Keberagaman dan Kembali ke Akar Budaya, Suarasama Lepas “Selayang Pandang”

Keberagaman dan Kembali ke Akar Budaya, Suarasama Lepas “Selayang Pandang”

Foto didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan.

Sebuah persembahan yang merdu dan sejuk kepada kota kelahirannya, Suarasama iringi perayaan ulang tahun kota Medan ke -431 lewat tembang "Selayang Pandang" bercorak world music.

Setelah sukses menghadirkan single terbaru yaitu “Syair Cinta” dan “Malikul Quddus”, Suarasama kali ini mengaransemen ulang komposisi musik lagu "Selayang Pandang". Mereka menyajikan lagu ini dengan peleburan idiom musik lintas budaya, meliputi melodi Melayu Sumatera, repetisi irama dan melodi khas budaya Madagaskar di pesisir Timur benua Afrika. Bersamaan dengan perayaan ulang tahun kota Medan ke-431, Suarasama merilis lagu "Selayang Pandang" yang bergaya world music, jenis musik yang menjadi ciri khas Suarasama selama ini.

“Ini adalah persembahan kita (Suarasama-red) untuk ulang tahun kota kita tercinta. Semoga karya ini menambah makna hari jadi kota Medan ke-431," ucap pendiri sekaligus vokalis utama Suarasama, Rithaony Hutajulu di Rumah Musik Suarasama Medan, Minggu (27/6/2021), dikutip dari isi siaran persnya.

Sejak masifnya arus teknologi, informasi, modernisasi dan digitalisasi yang juga merambah pada industri musik saat ini, lagu "Selayang Pandang" memang belakangan sudah jarang terdengar. Tergerus empat elemen yang disebutkan di awal – sebagai folk music atau jenis musik rakyat terutama Melayu Sumatera Timur – lagu dan jenis musik tersebut cukup populer di era '80 hingga '90-an di Indonesia.

”Ini upaya mengingat ulang salah satu ikon kultural (Sumatera Timur-red) yang kita miliki,” ujar pendiri sekaligus komposer Suarasama, Irwansyah Harahap. Irwansyah juga menambahkan, secara musikal komposisi musik ini menggambarkan interaksi sejarah persebaran budaya Melayu di kawasan Asia Tenggara, daratan Asia hingga Madagaskar di Afrika. Sebagai seorang musisi yang juga akademisi di Universitas Sumatera Utara, ia juga melihatnya dari sudut pandang kajian etnomusikologi, di mana musik merupakan sebuah teks kultural yang di dalamnya terdapat berbagai bentuk kristalisasi, bahan refleksi dan dokumentasi sejarah kemanusiaan.

Hal lain diungkapkan oleh Rithaony Hutajulu yang berujar bahwa rilisan terbaru ini diharapkan mampu menginspirasi untuk menggali lagi ke akar budaya dari kekayaan tradisi musik di Indonesia. “Masyarakat kita punya kekayaan khazanah tradisi musik. Kekayaan ini bisa menjadi sumber penciptaan karya baru. Kembali ke akar budaya adalah salah satu strategi budaya di tengah maraknya media baru dunia digital seperti sekarang ini,” ucap Rithaony.

Lagu "Selayang Pandang" ini sudah dirilis pada Rabu (30/6/2021) lalu di beberapa platform digital, seperti Spotify, Joox, Langit Musik, Resso, iTunes, dan beberapa lainnya.

Untuk diketahui, Suarasama telah memproduksi empat album musik: Fajar Di Atas Awan (1998, 2018), Rites of Passage (2002), Lebah (2008) dan Timeline (2013). Album Fajar di Atas Awan diproduksi dalam bentuk keping CD oleh Radio France Internationale (RFI), France 1998. Satu lagu berjudul “Fajar di Atas Awan” yang terdapat di dalam album tersebut juga dipublikasikan sebagai lagu penutup dalam Music of Indonesia 20: Indonesian Guitars by the Smithsonian Folkways Recording, 1999 in Washington DC, USA. Di tahun 2008, album yang sama diterbitkan ulang dalam bentuk CD dan LP oleh Drag City Chicago serta didistribusikan ke beberapa negara di dunia, khususnya di Eropa dan Amerika. Album musik Fajar di Atas Awan dianggap sebagai One of the 5 Best World Music Album of the Year oleh San Francisco Chronicle, One of the 10 Best World Music Album of the Year oleh UnCut Magazine, London dan One of the 10 Best Album of October, 2008 oleh Global Rhythm Magazine, USA.

Karya musik Suarasama juga dipakai sebagai bagian dari isi dan ilustrasi dari film “[un]COMMON SOUNDS : Exploring the Contribution of Music and The Arts in Fostering Sustainable Peacebuilding Among Muslims and Christians" oleh Fuller Theological Seminary, USA (2013). Irwansyah Harahap sendiri telah mendapat anugerah kebudayaan Kemendikbud RI sebagai "Pelopor World Music" di Indonesia pada tahun 2017 lalu.

Suarasama berharap semoga lagu ini dapat memberikan rasa sejuk dan damai di tengah situasi pandemi yang masih terjadi saat ini. “Kami berharap bahwa single Suarasama ini mendapat tempat terbaik dari penikmat musik Indonesia.”

BACA JUGA - Suarasama, Suara Kontemporer

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner