The Panturas Makin Perlihatkan Kualitasnya Lewat Film Pendek “All I Want”

The Panturas Makin Perlihatkan Kualitasnya Lewat Film Pendek “All I Want”

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers The Panturas

Film pendek “All I Want” sekali lagi membuktikan bahwa The Panturas jpunya kapasitas yang berbeda dibanding band-band lainnya

Beberapa waktu lalu The Panturas berhasil melahirkan sebuah album berjudul Ombak Banyu Asmara, di mana di dalamnya berisikan lagu-lagu ciamik layak dengar yang sayang jika dilewatkan begitu saja. Salah satunya adalah lagu “All I Want”. Kini, melalui lagu itu mereka mempersembahkan sebuah film pendek (sebagai sebuah tafsir sinema lagu tersebut) karya sutradara Edy Khemod, yang mengekspos kisah balas dendam berbalut asmara milik seorang perempuan bernama Ida kepada seorang tukang jagal, pembunuh orang tuanya yang dituduh sebagai antek PKI pada masa pemberangusan komunis tahun ’65. Film pendek ini menampilkan tiga peran karakter yang dibintangi oleh para aktor berkelas, diantaranya Prisilia Nasution sebagai Ida, Dimas Danang sebagai Anwar dan the one and only, Tio Pakusadewo sebagai sang tukang jagal.

Aksi cincang tubuh manusia yang dipotong-potong menyerupai potongan kambing guling dan ditempatkan kedalam beberapa kardus, yang selanjutnya akan digeletakan begitu saja di pinggir jalan, jadi pemandangan yang akan ditemui dalam film pendek ini. Menariknya, adegan di film “All I Want” ini menggambarkan suatu kejadian yang sama persis seperti kasus Setiabudi 13 pada tahun 1981. “Setiabudi 13 adalah kasus yang masih menjadi misteri hingga hari ini. Siapa pembunuhnya, apa motifnya, kenapa bisa seperti itu, tidak ada yang pernah tahu. Karena ada area abu-abu tersebut, kami berpikir menarik jika kami bersama Khemod membuat cerita fiksi dari kejadian nyata tersebut.” jelas Surya ‘Kuya’ Fikri Asshidiq, drummer The Panturas.

Seakan menjadi kombinasi sahih antara The Panturas dan kisah fiktifnya yang dapat menghasilkan kekuatan bercerita yang apik, penggalan konflik yang terjadi dengan sentuhan imaji yang kuat selalu membuat lagu-lagu surf-rock mereka terasa hidup dan nyata, oleh karena kehadiran serangkaian tokoh rekaan yang selalu mewarnai seluk beluk adegan yang tersaji di setiap lagu. Bukan hanya itu, mereka juga serius ketika harus menerjemahkannya secara visual. Semua itu dibuktikan dengan dirilisnya beberapa video musik yang mencangkup semua unsur tadi, diantaranya “Queen of The South” atau “Tafsir Mistik” yang sudah pasti bernafas sinematis dan berjahil komikal.

Akhirnya di titik itulah The Panturas bertemu dengan Edy Khemod bersama tim Angin Segar Films. Di luar dugaan, bukan project video musik yang digarap melainkan mereka berdua menerobos kebablasan dengan memproduksi film pendek. Ide tentang film pendek ini awalnya dicetuskan Edy Khemod dan The Panturas datang melempar topik pembunuhan, dengan basis khayalan mengadaptasi kasus Setiabudhi 13. Mengambil latar kelam sejarah genosida komunis tahun 1965 sebagai motif utama pembalasan dendam, Edy Khemod menanggapinya dengan menyelipkan dua pesan khusus yang ingin disampaikan.

Ketika tengah mengembangkan cerita, kami sadar kalau ternyata violence breed violence susah untuk memutus mata rantai lingkaran kekerasan, makanya sebaiknya dihindari. Walaupun bergaya fiksi, film ini mengandung pertanyaan bahwa ada masa lalu yang terus ditutupi, dan kita tidak pernah terbuka sebagai sebuah bangsa setiap kali menghadapi masalah itu. Jadi, bukan tidak mungkin kejadian berdarah seperti di film ini bisa terwujud di kehidupan nyata.” jelas Edy Khemod.

Film pendek “All I Want” sekali lagi membuktikan bahwa The Panturas punya kapasitas yang berbeda dibanding band-band lainnya. Hal itu dapat dilihat dari mereka yang sudah meningkatkan nilai mutu produksi di segala aspek, baik aransemen lagu, suguhan visual, maupun aksi panggungnya nanti ketika kondisi sudah benar-benar pulih seperti biasanya. Film pendek “All I Want” sudah bisa dinikmati secara serentak di kanal Youtube The Panturas sejak tanggal 24 September lalu.

BACA JUGA - Imajinarium Ajak Peduli Lingkungan Lewat Single “Sacrifire”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner