Menuju Perjalanan Musikal yang Baru, Nissan Fortz Gandeng Dua Penyanyi Asal Garut

Menuju Perjalanan Musikal yang Baru, Nissan Fortz Gandeng Dua Penyanyi Asal Garut

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Nissan Fortz

Perilisan single “NaNaNa” sendiri merupakan langkah atau upaya Nissan Fortz melakukan perjalanan musikal ke liga yang baru

Publik mengenalnya dengan suara khas dan berat, serta kemahirannya mengeskploitasi senar-senar dari gitar akustik dengan corak sentuhan timbrenya. Sentuhan blues yang kental dari permainan gitarnya juga jadi sesuatu yang kemudian menjadi identik dengan musisi satu ini. Adalah Nissan Fortz yang melambung dengan lagu berjudul “Sore Sebelum Hujan”. Meneruskan pencapaiannya lewat lagu tersebut Nissan kemudian merilis sekuel dari lagu tersebut lewat single berjudul “Dan Setelah Hujan”.

Tidak ingin berpuas diri terlalu dini, Nissan juga kemudian meneruskan perjalanan bermusiknya lewat sederet kolaborasinya dengan musisi lain. Tidak hanya dengan musisi yang secara musik satu lingkaran sama dengannya, namun Nissan juga meluaskan langkahnya merambah genre musik lain. Seperti salah satunya lagu bergenre hip hop berjudul “Tong Digerung-Gerung”, di mana Nissan menjadi pengiring rapper kenamaan asal Majalaya, Asep Balon.

Nampaknya kolaborasi seakan menjadi ‘candu’ tersendiri bagi Nissan. Terbukti pada kemunculannya kali ini Nissan kembali berkolaborasi dalam karya terbarunya. Lewat single berjudul “NaNaNa”, solois asal Bandung ini menggandeng dua penyanyi sekaligus sebagai kolaboratornya, yakni Judith dan Dinda Ayu. Dua penyanyi perempuan asal Garut, Jawa Barat. Tidak hanya diperkenalkan dalam format audio, lagu “NaNaNa” juga dikuatkan lewat suguhan visual berupa video musik.

Lebih jauh berkisah tentang lagunya,  menurut rilisan pers yang DCDC terima, lagu “NaNaNa” bercerita tentang kerinduan akan suasana atau rutinitas yang acapkali Nissan Fortz alami sebagai musisi (baca: pangggung langsung). Namun karena situasi pandemi kebiasaan itu lantas hilang dan menjadi seutas rindu yang sangat berat untuk dirasa. Nissan Fortz mencoba memotret gejala tersebut sekaligus ia sisipkan sebagai do’a dan berharap agar kenangannya itu bisa kembali menjadi rutinitasnya saban hari.

“Suasana dan situasi pandemi ini membawa saya ke banyak perasaan dan pemikiran. Salah satu yang paling saya alami dan rasakan adalah keterbatasan akan panggung dan ruang gerak. Keresahan tersebut lantas menggugah saya untuk menuangkan itu semua ke dalam lirik lagu. Karenanya lagu ini bercerita tentang kerinduan akan sebuah panggung yang biasanya menjadi sarana berinteraksi dengan mereka para penikmat lagu-lagu Nissan Fortz. Mudah-mudahan ini bukan hanya harapan saya saja sebagai musisi tapi ini akan menjadi harapan semua orang dan semoga kita bisa segera berpijak kepada dunianya kembali yaitu panggung yang nyata,” ujar Nissan Fortz menjelaskan latar pembuatan lagu.

Lirik tersebut kemudian diwarnai dengan pesta musikal yang anggun dan parlente. Berbagai sentuhan American music coba Nissan Fortz sajikan dengan berbagai pendekatan referensi dan penjabaran ulang. Kita seolah dibawa ke masa-masa lampau dengan bebunyian dari keontetikan broadway hingga taburan sayatan melodi-melodi genit dengan cengkok blues yang menusuk hati dengan kadar dan rasa yang gemilang nan modern.

“Lagu ini terinspirasi akan sebuah film musikal yang mengangkat kisah masa keemasan penyanyi Blues wanita era ‘30-an / ’40-an (Ma rainey's, Bessie Smith). Saya betul-betul menghayati perjalanan bermusiknya baik dari segi audio maupun visual. Akhirnya, dari situlah saya mencari informasi lebih mendetail akan karya-karyanya,” kata Nissan Fortz.  Tidak berhenti disitu saja, menurut Nissan Fortz, karena pengalamannya itu, referensi pun bertambah. Dan ternyata ia menemukan fakta bahwa yang berdekatan dengan era ‘30-an / ’40-an itu ada salah satu sub genre Blues, dengan title 'Jump blues' dan sub genre ini berkembang di daerah yang dekat dengan perkotaan.

“Karakteristik musik ini lebih terdengar riang dan tidak melow dan instrumental pendukung yang khas adalah alat-alat tiup seperti Trumpet, trombone dan Saxophone dan itu sangat jelas terdengar pada karya-karyanya Louis Jordan, Ruth Brown & Big Joe Turner. Alhasil saya putuskan untuk mengadopsi sub genre tersebut di karya kolaborasi ini dengan irama rhumba sebagai pondasi yang dimaksudkan untuk mengajak orang menari,” bebernya.

Dalam prosesnya, lagu “NaNaNa” dikerjakan di Kamar Kreasi Record, Garut. Lagu ini turut dibantu  oleh Resky Saputera pada piano, Aldo Muziana (bass), Aldy Nugraha Noor Maasir (trombone) dan M. Wildan Nurhakim (saxophone alto). Resky Saputra juga bertindak sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk polesan akhir audio atau mixing dan mastering. Sedang untuk video musiknya, Nissan Fortz mempercayakan kepada para sineas muda Richmadenda, Sancaka, Lutfi Raihan dan kolaborasi artistik bersama Magenta Langit dan Djarwo Edhie.

Lebih jauh, perilisan “NaNaNa” sendiri merupakan langkah atau upaya Nissan Fortz melakukan perjalanan musikal ke liga yang baru. Belakangan, berbagai upaya kolaborasi lintas genre memang tengah gencar ia upayakan sebisa mungkin. Atau dengan kata lain ia hendak mengabarkan bahwa kreatifitas bermusiknya terus melaju meski situasi serba sulit di seluruh dunia ini menghantui dan hal ini juga bisa dibilang sebagai secercah informasi bahwa album solo ketiganya akan segera tiba dan dengan banyaknya perubahan persona musikal. Namun sebelum itu, simak terlebih dahulu single “NaNaNa” melalui tautan di bawah ini.

BACA JUGA - Sumpah Serapah Era Kehancuran Dari MYTH! Ih Serem!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner