Video Music Review : Hindia – “Rumah ke Rumah”

Video Music Review : Hindia – “Rumah ke Rumah”

Foto didapatkan dari hasil tangkapan layar video klip Hindia - "Rumah ke Rumah

Meski lagu “Rumah ke Rumah” dilatari kisah personal yang ditulis Hindia, hal tersebut kemudian diinterpretasikan berbeda oleh hal-hal monumental pada kisah Tristan Juliano dan pasangannya, Narrel Amara.

Katanya menulis adalah cara ampuh untuk membekukan waktu, di mana hal tersebut kemudian sejalan dengan konsep buku diary yang menyimpan hal-hal menarik yang terjadi hari ini, untuk kemudian menjadi monumental di kemudian hari. Menjadi menarik ketika mengarahkan jurnal harian seperti buku diary, dengan sebuah kisah kasih remaja dalam sebuah video musik terbaru dari Hindia berjudul “Rumah ke Rumah”.

Meski lagu “Rumah ke Rumah” dilatari kisah personal yang ditulis Hindia, hal tersebut kemudian diinterpretasikan berbeda oleh hal-hal monumental pada kisah romansa Tristan Juliano dan pasangannya, Narrel Amara. Beberapa yang terbaca di kolom komentar youtube Hindia menyebut rekaman video diary Tristan dan Narrel sebagai ‘momen uwwu’, yang merujuk pada istilah untuk menggambarkan cerita manis mereka saat berpacaran long distance relationship alias LDR.

Video klip dibuka dengan testimoni Tristan tentang alasan kenapa dia memilih Narrel sebagai pasangannya, sampai akhirnya beberapa footage mengarahkan penonton untuk ikut menyaksikan hal-hal monumental antara Tristan dan Narrel. Lebih kurang lima menit durasi lagu berjalan, video ditutup oleh testimoni Narrel tentang kenapa dia akhirnya mau menerima Tristan sebagai pasangan. Premisnya sesederhana itu, hanya berisikan footage-footage antara Tristan dan Narrel kala berpacaran.

Namun ketika durasi lagu habis dan ditutup oleh layar hitam, beberapa diantaranya melambungkan pikiran cukup jauh tentang hubungan mereka dengan pasangannya masing-masing, atau yang kurang beruntung akan berakhir dengan pertanyaan “kapan aku bisa seperti mereka? Bisa merasakan indahnya dunia hanya milik berdua”. Mungkin ini menggelikan bagi sebagian orang, pun termasuk saya yang tidak pernah ada di fase itu, mengingat perkara menemukan pasangan hanyalah tentang waktu, tanpa dibumbui romansa seperti itu.

Tapi yang kemudian membuat saya mau meluangkan waktu untuk menyaksikan video klip tersebut adalah ketika Hindia menggaris bawahi kata ‘rumah’ sebagai analogi dari pasangan itu sendiri. Kutipan lirik “pindah berkala rumah ke rumah”, menjadi barisan lirik yang menarik, mengingat istilah ‘rumah’ sendiri menjadi begitu personal kala kita bicara tentang pelabuhan terakhir. Rumah adalah tempat ternyaman untuk kita, di mana kita bisa menjadi diri kita yang sebenarnya, karena kantor menghendaki kita menjadi robot, atau karena banyak tempat di luar sana memberi strata bagi masing-masing dari kita, apakah kita masuk golongan atas atau golongan bawah. Karenanya, itu bukan rumah, tapi tempat kita singgah sementara.

Dalam hal ini Tristan menjadikan Narrel sebagai rumahnya, dan begitu pun sebaliknya. Beberapa footage dalam video klip tersebut beberapa kali memperlihatkan jika Tristan dan Narrel bisa menjadi diri mereka apa adanya kala bersama pasangannya. Kenapa? Karena pasangannya adalah rumah bagi mereka. Ingat film Parasite? Sebuah film asia pertama yang memenangkan penghargaan paling prestis sebagai “Best Picture”. Film tersebut bahkan tidak menggunakan efek CGI dalam teknis pembuatannya, tapi malah diganjar penghargaan bergengsi yang mengalahkan film-film Hollywood dengan ragam efek CGI dan teknis rumit yang tentunya harus ditebus dengan budget produksi yang sangat mahal.

Film Parasite menang karena kedalaman cerita di dalamnya, di mana sebuah rumah mewah disana menjadi mimpi bagi keluarga Kim Ki Taek untuk bisa mempunyai tempat yang nyaman seperti itu. Sayangnya rumah tersebut milik orang lain, dan Kim beserta anak istrinya hanya bisa menjadi ‘parasit’ di rumah tersebut. Mungkin selayaknya Kim yang masih bermimpi mempunyai rumah yang nyaman, barisan akun yang melontarkan pertanyaan “kapan ya aku bisa kaya Tristan dan Narrel” pun masih dalam perjuangan yang sama, yakni menemukan ‘rumah’ nya, sebagai tempat yang nyaman untuk hatinya bersandar.

BACA JUGA - Video Music Review : Barasuara - "Pikiran dan Perjalanan"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner