Pengaruh JRPG dalam Musik The Panturas

Pengaruh JRPG dalam Musik The Panturas

Michiko Naruke, sang komponis, tidak pernah gagal memuaskan telinga saya. Wild Arms 2 merupakan gim dengan dua kaset dan memiliki musik intro masing-masing di kedua kasetnya, dan dua-duanya enak untuk didengar. Berbeda dengan judul sebelumnya, Wild Arms 2 menjadikan terompet sebagai instrumen utama di bagian terpenting lagu. Kedua intro ini membuat saya sadar akan kemegahan terompet dan membuat saya berpikir, “Suatu saat nanti saya harus bikin musik dengan terompet.” Karena itu, saya begitu bergairah saat Lobster Brass Combo ikut dalam formasi live dan sesi rekaman The Panturas. Selain itu, hal tersebut juga membuat saya berpikir bahwa saksofon kalah jauh dibanding terompet di sisi kegagahan, mungkin karena saya mengenal saksofon dari musik-musik pop jaz wedding-an. The Panturas, tolong jangan memaksakan saksofon di musik kita ya!

Dari segi pilihan nada, saya tidak begitu merasakan ada yang spesial dari musik Wild Arms 2. Mungkin saya yang kurang peka, tapi saya tidak merasakan ada “nada-nada yang seharusnya tidak di sana” dalam intro-intro tadi. Nuansa wild west kebanyakan ditimbulkan oleh pemilihan instrumen. Rasa itu sebenarnya muncul saat mendengarkan intro gim Wild Arms pertama namun karena saya mendengarkannya waktu bocah jadi tidak sadar. Perasaan serupa saya temukan lagi di Wild Arms 3, instalasi pertama serial ini untuk PS2. Ada progresi chord yang agak janggal di bagian verse intro gim ini. Naruke, yang masih bertanggung jawab di divisi komposisi scoring, menjadikan akor kedua menjadi mayor, padahal seharusnya minor, dan itu terdengar begitu koboi.

Saya memainkan Wild Arms 3 cukup (sangat) terlambat, maklum ayah saya tidak memasukkan pembelian konsol gim untuk anak di bujet keluarga. Saya pun tidak pernah punya prestasi berarti di sekolah jadi tidak punya nilai tawar untuk minta dibelikan. Jadi, saya baru memainkan gim-gim PS2 setelah memiliki laptop saat kuliah melalui emulator (maaf kepada para pengembang gim di mana pun Anda berada). Kebetulan, saat saya memainkan Wild Arms 3, The Panturas sudah mulai bosan dengan Mabuk Laut dan butuh materi tambahan. Saya pun mengambil inspirasi dari intro Wild Arms 3 dan tertarik untuk membuat lagu koboi. Akhirnya, terciptalah “Pintu Koboi”, materi The Panturas yang sampai saat ini belum direkam dan hanya pernah dimainkan di panggung. Mungkin, pengaruh RPG paling pragmatis dalam kehidupan bermusik saya adalah yang ini.

Seperti dalam film, musik bukan lah sajian utama dalam gim. Namun, ternyata banyak dari musik pengiring mereka yang layak dapat perhatian. Dalam tulisan ini, saya hanya berfokus pada musik JRPG dari sisi eksotismenya. Kalau dikembangkan lagi, masih banyak scoring gim yang punya sisi serupa. Itu ditambah pendekatan dari sisi lain akan membuat tulisan ini lebih panjang tiga sampai lima kali. Jadi, mari cukupkan sampai di sini.

BACA JUGA - Memangnya Masih Ada Yang Mau Baca Buku Musik Hari Ini?

Abyan Nabilio

Abyan Nabilio adalah pengangguran paruh waktu yang sering bingung menjelaskan dirinya sendiri, tapi yang jelas sekarang ia merupakan pentolan boneka (karena yang asli adalah Kuya) dari klub rok selancar kontemporer, The Panturas.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner