BERBAGI PENGALAMAN MENYOAL PEREKAMAN DAN PRODUKSI AUDIO
Bermodal audio interface, device computer dan instrument music, kini semuanya bisa berkarya sendiri tanpa batas
Masih teringat dalam benak saya pada medio 2009-an melakukan perekaman di salah satu studio rekaman di Bandung. Mungkin saat itu teknologi tidak secanggih sekarang, tapi beberapa alat yang mungkin saat itu sudah ‘canggih’ pada masanya.
Namun pertanyaan yang muncul dibenak—seperti selayaknya bocah ingusan yang baru menemukan mainan baru—bagaimanakah alat itu bekerja? Sistem yang digunakan seperti apa? kenapa signal gitar yang saya mainkan bisa ada di dalam sebuah komputer dengan tanpa latency. Sejak saat itulah saya tertarik dengan dunia produksi audio khususnya produksi musik.
Dari pengalaman pertama tersebut muncul satu hal: Ketidakpuasan atas hasil rekaman tersebut. Ya maklum, namanya juga perdana, tidak ada yang sempurna. Dan juga banyak faktor atas ketidakpuasan yang saya rasakan dengan hasil rekaman pertama saya, seperti persiapan yang kurang mendetail dalam pemilihan ampli guitar dan bass, pemilihan microphone, maupun penggunaan pre-amp. Karena pada saat rekaman pertama itu saya hanya berfokus pada materi lagu, tidak dengan produksi audio secara keseluruhan.
Pembelajaran Besar Recording Pertama bersama Demigod
Menyoal pengalaman pertama untuk merekam sebuah lagu, semuanya datang ketika saya berada di band Demigod. Dengan bermodalkan pengetahuan dari internet dan tanya sana- sini terkait dengan produksi audio, saya coba memberanikan diri untuk mengerjakan promo album Demigod yang berjudul Schizofrenia.
Bermodalkan tekad, komputer jadul dengan soundcard on-board, lalu dipersenjatai digital multi-effects, album tersebut saya coba kerjakan sendiri. Namun ternyata, itu semua tidak cukup. Masih banyak (sekali) kekurangan pada kala itu. Namanya juga dengan alat seadanya dan pengetahuan yang belum luas, ya hasilnya tidak bisa maksimal.
Dari pengalaman berharga itu, saya memutuskan untuk memperdalam tentang dunia recording audio. Entah itu dari workshop audio sampai dengan belajar ke beberapa ‘suhu’ di bidang ini seperti Andri Extend yang merupakan live mixer Jasad dan Zoteng gitaris Forgotten yang juga produser untuk beberapa band metal besar di Bandung.
Berawal dari sana, semua seakan membuka jalan saya untuk terjun di recording. Dimulai dengan merogoh kocek untuk beberapa hardware audio seperti audio interface dan mic pre-amp. Meskipun saat itu masih berstatus mahasiswa yang pengeluaran sehari-hari ‘disubsidi’ oleh orang tua. Sedikit curhat.
Seakan dibukakan jalan, setelah mendapatkan banyak pembelajaran serta mengisi otak dengan pengetahuan untuk rekaman, saya coba untuk memproduksi EP Album perdana Demigod. Berjudul Birth of The Damned, hasil karya ini bisa dibilang ‘oke’ untuk pemula pada kala itu. Setidaknya itu yang diucapkan kawan-kawan dekat.
Dimulai dari itu, beberapa kawan mencoba untuk meminta saya dalam pengerjaan produksi musik. Lalu, lahirlah Crows Music Studio yang saya dirikan sebagai wadah bagi saya dalam menuangkan segala ide dan pikiran dalam merekam sebuah lagu menjadi karya.
Keterlibatan dalam Produksi Album Jasad ‘5’
Setelah saya menjadi member Jasad pada tahun 2015, saya ditunjuk oleh Ferly Jasad untuk menggarap produksi musik Album Jasad yang terbaru. Jujur pada saat itu mungkin mental saya masih belum cukup ataupun siap untuk mengambil tanggung jawab ini. Bukan tanpa alasan, Jasad sendiri sudah mempunyai beberapa album yang produksi musiknya sudah menjadi referensi atau acuan untuk band death metal di Indonesia. Apalagi salah satu album Jasad yang berjudul Rebirth of Jatisunda dikerjakan oleh mentor saya, Zoteng Forgotten.
Namun saya teringat dengan “Cogito Ergo Sum”, sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes yang artinya “aku berpikir maka aku ada”. Ungkapan itu membangun mental saya dan menunjukkan ‘kehadiran’ saya di dalam album ini. Dari semangat itu, saya berharap album yang saya garap bisa lebih baik dan sesuai dengan harapan.
Dalam pengerjaan produksi album Jasad ‘5’ ada beberapa studio yang terlibat seperti Masterplan Recording Chamber untuk recording drum, Extend Studio untuk recording guitar, bass dan vocal. Dan untuk post-production edit, mixing dan mastering digarap di Crows Music Studio.
Album ini sendiri memakan durasi waktu yang cukup lama. Untuk editing drum seperti quantizing dan drum replacing saja saya membutuhkan waktu sampai 8 jam lebih untuk satu lagu. Dan tentunya saya melakukan ini 5 kali atau total kurang lebih 40 jam hanya untuk melakukan editing drum. Belum lagi editing gitar, bass dan vokal. Sangat membosankan bukan?
Selesai dari proses editing dan segala macam, proses mixing album ini juga tak kalah menantang. Di awal, beberapa goals dalam mixing-an ini yang saya kejar cukup banyak diantaranya:
- Tone guitar dengan karakter low-mid yang smooth.
- Clarity picking dan attack yang jelas.
- Blending dengan blast beat drumming.
Semua itu menjadi ‘kejaran’ saat proses mixing karena pattern gitar one stroke per note dan blast beat sangat banyak pada album ini, tone bass dengan low end yang besar dan berdistorsi serta aksen picking yang kuat.
Di sisi lain, karakter vocal growl dan guttural harus terdengar jelas, bertenaga, dan menyatu dengan musik. Dari beberapa poin tersebut, semuanya menjadi poin-poin yang harus menjadi ceklis tersendiri dalam proses mixing yang berlanjut pada mastering. Semuanya demi hasil lagu yang bisa sesuai baik dari teknis maupun non-teknis.
Setelah melewati proses itu, hasilnya? It’s possible! Segala keraguan di awal bisa sirna Ketika mendengar hasil dari produksi ini.
Lalu, Apa Sih Sebetulnya yang Mau Saya Bagikan? Dari perjalan panjang tersebut mulai dari rekaman dan produksi musik pertama kali yang kurang memuaskan, belajar ke sana-sini tentang recording, mendirikan studio rekaman, sampai dengan terlibat dalam proses album Jasad, semuanya bergabung menjadi sebuah ‘pengalaman’ yang pada akhirnya mengkoneksikan titik-titik yang terpisah.
Saya yakin dalam hal apapun terutama dalam merekam dan memproduksi sebuah audio, akan ada percampuran antara tekad, pengalaman, serta keinginan untuk terus belajar. Apalagi melihat perkembangan teknologi yang semakin pesat, ketinggalan dikit bisa membuat kita kelabakan.
Semoga curhatan pengalaman ini bisa menjadi ‘teman’ bagi kawan-kawan yang ingin memulai produksi audio ataupun lagu.
Comments (0)