Tentang Rumah dan Ragam Cerita yang Melatarinya

Tentang Rumah dan Ragam Cerita yang Melatarinya

Padanan kata rumah dan pulang kemudian menemukan wadahnya dalam bentuk lagu yang diterjemahkan oleh banyak musisi dengan ragam cerita yang melatarinya. 

Jika ada satu hal yang kiranya bisa menjadi benang merah dengan keadaan ‘hari ini’, maka rumah menjadi kata yang sesuai menggambarkan itu. Ragam tanda pagar disematkan di berbagai unggahan banyak orang tentang anjuran berada di rumah saja, untuk mencegah penularan virus lebih luas lagi. Namun terlepas dari itu, rumah juga kemudian menjadi sejalan dengan kata pulang, di mana banyak orang yang telah berjalan jauh meninggalkan rumahnya, suatu masa akan tiba untuk pulang ke rumahnya.

Padanan kata rumah dan pulang kemudian menemukan wadahnya atas nama musik, yang dalam hal ini dituangkan dalam bentuk lagu. Grup band rock legendaris God Bless bahkan pernah begitu terkenal lewat salah satu hits mereka yang berjudul ‘’Rumah Kita’’. Satu hal yang kemudian menegaskan jika rumah punya nilai personal dan sentimentil bagi banyak orang, termasuk musisi.

Rumah juga kemudian yang melatari grup musik Amigdala dengan lagunya ‘’Kukira Kau Rumah’’. Rumah dalam semesta yang Amigdala buat merupakan analogi dari seorang pasangan, tempat dia akhirnya ‘pulang’. Sialnya, lagu ini memberikan plot twist ketika ternyata si pasangan tersebut milik orang lain. Satu hal yang kemudian dikuatkan dengan lirik cukup nampol berbunyi ‘’kau yang singgah tapi tak sungguh’’, secara rima dan kedalaman tulisan cukup mengena bagi pendengar. Terlebih bagi yang juga mengalami kisah seperti itu.  

Tentang rumah juga sedikit diselipkan oleh Hindia di lagu ‘’Jam Makan Siang’’, kala lagu tersebut dilatari lamunan dirinya saat jam makan siang memikirkan banyak hal, termasuk harga rumah yang semakin tidak masuk akal. Berbeda dengan dua band di atas yang menjadikan rumah sebagai analogi, maka dalam versi Hindia rumah dimaknai secara harfiah, di mana dirinya menangkap realita saat harga rumah melambung tinggi dan dinilai tidak masuk akal.

Tiga lagu tentang rumah dengan ragam sudut pandang di atas dilatari oleh interpretasi si musisi/penulis kala membuat lagu tersebut, apakah dia sedang menemukan kenyamanan di ‘rumah’ nya, tertipu dengan pasangan yang dia anggap ‘rumah’, atau bahkan obrolan warung kopi di jam makan siang, tentang harga rumah yang semakin tidak bersahabat.

Rumah kemudian menjadi bersinonim dengan sebuah tujuan akhir, dari setiap perjalanan yang selalu akan berujung untuk pulang ke rumah. Menggaris bawahi kata pulang, dalam sebuah lagu yang ditulis Iksan Skuter berjudul ‘’Pulang’’, dia memaknai rumah sebagai tempat ternyaman karena diisi oleh kehangatan keluarga. Segala macam perasaan rindu Iksan kemudian bermuara pada potongan lirik ‘’kasur empuk dan diselimuti bapakku, rindu sayur bayam masakan ibu’’. Mungkin sudah banyak tempat dia datangi dengan semua hal yang tempat itu tawarkan, tapi semua ‘kemewahan’ itu tidak bisa menggantikan kenyamanan kasur di rumah atau kelezatan sayur bayam masakan ibunya.  

Lain dengan Iksan Skuter lain pula dengan grup musik Rumah Sakit dalam lagunya yang berjudul ‘’Bernyanyi Menunggu’’. Memang tidak secara terang benderang menuliskan kata rumah atau pun pulang dalam lirik lagunya, tapi jika disimak lebih rinci lagi lagu tersebut mengerucut pada perasaan ‘orang rumah’ yang menunggu kita saat keluar dari rumah. Satu hal yang mungkin sering menjadi doa para orang terkasih kala yang dicintainya sudah dewasa dan menjalani ‘hidup’ di luar rumah. Doanya pasti akan selalu sama, ‘’semoga dia pulang ke rumah dalam keadaan sehat’’. Hanya saja dalam lirik lagu ini hal tersebut digambarkan dengan lirik ‘’disini ku menunggumu, tersenyum hanya untukmu’’. Bayangkan kita yang sudah menjalani ‘hidup’ di luar rumah tadi kemudian pulang dan disambut hangat oleh yang terkasih. Rasanya tidak ada yang lebih indah dari itu.

Menariknya lagi, Rumah Sakit melengkapi kedalaman makna dalam lagu itu lewat video klipnya yang juga menggambarkan suasana rumah. Kumpul bocah dari masing-masing keluarga personil dan beberapa kerabat dekat, sesama musisi/seniman yang sebagian besar memang berasal dari salah satu kampus seni asal Jakarta. Cara mereka menerjemahkan lagu lewat video klip tersebut terasa sangat hangat dan ‘hidup’.

Kemudian ‘hari ini’ diam di rumah menjadi solusi, bahkan bagi ‘kaum rebahan’ yang setiap harinya mager tanpa akhir itu bisa menjadi sangat berguna selama dia tidak keluar rumah. Luar rumah kemudian jadi menakutkan dengan ragam isu soal virus yang menjadi momok belakangan ini. Bukan tanpa alasan ketika akhirnya pandemi ini kemudian jadi begitu meresahkan, karena beberapa orang terbukti berguguran, bahkan yang paling menyedihkan dijauhkan dari keluarga. Akhirnya, lepas dari aneka macam interpretasi tentang rumah di atas, tulisan ini akan berujung pada segala macam bentuk cinta dan doa yang dikerucutkan pada orang-orang yang sedang berjuang dengan pandemi yang terjadi di dunia 'hari ini'. Semoga ... dan amin. 

‘’lebih baik disini, rumah kita sendiri’’ (God Bless – ‘’Rumah Kita’’)

BACA JUGA - Beda Gaya Musisi Menulis, Beda Gaya Musisi ‘Berpuisi’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner