Wangi Gitaswara

https://wangigitaswara.bandcamp.com/album/timeless-ep https://soundcloud.com/wgitaswara https://www.instagram.com/gitasch_/ Tertanggal 26 Juli 1995, bertempat di Bandung, saya terlahir ke dunia dengan nama Raden Wangi Gitaswara, dari pasangan Rachman Saleh Sabur dan Yanti Gastini Wiratakusuma. Ayahanda saya, yang lebih dikenal sebagai Rachman Sabur merupakan seorang seniman, sutradara, sekaligus pendiri kelompok Teater Payung Hitam, salah satu kelompok teater kontemporer asal Bandung. Tidak hanya didapat dari Ayah, darah seni turut mengalir dari Ibu saya yang gemar menyanyi dan memiliki suara yang merdu.   Saya mulai menggemari musik sebelum masuk sekolah dasar. Mendengarkan radio dan menyanyi menjadi salah satu kegiatan favorit saya di rumah. Mempunyai banyak saudara yang menyenangi musik akhirnya membuat saya berkenalan dengan gitar. Bermodalkan tekad dan majalah-majalah musik milik kakak sepupu, tanpa bimbingan siapapun, saya belajar memainkan gitar di umur 9 tahun, dari mulai cara menggenjreng sampai menghafal pola-pola chord standar. Tidak sampai 3 bulan, saya akhirnya menguasai teknik-teknik dasar bermain gitar. Mulanya saya selalu enggan menyanyi di depan banyak orang. Namun saat kelas 5 SD, demi menambah nilai tugas pelajaran Seni Musik, saya akhirnya memberanikan diri untuk bernyanyi sambil memetik gitar di depan kelas, membawakan lagu 'Denting' milik Melly Goeslaw. Apresiasi dari orang-orang terdekat tidak langsung menaikkan semangat dan kepercayaan diri saya dalam bermusik. Pada saat itu saya hanya ingin menjadikan musik sebagai sarana untuk menghibur diri. Namun keputusan itu berubah ketika saya duduk di bangku SMA. Saya sempat aktif sebagai anggota paduan suara dan vocal group, mengisi suara sopran. Namun sama sekali tidak terbersit keinginan untuk bersolo karir, karena selama ini saya belajar bernyanyi secara otodidak maka saya merasa kemampuan teknis saya dalam menyanyi masih sangat minim. Mengenai referensi, pilihan musik saya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Saya sempat menyukai lagu-lagu bernuansa pop kental, country, rock, electronic pop, sampai akhirnya beralih ke musik-musik alternative pop/rock, synthpop, post-rock, dan musik-musik indie folk. Namun satu hal yang selalu menarik perhatian saya terhadap suatu lagu ialah muatan lirik atau syairnya. Sebab selain menyanyi, saya pun memiliki ketertarikan yang cukup tinggi terhadap Sastra. Saya bahkan bercita-cita menjadi seorang penulis dan menjadikan Dewi 'Dee' Lestari sebagai panutan saya dalam menulis fiksi. Selulusnya dari SMA, saya memilih jurusan Hukum dan hingga kini masih berkuliah di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Berbagai hobi sempat teredam oleh kesibukan kuliah. Namun pertemuan saya dengan beberapa teman membuat hobi itu kembali saya geluti. Dari mulai kegiatan kecil-kecilan seperti mengcover lagu dan menguploadnya di Soundcloud, sampai beberapa kali bernyanyi di acara pernikahan kerabat. Di penghujung tahun 2015, berkat rekomendasi dari sahabat saya Sheila Priscilla, saya berkenalan dengan Wira Achmady, seorang produser dari label Omegawave Records. Berkat dukungan dari berbagai pihak, saya pun menyanggupi tawaran Wira untuk menggarap solo project bersama Omegawave. Kurang lebih 3 bulan, kami mengerjakan 3 buah lagu yakni 'Brown Sugar Eyes', 'Gerimis', dan 'Incognito', yang lirik dan nadanya diciptakan oleh saya sendiri. Sementara Wira menyempurnakan ketiga lagu tersebut dengan aransemen buatannya. Beberapa band/musisi yang cukup menginfluensi proses penciptaan lagu-lagu saya antara lain Radiohead, Agnes Obel, Lana Del Rey, Feist, Julia Stone, dan Stars & Rabbit.   Bulan Maret 2016, ketiga lagu tersebut rilis ke publik dalam bentuk EP digital bertajuk 'Timeless'. Rilisnya EP tersebut merupakan langkah awal untuk memperkenalkan Wangi Gitaswara ke industri musik indie. Rencananya tahun ini kami akan menggarap beberapa lagu lagi untuk melengkapi 3 lagu sebelumnya yang akan di produksi kembali dan disajikan dalam bentuk Album. Melalui bermusik, saya merasa mampu menyulap kesementaraan menjadi sesuatu yang berumur lebih panjang. Sebab waktu bagaikan bongkahan es yang terus mencair, dan salah satu cara untuk memperlambatnya ialah dengan terus berkarya. Bagi saya, menciptakan lagu ialah proses perakitan memori dan perasaan menjadi kata-kata, untuk kemudian dikawinkan dengan alunan nada. Terkait dengan cita-cita saya yang masih tertunda untuk menjadi seorang penulis, pada akhirnya saya menyadari bahwa esensi dari menyanyi tidak jauh berbeda dengan menulis fiksi-- yakni untuk bercerita, dan menyampaikan sesuatu. Contact Person : Text/WA : 081222411231 (Ghani Prawira) Line : ghanipra Email : wangigitaswara@gmail.com – unfoldinc57@gmail.com

Contact

Text/WA : '081222411231 (Ghani Prawira)

Related