Kompromi Pasif-Agresif: Nasib Punk Rock di Era Cancel Culture

Kompromi Pasif-Agresif: Nasib Punk Rock di Era Cancel Culture

Saya jadi teringat akan ucapan Ian Mackaye tentang makna punk rock bagi dirinya. Dia menganggap kalau punk rock baginya adalah sebuah free space. Free space dalam artian bisa dileburkan ke dalam berbagai bentuk, entah itu musik atau pun media apa pun. Saya rasa kalau dikaitkan dengan konteks kompromi pasif-agresif yang saya sebutkan tadi, metode Ian Mackaye soal free space bisa diaplikasikan ke dalam narasi punk rock. Bisa saja alih-alih untuk bernyanyi frontal soal fuck the world atau fuck the government, para punk rockers malahan membuat lirik yang mengandung subliminal message untuk menyiratkan pesan tersebut. Memang sulit, tapi bukankah hal yang subliminal bisa lebih tertancap di alam pikiran bawah sadar manusia? Even if it sounds stupid, it’s worth to try. Intinya, selalu ada cara untuk berekspresi dan ide saya yang bodoh ini hanya satu dari sekian banyak cara yang bisa dicoba.

Hari ini para so-called pendengar musik memang sedang high alert terhadap berbagai topik, terutama yang bersifat humanis dan sensitif. Saya pun paham betul para SJW dan netizen lainnya sebetulnya sedang mencoba untuk berbuat kebajikan dengan mengimplementasikan norma-norma sosial dari informasi di internet dan berbagai ruang diskusi melalui berbagai unggahan dan respon virtualnya. Tapi semua itu seharusnya tidak menghambat punk untuk tetap geram dan berekspresi. Tinggal pilihan metodenya saja untuk bisa tetap menerjang dan mengekspresikan diri.

Saya pun berharap dan berdoa supaya para punk rockers bisa sama-sama berevolusi dan berpikir cerdas untuk menghantam fenomena cancel culture yang konyol tersebut dengan caranya masing-masing. Karena mau tidak mau, narasi bebas bernuansa nakal, politikal, atau banal memang diperlukan di punk rock. Yang tentunya, tersirat tapi tetap menghantam. Well, memang sulit rasanya kalau dipikir-pikir. Mengingat preferensi orang terhadap suatu topik atau humor – sebuah praktik yang umum ditemui di punk rock – itu berbeda-beda. Seandainya memang sulit, let’s just do it the old school way and see how we can survive the war.

BACA JUGA - Menguak Esensi Humor Pada Musik (Pop) Punk Rock

Prabu Pramayougha

Prabu Pramayougha adalah personil band poppy punk rock asal Bandung, Saturday Night Karaoke dan juga seorang buruh tulis, penyunting artikel, dan konseptor beberapa program multimedia di sebuah media musik di Bandung.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner