Nostalgia Versi Nectura: Sebuah Catatan dari Album Narasi Penantang dari Lanskap yang Ditinggalkan

Nostalgia Versi Nectura: Sebuah Catatan dari Album Narasi Penantang dari Lanskap yang Ditinggalkan

Rasa komersil memang tidak terlalu terasa pada awal lagu yang disajikan. Album ini dimulai dengan sebuah speech yang menurut saya menakutkan secara makna. Dapat didengar bagaimana Abo dan Owang meneriakan satu baris lirik yang sarat makna: “Hidup ibarat menulis tanpa penghapus jaga”. Saya akui iringan musik di track ini sangat kekinian, banyak instrumen-instrumen artifisial. Aulia sang bassist berhasil mengatur suasana dengan cukup baik kelam, ditambah dengan penataan efek-efek suara yang tidak akan ditemukan pada album Awake To Decide.   

Lagu pembuka “Kultus” menjadi penanda transisi musikalitas Nectura. Pekerjaan gitar Akew dan Abo yang kini menggunakan senjata baru dengan menggunakan gitar tujuh senar terdengar lebur di lagu ini, isian yang sangat melodius, padat, dan sedikit bluesy adalah indikator bahwa kedua gitaris ini memang akhirnya sepakat melepaskan ego masing-masing dan berhasil membuat ramuan metal Amerika dan Eropa.

Pengaruh pop hadir di seluruh album dan memberikan nuansa segar dan mengejutkan. Struktur lagu yang cenderung mudah diingat, dilengkapi dengan hook-hook chorus yang mudah dinyayikan kembali, sepertinya tetap dijadikan kelebihan oleh Nectura. Dengar saja lagu seperti "Setara" dan "Tirani Mati", yang jika dicermati menjadi indikator yang jelas bahwa band ini sangat dipengaruhi Soilwork dan Unearth. Kecakapan permainan bass dan drum sangat menonjol di kedua lagu ini. Abah Andris dan Aulia terdengar sangat padu menjalankan tugasnya sebagai penjaga tempo dan beat. Tidak hanya itu, olahan motif, ritmis, dan ketukan mereka semakin meyakinkan saya bahwa Nectura memang sedang berada dalam transisi musikal.

Selanjutnya, para pendengar akan disajikan lagu “Jalang Terbuang” yang bisa jadi menjadi pijakan untuk karya-karya Nectura selanjutnya. Kompleksitas musikal semakin tidak terdengar, semua instrumen saling berkomunikasi membangun sebuah konstruksi musikal yang cenderung baru bagi Nectura. Perpaduan interval yang “lembut” dan “catchy”, ditunjang riff yang terdengar sangat rendah menjadikan lagu ini sangat heavy but catchy. Tidak ada keraguan di benak saya jika formasi ini bisa jadi formasi terbaik dan tersolid, tidak hanya di atas panggung namun di bawah panggung. Saya memperhatikan bahwa lirik dan emosi lagu ini tidak terdengar kaku seperti biasanya. Dengan cukup sempurna, Owang dan Abo sebagai penjaga garda depan divisi vokal berhasil mengolah isian vokal dengan subjek pribadi seperti pengkhianatan dan konsistensi. Kekecewaan akan apa yang terjadi di lingkungan kami di satu sisi menjadi energi besar bagi Nectura. Selintas di benak saya berpikir jika kalimat-kalimat seperti “Takkan kucoba bertahan, haram aku menjilat, takkan aku berlari, aku jalang terbuang, kerap ku rapuh sampai asa melepuh tak akan patuh” memberi kami energi positif dan mencoba bertahan melawan apapun yang kami rasakan dalam hidup kami.  

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin 'Akew' adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner