Ucok ‘Homicide’ dan Sisi Hip Hop yang Dia Percaya

Ucok ‘Homicide’ dan Sisi Hip Hop yang Dia Percaya

Sumber foto : Diambil dari situs https://hai.grid.id/

Hip hop yang Ucok tulis selalu tentang manusia yang berdiri dengan apa yang dia percaya. Rasa-rasanya dia memegang teguh kutipan Malcolm X yang berbunyi “If you dont stand for something you fall for everything.” Hingga hari ini Ucok masih berdiri dengan apa yang dia percaya

Tidak bisa dipungkiri hip hop kembali menjadi primadona belakangan ini, setelah mengalami masa jayanya kala Iwa K banyak mendominasi televisi, juga kompilasi Pesta Rap, yang melahirkan grup hip hop semisal Boyz Got No Brain, Sweet Martabak, Blakumuh, Paperclip, dan Syndicat 31, sampai era Neo dan Saykoji yang lagunya bisa didengar hampir setiap hari di radio, televisi, bahkan di loakan-loakan CD bajakan. Namun jika bicara hip hop, ada satu nama yang bukan tidak mungkin bisa membuat banyak rapper gagap mendengar rima dan flow saat mereka merapalkan lirik-lirik lagunya. Homicide. Kolektif hip hop yang sebenarnya tidak berumur panjang ini, namun namanya menjadi begitu identik sebagai kolektif hip hop dengan suara paling lantang, menyoroti banyak ketimpangan yang terjadi di tanah air.

Bicara tentang Homicide mungkin banyak juga yang tidak tahu jika kolektif ini pada awalnya berangkat dari sebuah kompetisi rap, yang uniknya dibuat oleh sebuah restoran cepat saji ternama (baca : kapitalis), dimana hal itu uniknya lagi adalah satu hal yang banyak dikritisi oleh kolektif ini. Mungkin ini jadi guilty pleasure juga untuk mereka, dan selain itu, ada satu hal lagi yang membuat ini menjadi lucu, ketika sang pentolannya, Ucok a.k.a Morgue Vanguard adalah orang yang saat kompetisi itu berlangsung menjadi yang terkena diskualifikasi, karena memakai sendal jepit saat mengikuti kompetisi tersebut. Dia harus merelakan trofi pemenang kepada Aszy a.k.a Sarkasz dan Arian 13, dua orang yang dikemudian hari menjadi karibnya.

Kembali ke Homicide. Pertemuan Ucok dan Aszy di kompetisi rap itu mungkin sudah bisa ditebak akhirnya, dimana mereka berdua mendirikan Homicide yang juga digawangi oleh Adolf Triasmoro a.k.a Punish dan Kiki Assat a.k.a DJ Kassat, sebelum akhirnya mereka mengundurkan diri dan digantikan oleh Dj E, serta tambahan seorang gitaris bernama Andre Vinsensius (sekarang menjadi gitaris Jeruji)..

Melepas Homicide Herry Sutresna aka Ucok ‘Homicide’ aka Morgue Vanguard nyatanya masih punya cukup banyak amunisi untuk dimuntahkan. Lewat grimloc, lewat kolaborasinya dengan Doyz, lewat Bars Of Death, dan sederet kiprah kreasi Ucok dengan hip hop, label, serta kegiatannya sebagai ‘aktivis’. Ucok nampaknya selalu resah dengan semua ketimpangan yang terjadi di negeri ini. Satu hal yang kerap menjadi bahan bakarnya kala dia membuat karya. Apa yang Ucok paparkan nyatanya sanggup membakar banyak orang. Dengan tulisan, dengan cara dia ngerap, bahkan dengan caranya bicara yang straight to the point. Seorang teman pernah berseloroh tentang sosok Ucok pada saya. “apal teu naha disebut ucok? Padahal si eta kan urang sunda” (tahu ga kenapa disebut ucok, padahal dia orang sunda”. “soalna si eta pembawaana siga orang batak anu teu kenal basa basi. straight to the point!”, tambah teman saya, sambil sedikit terkekeh.

Meski bercandaan, nampaknya apa yang teman saya ucapkan ada benarnya, mengingat dalam beberapa kesempatan diskusi yang melibatkan Ucok sebagai pembicara, karakter dan gaya Ucok yang blak blakan memang nampak, dan seolah menjadi bagian dari dirinya. Bisa jadi benar, panggilan Ucok memang lebih pas tersemat dalam namanya. Namun lepas dari itu, tentu yang paling ‘galak’ dari Ucok adalah karyanya. Sering kali dia menampar dan menghajar, lalu kemudian merapalkan lirik seolah sedang hendak berperang.

Selain musik, Ucok juga aktif menulis di beberapa zine lokal, seperti misalnya ketika dia dan Arian 13 aktif di zine foto kopian, Tiga Belas zine, atau ketika Ucok kerap didaulat menulis untuk beberap media lokal. Seringnya tentang hip hop yang menjadi cinta matinya. Namun tentunya hip hop ‘ala’ dia adalah hip hop yang bicara tentang ‘manusia’ yang lebih dari sekedar penyembah romansa asmara. Hip hop yang dia tulis selalu tentang manusia yang berdiri dengan apa yang dia percaya. Rasa-rasanya dia memegang teguh kutipan Malcolm X yang berbunyi “If you dont stand for something you fall for everything.” Hingga hari ini Ucok masih berdiri dengan apa yang dia percaya. Dengan hip hop, musik, dan kepalan tangan di udara demi sebuah keadilan yang merata.

BACA JUGA - Konsistensi Bubun ‘Turtles Jr’ Pada Tiga Dekade Lebih Sebagai ‘Anak Punk’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner