Bad Soldier

Bad Soldier terbentuk di Denpasar, Bali pada tanggal 30 Juli 2015. Bad Soldier mengusung aliran RapRock, mendapatkan influence dari Rage Against The Machine. Dengan personil yang beranggotakan Kharisma (rap), Indra (gitar), Agung (bass), Firman (drum). Bad Soldier berarti pasukan buruk, karena pada era saat ini begitu banyak hal tabu yang dibenarkan. Melalui music RapRock yang kami mainkan, kami membawa pesan sebagai cerminan orang-orang yang hidup pada era yang kacau balau ini agar mampu mengembalikan nilai-nilai dari butir-butir Pancasila yang semakin tergerus oleh perkembangan jaman. Saat ini Bad Soldier memiliki 2 single original yang kami tulis sendiri dan direkam secara independent di sebuah studio di kawasan Denpasar Selatan. Single pertama kami yang bertajuk “Aliansi Tangan Kiri”, menceritakan perjuangan langkah pemuda dan pemudi Indonesia yang merupakan generasi penerus bangsa agar mampu bangkit dan bersatu menghancurkan sekat-sekat pemisah SARA kemudian menjadikan generasi penerus yang berpedoman teguh kepada Pancasila. Single berikutnya merupakan single yang kami tulis setelah melihat kondisi dan keadaan rumah kami, Bali. Single yang bertajuk “Tinta Hitam’ menceritakan keadaan Bali pada saat ini, pribumi yang termarjinalkan di rumahnya sendiri, perebutan harta dan warisan sesama saudara yang tidak sedikit berujung tragedi, uang mulai menjadi Tuhan dan mengatur pola pikir umat manusia, mengaku memiliki akal pikiran namun setiap jengkal warisan nenek moyang digantikan keberadaannya dengan uang, dan masih banyak fakta yang membuktikan bahwa kearifan lokal serta tradisi sudah tergerus dengan adanya modernisasi. Melalui single kedua, kami membawa pesan bagi seluruh elemen masyarakat khususnya masyarakat Bali untuk bercermin dan mengintrospeksi diri bahwa pada masa kini segalanya memang membutuhkan uang namun uang bukanlah segalanya. Kita hidup dari sumber pangan yang tumbuh di atas ibu pertiwi yang sudah seharusnya kita jaga dan lestarikan demi kelangsungan generasi berikutnya, serta pada saat menerima dampak modernisasi seperti saat ini kita harus berpegang teguh dan berpedoman terhadap kearifan lokal, tradisi dan tentunya Pancasila.