Dari Manakah Selera Musik Kita Berasal?

Dari Manakah Selera Musik Kita Berasal?

Musik bukan hanya persoalan estetika tetapi juga pengalaman etis, karena melalui konsep musik yang baik dan buruk secara tidak langsung seseorang sedang membangun ruang dan menggunakan musik sebagai sumber identitasnya. Argumen ini tampaknya didukung oleh Hansen dan Hansen (1991) yang menawarkan tiga konsep: orang-orang tertarik pada gaya musik tertentu yang sesuai dengan konsep diri mereka dan persepsi mereka tentang realitas sosial; mendengarkan berbagai jenis musik memfasilitasi pembentukan sikap dan kepribadian; hubungan sebab akibat ini bersifat timbal balik dan karenanya berfungsi dua arah. Oleh karena itu, selera dan preferensi musik dapat membentuk pernyataan tentang nilai, sikap, dan siapa kita. Ringkasnya, musik semakin berfungsi sebagai kendaraan, yang dengannya kita dibantu untuk merumuskan identitas individu atau kelompok. Jadi jangan berpikir bahwa musik kita lebih berkelas atau spesial dibanding musik lainnya, karena selera orang terbangun/dibangun oleh dorongan yang berbeda pula.

Musik populer, metal salah satunya, meskipun sering dianggap musik yang buruk namun musik metal tetap hadir dengan perbedaan selera yang terus terwujudkan/diwujudkan dalam ragam subgenre. Saya percaya bahwa baik atau buruk yang disematkan pada musik tertentu hanya sebuah perbedaan persepsi. Dengan cara ini, mungkin orang bisa lebih menghargai perbedaan selera bermusik, karena dengan menghina selera musik orang berarti dia sedang menghina dirinya.

Selanjutnya, pilihan kita atas musik, pakaian, makanan, kendaraan, dan setiap pilihan yang kita lakukan untuk kehidupan sehari-hari adalah pernyataan identitas kita, perbedaan kita, atau kesamaan kita dengan orang lain (Priyatna, 2018). Perbedaan pilihan ini juga tumbuh dari pengalaman bermusik karena musik menawarkan pengalaman tubuh, waktu, dan kemampuan bersosialisasi yang turut membagun identitas kita (Frith 1996). Dalam wacana yang lebih luas, pandangan Frith, Hansen, dan Priatna ini mengingatkan saya akan wacana yang sedang hangat digulirkan yakni pencarian identitas Indonesian metal. Babak baru dimulai kembali, perwujudan sebuah perhelatan rutin yang di desain sedemikian rupa untuk menemukan cetak biru Indonesian metal menunjukan upaya pencarian tanpa henti akan nilai, makna, perilaku, dan tipikal penampilan yang dianggap dapat merumuskan sekaligus mendefinisikan identitas Indonesian metal.

Bagi saya pribadi pencarian jawaban tentang pilihan bermusik ini tidak berhenti disini. Kemungkinan-kemungkinan jawaban lain sedang menunggu untuk ditemukan. Namun demikian, paling tidak apapun hasilnya nanti, dapat dipastikan bahwa jawaban itu akan merawat keyakinan saya atas musik metal yang sampai saat ini mampu menjaga saya, keluarga, saudara, teman-teman band, kolega, penggemar, label, dan penyelenggara acara tetap bahagia.

Lalu, apakah cokelat friends sudah menemukan alasan mengapa musik itu yang kalian pilih? Kalau belum berarti jangan berhenti mencari.

BACA JUGA - Pecat Personil Band, Apakah Keputusan yang Tepat?

Hinhin Agung Daryana

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin 'Akew' adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner