Pronks

Berawal dari pertemuan teman semasa kecil di tahun 2011, dua pemuda yang sudah berteman lama mengobrol tentang keinginan mereka membentuk sebuah band. Saat itu mereka akan memasuki masa perkuliahan yang dikiranya akan menyenangkan, dan ternyata sangat membosankan dan banyak menyita waktu dan tenaga. Rendra dan Gigin memantapkan hati membuat sebuah band bernafaskan hard rock pada awalnya, Rendra sebagai bassist sekaligus vocalist, dan Gigin sebagai drummer. Tak lama setelah masa perkuliahan di mulai Rendra bertemu dengan Landa, dan tentu saja karna kecocokan atas banyak hal, seperti merek rokok yang sama, sanggup nongkrong di warkop berlama-lama, memainkan game yang sama, dan lain-lain. Akhirnya Landa mengisi bagian kosong sebagai gitaris. Selama kurang lebih setahun mereka bertiga rutin ke studio, mencoba menulis lagu dan memainkan lagu-lagu band favorit mereka yang kebanyakan berasal dari era 70an seperti Black Sabbath, The Doors, dan The Kinks, tak hanya itu band garage rock The Strokes juga pernah jadi band favorit mereka. Dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun dari 2011-2012 mereka hanya riwa-riwi ke berbagai studio di Kota Malang untuk menyalurkan hasrat berrmusik mereka, bingung menentukan nama band karna sudah sekian juta nama ada di luar sana, berkarya dan menyebarkan musiknya. Pada akhir kebingungan dalam mencari nama band, mereka bertiga sepakat menamakan band mereka PRONKS. Pada tahun 2012 mendekati 2013 mereka merekam lagu pertama mereka “Do It”, dan mulai mencari gigs disekitaran kota Malang. Waktu memang terasa cepat bila tidak dirasakan dengan seksama, di tahun 2016 setelah berjalan 4 tahun semenjak berdirinya PRONKS akhirnya mereka merilis EP berisi 5 lagu. Bertajuk Lullabies for Insomnian, EP ini diproduksi oleh PRONKS dan label indie asal Kota Malang Barongsai Record. Mereka menyebut genre musik mereka alternative/garage rock, namun ada juga dari teman atau media mengatakan genre yang PRONKS bawakan bisa disebut punk, rock n roll, dan blues. Tidak jadi masalah bagi mereka mau disebut apa jenis musiknya, isi kepala setiap orang memang berbeda. Dunia musik adalah dunia penuh kebebasan, siapa saja bebas mengekpresikan isi hatinya.