Selamat Datang di Era Baru: Apokaliptika

Selamat Datang di Era Baru: Apokaliptika

Catatan personal dari Stephanus Adjie

"Apokaliptika". Single terbaru band saya, Down For Life, akhirnya rilis tanggal 31 Mei 2020 kemarin. Merilis single di tengah masa PSBB (lockdown versi Indonesia)? Banyak pertanyaan yang disampaikan kepada Down For Life, baik ke personil lain ataupun ke saya. Apa, kenapa dan bagaimana prosesnya? Perilisan lagu "Apokaliptika" ini sebenarnya cukup menarik dan spesial bagi kami secara personal. Ini akan kami kenang dalam perjalanan karir bermusik kami. Tidak hanya merilis karya di masa pandemi yang membuat seolah-olah dunia berhenti sementara, tapi juga prosesnya yang cukup panjang.

Setelah kami merilis album kedua Himne Perang Akhir Pekan di tahun 2013, beberapa bulan kemudian gitaris Moses Rizky mengundurkan diri karena alasan keluarga dan pekerjaan, digantikan Isa Mahendrajati. Sebelumya, Isa sudah sering membantu di saat Moses atau Rio berhalangan. Memasuki tahun 2014, menyusul Wahyu ‘Uziel’ Jayadi (drummer) juga mengundurkan diri dan digantikan Muhammad ‘Abdul' Latief. Sebuah pergantian yang tidak mudah, karena kami baru saja merilis album baru di tahun sebelumnya dan sedang dalam rangkaian promo tour album tersebut. Tapi, Isa dan Latief bisa menjawab tantangan dan membantu kami melewati fase sulit itu. Kematangan bermusik Isa dan jiwa muda Latief membuat kami semakin bersemangat untuk terus berkarya.

Begitu selesai tur, kami segera melakukan rekaman di Studio Kua Etnika, Yogyakarta di pertengahan 2014. Karena belum ada materi baru, kami mengaransamen ulang lagu "Liturgi Penyesatan" menjadi format akustik dan satu lagu cover "Kerangka Langit" milik band rock kugiran kota Solo, Kaisar. Kemudian, kedua lagu tersebut baru dirilis di tahun 2018 dalam format EP 7" vinyl berjudul Menantang Langit oleh Demajors.

Menjelang akhir tahun 2014, saya memutuskan untuk pindah domisili di Jakarta, yang tentu saja berpisah dengan personil yang lain. Down For Life tetap berlatih seminggu sekali di Solo tanpa saya. Tapi, saya optimis band ini masih tetap bisa berjalan, meski terpisah jarak. Formasi baru membuat kami sangat bersemangat dan berharap bisa memacu juga menstimulasi daya kreasi untuk menggarap materi-materi baru. Persahabatan Rio dan Isa yang sudah terjalin lama, jauh sebelum mereka bergabung di Down For Life memberi harapan besar.

Tapi, ternyata yang terjadi adalah malapetaka. Ekspektasi besar itu sirna seiring waktu. Proses jamming di studio sering berakhir dengan sia-sia. Faktor kedekatan mereka berdua ternyata menjadi penghalang dan bom waktu dalam proses kreatif. Ego keduanya sangat besar, ditambah kedekatan secara personal malah menjadi bumerang. Seringkali suasana jamming di studio berubah menjadi ajang pertempuran antar keduanya yang tentu juga berimbas ke personil lain. Ketika Rio mempunyai riff dan part lagu disampaikan saat jamming, respon Isa tidak seperti keinginan Rio, demikian sebaliknya. Suatu kejadian Isa, yang baru saja pulang kerja dari Yogyakarta langsung ke Solo untuk latihan, saat di studio memainkan riff yang langsung ditimpali ketidaksetujuan Rio dengan ketus. Akhirnya, adu mulut menjurus ke pertengkaran fisik hampir terjadi, sampai Jojo menengahinya.

Stephanus Adjie

Stephanus Adjie. Dikutuk menjadi metalhead sejak 1990 sampai akhir menutup mata.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner