Tren Y2K Tanda Serpihan NU Metal yang Bangkit Lagi?
Sumber Foto : Diambil dari dokumentasi Ilham Fadhilah
Meskipun tidak berkaitan secara langsung, namun tren Y2K rasanya bakal jadi pemantik kalau hal-hal populer di tahun 2000-an akan mengikuti porosnya untuk kembali diminati – salah satunya, genre NU Metal yang sudah ditinggalkan dalam satu dekade terakhir
Konon katanya, poros tren memang akan selalu bergerak berputar. Namun ada juga yang beranggapan kalau hal itu hanya jadi bukti sifat ketidak-pernah-puasan manusia – di era vintage ingin modern, di era modern ingin kembali vintage. Entah apapun yang kamu imani, saya cukup yakin kalau sekarang kita sedang kembali menapaki tahun ‘90-an akhir/2000-an awal, tentunya hanya dari segi tren fesyen, musik dan lingkupnya, bukan harga kebutuhan pokok apalagi bahan bakar.
Masih dalam konteks tadi, kali ini kita mengenal terms Y2K – istilah yang menggambarkan sesuatu berbau 2000-an. Dari segi mode, hal ini cukup terlihat jelas dengan bagaimana items yang mungkin tidak akrab dengan mata pada satu dekade terakhir karena dianggap kuno menjadi sesuatu yang diminati kembali oleh anak muda. Jorts, baby tee, trucker hat hingga siluet sneakers macam Adidas Superstar yang representatif buat era itu jadi highlight kenapa latar waktu dari tren ini adalah tahun 2000-an.
Bagi generasi yang mengalami langsung era itu, saya yakin kamu menyadari betapa era pra internet tersebut mesentralisasi tren lewat apa yang ditayangkan di TV dan radio. Bagi sebagian orang, tak sedikit mereka yang menyedot tren untuk kemudian diaplikasikan secara pribadi hanya lewat medium tersebut. Namun di era serba mudah menyomot preferensi seperti hari ini, saya cukup punya pertanyaan mengapa malah tren 2000-an yang kembali diadaptasi?
Bisa jadi ini juga sebatas nostalgia-nostalgiaan belaka yang secara sengaja-tak sengaja jadi happening. Memang orang selalu tertarik dengan sensasi, namun saya rasa belum ada momentum puncak dan membuat tren ini akhirnya digandrungi. Ah, mungkin bagaimana mode ini disampaikan lewat grup musik macam NewJeans jadi faktor besar lainnya.
Dari sisi yang lain, saya juga sedikit mengira sosial media macam TikTok bertanggung jawab besar akan hal-hal semacam ini. Kasusnya? Lihat bagaimana Deftones yang saat ini ‘dieksploitasi’ habis-habisan oleh Gen Z; mereka yang notabenenya terlalu muda dan sebenarnya masih punya tumpukan band bagus lain di generasinya, namun masih menjadikan unit asal Sacramento tersebut sebagai benchmark seakan-akan mereka lahir di awal tahun ‘90-an.
Kembali pada poin nostalgia tadi, rasanya NU Metal ini jadi salah satu musik yang mesti kita sebutkan jika bicara momentum 2000-an. Musik yang saya rasa tak pernah mencapai peak-nya selain di era itu. Bahkan, umurnya tak sampai ke dekade selanjutnya, meskipun di tahun dua ribu belasan band macam Linkin Park dan Staind masih merilis album, namun rasanya itu belum cukup kuat untuk memecut gairahnya seperti sedia kala. Sehingga, generasi yang tak mengalami era itu secara langsung tak pernah merasakan euforianya.
Maka, munculnya gelombang Y2K jadi ajang tepat untuk kembali mengenang bagaimana tren musik yang berlaku di era rujukannya itu. Jika berbicara tahun 2000-an, NU Metal bukan hanya sekedar populer, namun sudah menjelma jadi semacam wabah buat musik rock global. Baik dari segi estetika, musik dan dandanan, semuanya jadi paket lengkap yang bakal merepresentasikan suatu era secara spesifik. Menurut saya ini momen yang menarik lintas generasi; mereka yang merasakannya akan terbawa nostalgia, mereka yang tak mengalaminya merasa lebih ingin tahu karena ke-ikonik-annya.
Meskipun jika berbicara lini waktu tahun 2000-an, tak hanya NU Metal yang punya porsi besar, melainkan berbagai ceruk musik macam melodic punk, screamo (MTV) dan RnB juga sedang banyak diminati era itu. Namun dibanding musik lainnya, saya rasa hanya NU Metal yang stagnan dan umurnya lebih pendek, sementara musik lainnya terus mengalami evolusi hingga bentuknya sedemikian rupa saat ini.
Karena umurnya yang cenderung pendek dan tak pernah berhasil melakukan evolusi yang menarik setelahnya, NU Metal bisa dianggap sebagai mahluk punah dan tren Y2K ini semacam penemuan serpihan fosilnya yang menandakan tanda-tanda kehidupan sekaligus memperlihatkan ciri serta karakteristiknya. Maka dari itu, tak ada kemungkinan lain untuk melacaknya selain kembali digging ke era 2000-an.
Yah, meskipun kesannya NU Metal sudah sepenuhnya usang, namun pengaruhnya masih terwariskan sampai sampai hari ini. Mereka bereinkarnasi lewat musik dan mode yang dihasilkan oleh nama-nama yang cenderung baru. Mungkin, orang-orang ini melihat potensi pasar yang akan kembali melihat ke arah sana.
Dari sisi musik, beberapa band masa kini masih melakukan formula pendekatan NU Metal secara sound dan formula musik. Band-band macam Fleshwater, Loathe, Moodring hingga Don Caballero saya rasa yang cukup merepresentasikan bagaimana jadinya NU Metal jika berevolusi. Meskipun tak ada claim pasti dari mereka bahwa mereka adalah NU Metal, namun tetap rasanya ini sebuah fenomena nyata yang jika dicocoklogikan, cukup mendukung.
Sementara dari pasar mode, label streetwear macam Stray Rats dan Brain Dead beberapa waktu lalu sempat berkolaborasi bersama band-band seperti Deftones dan Korn. Dengan masih menonjolkan karakteristik graphic dari band tersebut yang raw, bahkan beberapa apparel yang dikeluarkan cukup merepresentasikan 2000-an, macam zipper hoodie atau raglan shirt.
Bahkan Adidas sempat merilis kembali siluet Superstar dalam kolaborasinya bersama Korn. Padahal, brand-brand tersebut tidak bisa dibilang sebagai brand yang angin-anginan mengikuti tren semudah itu. Bisa jadi ini bentuk homage, namun kemungkinan lainnya adalah mereka melihat memang penampilan yang dibawa oleh kultur NU Metal memang dianggap timeless.
Beberapa tanda barusan cukup membuat saya yakin jika NU Metal sebenarnya masih relevan dan masih menarik untuk disimak. Meskipun belum bisa menganggapnya benar-benar revival. Mungkin satu dekade sebelumnya, kita hanya sebatas jenuh, di sisi lain NU Metal pun belum menemukan format yang tepat untuk bisa relevan dengan generasi selanjutnya tanpa dalih “romantisasi”, karena jika hanya mengandalkan ajang nostalgia, kita harus menunggu 10-20 tahun sekali untuk bisa relevan, itu pun jika kita mengimani tren itu benar-benar jalan berputar.
Comments (0)