kemudian hilang dari harfiahnya sebagai suatu bentuk kesederhanaan, dari kumpulan nada yang dinyanyikan. Dengan kesadaran tentang pop yang seharusnya ditampilkan sederhana dan ringan dalam penyajiannya, maka Portree lahir untuk itu.

Tentang segala macam kesederhanaan lagu pop yang ingin ditampilkan ini, diwakili oleh debut single Portee berjudul “Periwinkle”, yang dirilis oleh Glossarie Records, sebagai label yang menaunginya. Melepaskan diri dari penulisan pretensius kala merespon situasi sosial yang terjadi, Portree lebih memilih hadirkan kisah kota urban dalam keseharian, dibanding dengan pamer referensi yang biasa digaungkan oleh band-band kekinian ibu kota. Sejalan dengan musiknya yang mengalir ringan dan ear catchy, kisah yang mereka sajikan pun sederhana, menangkap orang bernostalgia, bercinta, depresi, hingga seseorang yang sedang bermimpi. Sebuah fragmen yang bisa dipastikan kita temui setiap hari, sebagai sebuah dinamika hidup dan menghidupi.

Mungkin karena pada dasarnya tidak ingin terlalu berfilosofis pada suatu kiasan apapun mengenai lagu yang dibuat, maka Portree hanya melakukan apa yang mereka suka, bermusik tanpa beban dan hanya menitik beratkan pada perkara bersenang-senang. Membuang jauh semua hal yang membuat dunia terlampau serius, mereka menyikapi harinya dengan olahan chorus dan pola-pola guitar jungly sepanjang durasi lagu. Ditambah tingkah iseng namun manis sang kibordis, semakin menegaskan jika lagu “Periwinkle” bukan sebuah lagu yang akan berakhir di ruang-ruang diskusi menyikapi tema-tema serius, seperti misalnya “Revolusi Musik dan Pengaruhnya Pada Generasi Millenial” (mau kemana atuh hehe)

Portee menghadirkan sebuah lagu yang tersaji begitu saja sesuai dengan mood ketika membuatnya, tanpa tuntutan siapapun. Atau dalam artian yang ‘mengada-ada’, mereka telanjang saja ketika menyuguhkan pop yang straight to the point, tanpa basa-basi dan konstan dengan musiknya. Lagu “Periwinkle” seperti membuka wajah pop yang innocent, dengan bass line dan ketukan drumnya yang ‘stagnan’ dan konsisten mengawal lagu sampai akhir, lengkap dengan pilihan notasi yang tepat guna.

Dalam artian ‘mengada-ada’ tadi, Portree seakan menelanjangi pop lewat kumpulan nada ringan yang menyenangkan. Typical sebuah lagu yang cocok didengarkan di dalam mobil bersama yang terkasih, atau hanya rebahan santai di hari minggu. Mendengarkan lagu ini, waktu terasa menjadi begitu lambat, dan menjadi kontras dengan apa yang mereka kisahkan tentang kehidupan kaum urban yang dinamis dan nyaris seperti robot. Lagu ini seperti penawar dari benang kusut yang kadung tercipta berkat peliknya masalah dan tekanan perkotaan. Maka untuk tiga menit tiga puluh tiga detik hidupmu sisakan untuk mendengarkan lagu ini sebagai detoksifikasi.

BACA JUGA - Song Review : Obat Macan – ‘’Kumpul ga Kumpul Asal Makan’’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner