Syarikat Idola Remaja ; Kumpulan Musafir yang Menemukan Rumahnya di Dunia Musik

Syarikat Idola Remaja ; Kumpulan Musafir yang Menemukan Rumahnya di Dunia Musik

Para personil datang dari "dunia"-nya masing-masing, lalu tanpa sengaja membentuk sebuah kolektif yang tumbuh dan berkembang secara organik, tanpa paksaan bernama Syarikat Idola Remaja.

Sekumpulan musisi asal Bandung dari berbagai grup musik berbeda berkumpul dengan semangat yang sama lewat kolektif bernama Syarikat Idola Remaja (SIR). Dengan format mayoritas para vokalis di masing-masing grupnya, tidak susah bagi Syarikat Idola Remaja muncul ke permukaan lewat musik akustik dengan lirik-lirik membumi, serta aksi panggung energetik dan positif. Lagu-lagu mereka dari mulai “Musafir Anthem” hingga “Mars Pengangguran” jadi suguhan menarik bagi penikmat musik yang mencari referensi untuk pembendaharaan musiknya.

Bicara tentang lagu “Musafir Anthem”, ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita, sang vokalis Dimas Dinar Wijaksana menuturkan jika pada dasarnya, mereka semua adalah musafir. Datang dari "dunia"-nya masing-masing, lalu tanpa sengaja membentuk sebuah kolektif yang tumbuh dan berkembang secara organik, tanpa paksaan bernama Syarikat Idola Remaja. Kelompok musik yang dimulai sejak September 2017 ini terdiri dari Dimas Dinar Wijaksana (Mr. Sonjaya, Bendi Harmoni, Bilal Al-Wahid), Dwi Kartika Yudhaswara (Nada Fiksi, Nil Saujana), Arum Tresnaningtyas (Tetangga Pak Gesang), Sendy Novia, Fariz Alwan (Parahyena), Yaya Risbaya (Mr. Sonjaya), Ferry Nurhayat (kibordis Tulus), Zulki (Rice Cereal & Almond Choco) dan solois Jon Kastella.

Mereka mengibaratkan diri masing-masing sebagai musafir yang menemukan rumah dalam penciptaan karya bersama secara kelompok. Kata "musafir" juga bisa diartikan secara harfiah, karena mereka adalah anak rantau yang berasal dari berbagai daerah dan dipertemukan di Kota Bandung. Berangkat dari sana lah Syarikat Idola Remaja terinspirasi untuk menciptakan lagu berjudul "Musafir Anthem". Untuk mereka, lagu ini melambangkan perayaan hidup dalam kebhinekaan yang memperkuat rasa persaudaraan, merayakan kembalinya individu jadi manusia yang tak bisa berdiri sendiri.

Sedangkan perihal lagu keduanya, “Mars Pengangguran”, menurut Dimas lagu tersebut dibuat dalam rangka merespon kondisi dunia yang sampai saat ini masih diguncang pandemi Covid-19. Dalam proses pembuatan "Mars Pengangguran", nada dan melodinya ditemukan terlebih dahulu oleh Ferry Nurhayat alias Gembong. Setelah itu, Dimas Dinar Wijaksana dan Jon Kastella melengkapinya dengan lirik sebelum digarap lebih lanjut bersama personil lainnya.

Menurut Dimas, makna kata pengangguran di lagu ini jadi berbeda jauh ketimbang makna yang biasa dipahami; bahwa pengangguran sama dengan tidak melakukan apa-apa. Di kondisi saat ini, semua yang terdampak hanya bisa bertumpu pada harapan meski keadaan tidak sedang baik-baik saja. "Ya, mungkin saja orang yang tampaknya menganggur ternyata sebagai manusia sejatinya selalu melakukan sesuatu, punya segudang mimpi yang sedang dikejar, tapi sedang berhenti dan butuh semangat. Seperti keadaan kita sekarang. Ya kan?", ujarnya.

Menutup obrolan dengan DCDC, Dimas menuturkan harapannya tentang lagu "Mars Pengangguran". Dimas dan grupnya berharap jika lagu ini bisa jadi mantra penguat untuk kita semua. Dari Syarikat Idola Remaja, lagu ini dipersembahkan untuk melengkapi bekal dalam menghadapi kegamangan dunia yang sedang berjuang melawan pandemi. Bersamaan dengan disiarkannya materi ini, teriring juga pesan dan doa dari mereka untuk tetap kuat dan semoga kita semua bisa melewati masa-masa berat ini dan bertemu di masa yang jauh lebih baik.

BACA JUGA - Berdanska Ria Bersama Skammingsunday

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner