Panggung Pertama di Lorong B

Menengok kembali sekilas perjalanan Parade Musik Underground di kota Malang, pada tahun 1996 silam.

Hampir seperempat abad lalu, sekelompok pemuda yang kecanduan musik cadas punya ide nekat untuk merancang konser underground yang pertama di kota Malang. Kurang lebih dua tahun sebelumnya mereka sudah merintis “serikat” yang dikasih nama Total Suffer Community (TSC), sebuah komunitas penggemar musik bawahtanah dengan selera serta gairah yang membabi-buta pada genre metal, hardcore, punk, dan selingkarnya.

Kebanyakan dari mereka saat itu sedang berada di bangku SMA atau masih kuliah di semester awal. Sekumpulan remaja usia labil dan pencari jati diri yang masih mengkultuskan jargon-jargon macam ”Support your local underground scene!”, “Fuck off trendy!’, sampai ”Commercial sucks!”.

Gagasan bikin konser underground itu muncul tiba-tiba. Ya, bocah-bocah ini sungguh naïf dan sembrono. Tidak profesional namun sangat emosional. Tekad mereka saat itu hanya satu: “Supaya scene underground kota Malang dilirik dan disegani di negeri ini!”

Ya, sesederhana itu aja. Simpel, naïf dan gegabah.

Harus diakui, atmosfir scene underground Malang memang cukup dekat dan terpengaruh oleh Bandung kala itu. Proyek ini pun terobsesi oleh acara serupa yang sudah pernah digelar di sana, seperti Hullabaloo (1994), Bandung Berisik (1995) Gorong-gorong Bandung (1996), serta Bandung Underground (1996).

Samack

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.