Kompromi Pasif-Agresif: Nasib Punk Rock di Era Cancel Culture

Kompromi Pasif-Agresif: Nasib Punk Rock di Era Cancel Culture

Saya bukan bermaksud untuk membela apa yang Fat Mike dan Dickies lakukan di sini. Tentu dalam konteksnya masing-masing mereka berdua salah dan sangat teledor, tapi merunut dari dua kejadian tersebut, saya jadi terpikirkan sesuatu. Apakah punk rock, si musik rock total-fuck-you yang menjunjung tinggi kebebasan (dan kadang absurd), akan tetap bisa bertahan di era cancel culture seperti sekarang yang serba political correct dan pro-justice?


Fat Mike, vokalis NOFX yang sempat kena 'cancel' (via loudwire.com)

Tidak terbayang di kepala saya rasanya ketika musik yang identik dengan jargon kebebasannya harus terkekang aturan tak tertulis untuk berekspresi dan bertindak supaya tidak membuat orang lain pundung dan dihakimi secara virtual. Bukankah selama ini punk rock dipercaya dan dianggap sebagai musik pseudo-pergerakan kebebasan bersuara? Ini sungguh ironis dan membingungkan. Bayangkan saja, musisi yang liriknya sama sekali tidak ofensif seperti Hindia pun masih rentan ancaman cancel, apalagi punk rock yang lirik lagu dan elemen di sekitarnya yang ugal-ugalan? I’ll leave that imagination to you, friend.

Saya rasa kompromi yang bisa dikulik untuk punk rock adalah perspektif narasi di dalam karyanya. Dalam konteks ini dan di masa seperti ini, punk rock seharusnya bisa mencari cara untuk jadi dinamis dan cepat tanggap terhadap perubahan zaman agar tetap relevan dan nakal. Tidak seterusnya menjadi bebal akan cara tradisional. Ambil contoh apa yang dikoarkan oleh Sex Pistols, gelombang hardcore 80-an atau Bad Religion. Mereka punya medan perang tersendiri yang mereka coba ledakan lewat punk rock di masanya masing-masing. Mungkin saja ranah yang bisa dikembangkan di ada di bagian narasi lagu atau pun repertoar. Mungkin saja konsep pasif-agresif bisa digunakan di dalam punk rock. I mean, why not? Selama ini mungkin punk rock sudah sangat konfrontatif lewat serangan di narasi dan citranya. Mungkin ini saatnya punk rock bermain gerilya dan menyerang ala kuda Trojan di mitologi Yunani. Who knows?

Prabu Pramayougha

Prabu Pramayougha adalah personil band poppy punk rock asal Bandung, Saturday Night Karaoke dan juga seorang buruh tulis, penyunting artikel, dan konseptor beberapa program multimedia di sebuah media musik di Bandung.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner