The Hours of Silence Tandai Kebangkitannya Dengan Merilis Single Terbaru

The Hours of Silence Tandai Kebangkitannya Dengan Merilis Single Terbaru

Sumber Foto : Diambil dari rilisan pers The Hours of Silence

Lagu “Headlong Journey (Quarantine)” bercerita tentang bagaimana manusia menyikapi sebuah tragedi besar yang pernah melanda, salah satunya adalah Covid-19 yang melululantantakkan dunia dalam beberapa waktu terakhir ini

Pembentukan sebuah band biasanya didasari oleh lingkar pertemanan dengan selera musik yang sama, dan karena faktor kedekatan itu akan memperkuat usia band tersebut – tak jarang pula perjalanan band dengan personil dari teman-teman terdekat harus melalui lika-liku di dalamnya. The Hours of Silence, sebuah band lama asal Jakarta, kini kembali menunjukan eksistensinya setelah harus vakum selama 23 tahun. Hadir merilis single terbaru dengan judul “Headlong Journey (Quarantine)”, momen tersebut sekaligus menjadi penanda kebangkitan band ini.

Dirilis ke platform-platform musik digital pada 10 November 2022, ini merupakan persembahan kedua dari Yuka D. Narendra (vokal), Anda Perdana (gitar, vokal), Quiddo Jozal (drum, vokal) dan Rendi Khrisna (bas, vokal) sejak memutuskan untuk menghidupkan lagi band yang pertama kali dibentuk di tahun 1990 ketika mereka masih menjadi siswa SMA Pangudi Luhur (PL), Jakarta, terhenti dua tahun kemudian saat lulus SMA membuat mereka berpencar, lalu dipersatukan lagi di tahun 2015. 

Berbeda dengan “Silence Remain”, single perdana The Hours of Silence dari Februari lalu yang sebelumnya pernah mereka rekam dalam bentuk demo di tahun 1991, “Headlong Journey (Quarantine)” adalah karya benar-benar fresh yang merupakan hasil kontemplasi di tengah karantina akibat pandemi. Lagu ini bercerita tentang bagaimana manusia menyikapi sebuah tragedi besar yang pernah melanda, salah satunya adalah Covid-19 yang melululantantakkan dunia dalam beberapa waktu terakhir ini.

 “Lagu ini merefleksikan perjalanan peradaban manusia, sekaligus mempertanyakan banyak hal,” kata Yuka sang vokalis sekaligus penulis lirik. “Apakah ini pertanda dari perubahan peradaban? Akankah kita keluar dari situasi ini? Bagaimanakah masa depan umat manusia kelak? Apa yang harus kita lakukan setelah ini? Dan yang terpenting, akankah kita belajar sesuatu dari peristiwa penting di abad ini?” tambahnya.

Mengusung gaya bermusik unik yang dibalut nuansa art rock ala akhir ’80-an yang sedikit diberi bumbu tambahan oleh Rendi, dan juga dibantu oleh musisi sekaligus sesama alumni PL, Dave Lumenta pada keyboard dan synthesizer serta Leonardo Ringo pada vokal latar, The Hours of Silence terdengar seperti band dengan kematangan yang sesuai usia para personelnya namun disertai energi selayaknya sekumpulan pemuda yang untuk pertama kalinya merasakan euforia bermain musik dengan teman-teman yang satu frekuensi.

“Headlong Journey (Quarantine)” juga menegaskan bahwa kembalinya The Hours of Silence setelah vakum 23 tahun bukan sekadar ajang nostalgia bagi Yuka, Anda dan Quiddo, yang pada era kejayaan THOS di masa SMA dulu sempat menjual 500 kopi kaset berisi dua lagu orisinal. Kembalinya mereka pun – dengan mengajak Rendi, teman seangkatan mereka di PL, untuk melengkapi formasinya – pada awalnya sekadar untuk tampil di reuni akbar sekaligus ulang tahun ke-50 almamater. 

Namun kini The Hours of Silence menuangkan pengalaman tak ternilai yang mereka dapatkan dari perjalanan hidup dan karier bermusik masing-masing – Yuka sebagai produser beragam artis seperti Sketsa dan Voice of Baceprot, Anda sebagai gitaris dan vokalis grup Bunga yang kemudian berkarier solo dan membentuk duo Matajiwa, Rendi sebagai anggota kuartet pop rock Bragi – ke dalam sebuah kolektif yang mengutamakan ekspresi dan eksplorasi sebebas mungkin melalui musik yang mereka ciptakan bersama. Oleh sebab itu, nantikan karya-karya berikutnya dari The Hours of Silence, band baru yang berusia 31 tahun ini.

BACA JUGA - EP ‘I Feel Like Me Again’ Menandai Kelahiran Kembali Crayon Cosmos

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner