EVERBEAT

  • Fey

    Lead Vocal, Guitar
  • Budi Bontot

    Lead Guitar
  • Rio

    Bassist, Backing Vocal
  • Bobbie

    Drummer

Sebelum tergabung ke dalam EVERBEAT, empat orang ini sudah serius bermusik sejak masih berseragam putih-biru. Dan hari ini, keempatnya senantiasa menjaga rutinitas bermusik sebagai creative-passion, sekaligus jalur produktif. Faktor persamaan habit pada akhirnya membuat keempat pria asal Bandung ini tergabung dalam satu band – di samping karena adanya ragam pengalaman bermusik dengan banyak band dan genre. Ada impian bersama, untuk menjadikan EVERBEAT sebagai grup musik yang ‘has a worth to be appreciated’ – layak mendapat apresiasi oleh seluas-luasnya publik. Kini EVERBEAT hanya dimodali satu senjata: sebuah perasaan ‘belief’, bahwa musik mereka bisa bersaing dengan tembang hits yang easy-listening, tanpa harus terperangkap dalam genre yang sedang booming. Seperti COLDPLAY, namun berisi personil yang berparas Mongoloid, dan taraf hidup yang sejalan dengan inflasi rupiah. Sumber daya EVERBEAT dalam berkarya, lahir dari kecintaan mereka terhadap musik. Di samping rutinitas para personilnya juga, yang tak pernah jauh dari bidang-bidang saling tunjang dengan aspek seni-kreatif. Fey (lead-vocal + acoustic-guitar) meraih gelar sarjana di fakultas ilmu komunikasi – penunjang kemampuannya sebagai brand-ambassador, frontie, sekaligus songwriter. Budi (electric-guitar) menyibukkan diri di beberapa komunitas kesenian, termasuk aktif di sebuah sanggar lukis – sebuah alter-ego yang menunjang intuisinya dalam mengkompos nada-nada musik yang verbal. Rio (electric bass + backing-vocal) mengenyam pendidikan magister di bidang manajemen – ilmu yang relevan dengan ‘social function’ milik karakteristik bunyi gitar bas itu sendri. Sedangkan Bobbie (drums/percussion) menimba ilmu di jurusan perfilman, sambil mengasah diri di ranah penulisan, jurnalistik, dan start-up di aneka media kreatif – mengingat esensi dari permainan drum terletak pada awareness untuk menjadikan proses multi-tasking bertumpu pada sebuah harmonisasi. Bagi EVERBEAT, penghargaan seorang musisi/band harus lebih dulu lahir dari pihaknya sendiri; sebelum berharap datangnya achievements dari pihak luar. Maka, bagi mereka, konsep musikal suatu band perlu dibangun agar punya artikulasi yang jelas, baik dari segi syair, ritme, maupun signatures. Dari sinilah, nama EVERBEAT diusung sebagai shelter penghasil aneka audioworks jangka panjang. Mini album pertamanya, “WE ARE YOU” (2017), jadi ilustrasi-audio bagi wajah perdana EVERBEAT itu sendiri: sebagai unit musikal yang menyajikan perpaduan banyak styles. Mulai dari vocal-hooks yang segar dan akrab di banyak telinga, riffs akustika yang krunchy, electric-leads yang meruang dan penuh gema, basslines yang calmy meski menonjol, hingga drum-grooves yang kental akan sentuhan funk-fusion. Ketika dikombinasikan dengan tepat, kelima elemen ini dinilai sangat cukup, sebagai modal EVERBEAT untuk menasbihkan diri sebagai band yang “tidak memainkan genre, melainkan musik itu sendiri”. Tak lupa, EVERBEAT kerap membubuhkan ornamen khas ke dalam konten musikal mereka, yakni corak nada yang diadaptasi dari ragam musik tradisional Nusantara. Jika suatu hari, band ini harus membuat billboard-nya sendiri, maka tagline yang akan mereka cantumkan adalah: “THINK GLOBALIZE, ACT LOCALIZE”.

Contact

Manager: Aldeer (082111629160) Line : rinaldirida Facebook : Rinaldi Rida Twitter : @aldeerrr Instagram : @aldeerrr

Related