Rubah or Die!; Music Disrupts Pandemic 4.X

Rubah or Die!; Music Disrupts Pandemic 4.X

Semenjak dahulu kala, musik adalah bagian paling penting dalam kehidupan manusia. Ekspresinya merambah berbagai aspek kehidupan, dari mengiringi perenungan spiritual, menjadi identitas negara, peggebrak perang, menjadi nuansa di hajat hidup orang banyak. Ia hadir dalam kehidupan personal setiap manusia semenjak lahir hingga mati dan kemudian terlahir kembali, bahkan di banyak kebudayaan ia dipercaya sebagai asal muasal penciptaan alam semesta. Hingga akhirnya sakralitas musik perlahan bercumbu dengan hasrat populis, maka perlahan lahirlah banalitas. Walau tetap mengombang-ambing hati dan jiwa, namun ia perlahan memasuki ranah yang transaksional. Ia berubah seusai transaksi yang terjadi, transaksi ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Seiring serbuan kultur industri, musik berkembang dari zaman ke zaman. Dengan sistem yang semakin canggih, orang-orang semakin hebat dalam menciptakan karya. Walau juga tak kehilangan esensinya sebagai pembangun kebersamaan dan mempersatukan keragaman, namun seiring disrupsi yang terjadi, musik dituntut untuk terus bergerak, mengejar banyak hal yang baru, mengadopsi tren dan teknologi terbaru, dan menciptakan karakter musik sendiri dari semua serapan itu menjadi bentuk yang kita banget.

Sejak bermusik dan mempelajarinya lebih jauh tahun 2008, disrupsi ini yang saya rasakan. Di lingkungan saya, musik mayoritas diekspresikan melalui band yang didirikan dan dikelola oleh anak muda. Kawan-kawan saya bermain musik secara komunal dengan genre yang berbeda-beda. Masa itu, visi dunia musik dan seni itu sangat menjanjikan bagi kami. Tak hanya kepuasan dalam berkarya, pun ia bisa menjadi peluang untuk mencari rejeki.

Di ranah musik metal yang saya mainkan, komunitas merupakan bagian penting yang memegang peran terutama. Dari, dengan, dan oleh komunitas lah, kompleksitas pergerakan musik dikelola secara nyata. Aktivitas pembangunan musik melebar di berbagai ranah. Seiring para musisi yang secara produktif membuat karya, label-label rekaman menyambut karya-karya ini, mendistribusikan, dan mempublikasikannya bekerja sama dengan media-media yang secara demokratis membuatnya bisa diraih audiens. Di sisi lain, kolektif-kolektif penggarap acara secara bergerilya menggelar gigs dan festival, dan para penikmat musik menunggu hasil-hasil karya yang sudah dibuat untuk dinikmati. Dan itu berlangsung terus menerus dari dekade ke dekade menciptakan gairah-gairah musik yang terus meremaja.

Penulis adalah musisi bernama Marliana S. Yonas. Dikenal dengan nama Deana Struggle atau mrl deana, lahir pada Mei 1991 di kota Bandung. Berada di ranah underground sejak 2006, dan saat ini bermain bass bersama Annabelle, Murka, dan Hellfrog Project. Sesekali menjadi pendaki, dan juga session model.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner