Musik Religi di Indonesia: Beneran kontemplasi atau ikut tren saja?

Musik Religi di Indonesia: Beneran kontemplasi atau ikut tren saja?

Musik seharusnya memang bisa bicara lebih dan dituangkan dalam barisan lirik yang menyentuh telinga, hati, dan pikiran banyak orang, baik itu dalam bentuk pengamatan dari luar dirinya seperti tema-tema politik, atau pun hasil pengamatan (refleksi dan kontemplasi) dari dalam dirinya, yang kemudian berbuah lirik lagu religi

Lagu religi di Indonesia memiliki daya tarik yang kuat bagi pendengarnya. Dari lagu-lagu yang memotivasi hingga yang mendalam, musik ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya musik Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, tren ini semakin berkembang dengan berbagai genre dan artis/musisi yang ikut meramaikannya. Diantara pergerakan ini, ada beberapa nama besar yang telah memimpin arus utama seperti misalnya Bimbo dan Gigi.

Bimbo telah lama menjadi ikon musik religi di Indonesia. Dengan harmoni vokal yang khas dan lirik yang sarat makna, Bimbo berhasil menembus hati pendengar dari berbagai lapisan masyarakat. Lagu-lagu seperti “Sajadah Panjang” atau pun “Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya” telah menjadi ‘pemandu spiritual’ bagi banyak orang di Indonesia. Bimbo tidak hanya menyampaikan pesan keagamaan, tetapi juga menghadirkan rasa ketenangan dan kedalaman melalui musik mereka. Kontribusi mereka telah menjadi pendorong bagi tren musik religi di Indonesia, menginspirasi generasi baru untuk mengeksplorasi ekspresi spiritual melalui seni.

Sementara itu, Gigi, band rock terkenal Indonesia, telah membawa dimensi baru ke dalam musik religi dengan pendekatan yang berbeda. Dengan membawakan lagu-lagu religi yang hits Bimbo dan ‘musisi religi’ lainnya Gigi menggabungkan kekuatan musik rock dengan pesan-pesan spiritual yang kuat. Mereka berhasil merangkul spiritualitas dalam konteks musik yang enerjik dan penuh semangat, menarik perhatian tidak hanya para pendengar yang sudah mengenal musik religi, tetapi juga penggemar musik rock. Keberhasilan Gigi dalam menyatukan dua genre ini telah memberikan kontribusi signifikan terhadap evolusi musik religi di Indonesia.

Membuat lagu religi bisa jadi tricky jika hal tersebut tidak dibarengi dengan ketulusan saat membawakannya, apalagi jika hanya mengejar momen Ramadhan atau lebaran saja. Meski sebenarnya semua orang sah sah saja membuat lagu religi, apapun tujuannya. Tapi rasanya semua hal yang berasal dari hati akan sampai di hati lagi, apalagi konteks religi yang sifatnya sangat personal. Rasanya akan terbaca mudah, mana yang membawakannya dari hati atau pun hanya karena materi. Tapi balik lagi, semua sah-sah saja membawakan lagu religi, apapun tujuannya.

Dalam konteks lagu-lagu yang dibawakan oleh Bimbo dan Gigi, keduanya secara terang benderang membawakan lagu ‘unsur religi’ dengan memasukan unsur-unsur yang memang lekat dengan agama. Tapi ada juga yang membawakan lagu ‘religi’ melalui metafora/perumpamaan yang mengarah pada perjalanan spiritualitas, seperti misalnya saja ada Ahmad Dhani yang merilis lagu “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada”, “Satu”, serta “Kuldesak”.

Uniknya, dalam sebuah wawancara Dhani mengaku jika ekspresi spiritualis yang dia tuangkan dalam lagu-lagunya ternyata bukan merupakan refleksi atau kontemplasi murni dari dirinya, melainkan kutipan dari tokoh-tokoh islam terkenal, hingga kutipan dari ayat suci Al-Quran, seperti dengan apa yang dia tulis di lagu “Kuldesak”. Selain itu dua tokoh islam terkenal seperti Rabi'ah Al-Adawiyyah (seorang perempuan penyair sufi) dan Syeikh Siti Jenar menjadi acuan Dhani untuk mengutip ‘kata-kata spiritualis’ hingga kemudian diaplikasikan ke dalam lirik lagunya.

Ada banyak lagi sebenarnya musisi/band yang mengetengahkan tema spiritualitas ke dalam karyanya, dari mulai band Konspirasi lewat lagu “Melawan Rotasi”, atau mungkin Pure Saturday dengan lagu “Elora” yang menggambarkan romansa dengan Tuhan, lewat penggambaran cahaya yang terang. Memang tidak secara terang benderang, akan tetapi esensi dari nilai-nilai spiritualitas bisa terasa disana. Hal itu bisa jadi tren positif yang menarik dalam khasanah musik dalam negeri, atau bisa sesederhana menjadi alternatif lain dari tema lirik seputaran cinta atau tema perselingkuhan misalnya.

Musik seharusnya memang bisa bicara lebih dan dituangkan dalam barisan lirik yang menyentuh telinga, hati, dan pikiran banyak orang, baik itu dalam bentuk pengamatan dari luar dirinya seperti tema-tema politik, atau pun hasil pengamatan (refleksi dan kontemplasi) dari dalam dirinya, yang kemudian berbuah lirik lagu religi misalnya. Karena lepas dari lagu religi atau bukan, baiknya musik harus bisa menggerakan. Entah menggerakan badan, atau menggerakan perasaan.  

Tren musik religi di Indonesia terus berkembang dan meluas, dengan kontribusi yang signifikan dari berbagai artis dan genre musik. Melalui peran ikonik Bimbo, eksplorasi spiritual dalam rock dari Gigi, dan kehadiran segar band indie lokal, musik religi telah menjadi bagian penting dari pemandangan musik Indonesia. Dengan pesan-pesan yang mendalam dan ekspresi kreatif yang beragam, musik religi terus menginspirasi dan memperkaya kehidupan spiritual pendengarnya, menjadikannya sebagai salah satu tren yang menarik dalam industri musik Indonesia saat ini.

Musik dan nilai-nilai agama  memang banyak dimaknai beragam oleh banyak orang. Pro kontra selalu ada, dari yang membolehkan hingga yang melarang. Semua punya pemikiran masing-masing, bebas saja semua orang berangkat dari buah pikir dan landasan yang berbeda, hanya saja hal tersebut jangan jadi alasan untuk kita terpecah belah, karena selain menggerakan, harusnya musik juga bisa menyatukan.  

BACA JUGA - Rahasia di Balik Persaingan Sengit Efek Digital Indonesia

Obo 'Sendal Jepit'

Obo merupakan drummer dari band Sendal Jepit, Bandung Inikami Orcheska, dan Saratuspersen. Selain itu dia juga merupakan salah satu pengajar di Ngedrum Skool, dan belakangan Obo rutin membuat konten di kanal Youtube Ngedrum

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner