Terima Kasih Aku Orang Indonesia
Sarapan di negara berawan, dengan cinta yang belum dipidatokan.
Rusia dan yang merebut aku pergi ketika mulai bosan dengan segala kemungkinan di dalam kesedihan pudarnya matahari, untuk memenuhi musim dingin yang jauh di Selatan.
Rindu, rasa rindu, tidak mampu membuat cair salju di daun dan ranting-ranting pohon Birch.
Sekarang, di Ciwastra yang hangat, tidak ada yang lebih Indonesia daripada nasi kuning dan matahari di jemuran, di pohon Damar, di pohon Kemuning.
Alamat yang tepat untuk cinta, bersama suasana berbeda yang bisa aku gunakan untuk menyeduh kopi Aceh.
Pada akhirnya, memang, tidak ada yang terlambat untuk gembira.
Selamat Pagi yang ini, Kawan.
Bersambung...
Comments (1)