Sebuah Pesan Reflektif Disodorkan dalam

Sebuah Pesan Reflektif Disodorkan dalam "Ruang Tunggu" dari Pusakata

Foto didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan.

Ada pesan yang cukup dalam di rilisan terbaru Pusakata. Lewat lagu "Ruang Tunggu", Pusakata mencoba mengingatkan kita bahwa pada dasarnya kita semua sedang menunggu sebuah akhir dari seluruh petualangan. Akhir yang tidak ada seorang pun yang tahu.

Dari mana kita berasal? Apa yang akan kita lakukan saat ini? Lalu hendak ke mana kita selanjutnya?

Rentetan pertanyaan ini jadi dasar rilisan terbaru Pusakata, single kelima dari album Mesin Waktu 2020 berjudul "Ruang Tunggu". Setidaknya dalam dua rilisan terakhir, ada pesan yang lebih personal dan bersifat reflektif pada diri sendiri, setelah sebelumnya kita dibuai dengan pesan dan kehangatan sebuah keluarga. Kali ini, justru ada kesan lirih yang tersirat, sebuah ajakan untuk menyadari bahwa sebenarnya kita semua sedang menunggu satu hal yang tak bisa dideskripsikan.

Tiap manusia melalui perjalanan, tapi perspektif dalam petualangan itu tidak sama. Ada yang menjadikannya pelajaran, pengingat, ada pula yang terjebak dan tak beranjak maju. Ada yang terlihat nyata, ada pula yang terlihat samar. Tapi, satu hal yang pasti adalah pada dasarnya kita semua sedang menunggu akhir dari seluruh petualangan. Akhir itu lah yang akan menjawab kisah kita masing-masing. Akhir yang tak ada seorang pun di dunia ini yang tahu dan siap, sebab bagian akhir itu sungguh sebuah misteri.

"Ruang Tunggu", begitulah cara Pusakata menamai sebuah ruang penantian, tempat kita akan berkumpul suatu saat nanti. Tempat itu yang akan menaungi kita selama waktu yang tak bisa kita tahu. Di sana pula akan hadir penyesalan akan kegagalan, harapan untuk bisa memutar waktu, air mata karena duka oleh khilaf dan kesempatan yang disia-siakan, juga tempat kita mengenang perjalanan manis, berharap bisa mengulang kebahagiaan itu lagi.

Lagu ini digarap Pusakata dengan kisah yang tak kalah unik dengan karya-karya sebelumnya. Di lagu ini, ia berkolaborasi dengan Gusti Hendy, drummer dari band GIGI. Untuk instrumen lain seperti bas, gitar elektrik, guitalele, keyboard dan synthesizer dikerjakan oleh Pusakata dengan bantuan oleh Capung. Seluruhnya direkam di Rucs Studio, Makassar. Untuk pengerjaan artwork, lelaki bernama lengkap Mohammad Istiqamah Djamad ini mempercayakannya pada sang istri, Agnes Purwanti.

BACA JUGA - "Di Seberang Sana": Sebuah Pesan untuk Sabar, Persembahan Pusakata dan Seluruh Keluarganya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner