Musik, Gimik, dan Susahnya Feel Koplo Lepas Dari Stigma Grup Musik ‘Bodor’

Musik, Gimik, dan Susahnya Feel Koplo Lepas Dari Stigma Grup Musik ‘Bodor’

“Nilainya kembali lagi ke pendengar kita, kita gak bisa memaksakan, kita itu serius atau bercanda, atau mungkin kita itu serius dalam bercanda”

Mengawali karir bermusik dengan tampil di sebuah acara perayaan malam Helloween di Bandung, Feel Koplo mencoba meramu musik-musik pop Indonesia yang diremix dengan musik dangdut. Pada akhir tahun 2020 Feel Koplo hadir dengan single perdana yang berjudul “Akulturasik”, sampai akhirnya pada bulan Maret 2021 mereka meluncurkan mini album perdananya yang berjudul A Culture A 6. Rilisan ini berisikan enam lagu di dalamnya, - tiga lagu orisinal dan tiga remix dari teman-teman Feel Koplo, yakni The Panturas, Closehead, dan Rocket Rockers-.

Ditemui disela-sela DCDC Pengadilan Musik, Feel Koplo menjelaskan tentang nama Akulturasik yang akhirnya mereka jadikan judul single dan mini album. Tentang hal ini sang vokalis dan penulis lirik, Maulfi Ikhsan menjelaskan jika nama Akulturasik sebenernya di ambil katanya dari Akulturasi. “Awalnya dari kata Akulturasi sih, karna emang sebelum kita belum bikin EP juga pas di interview kita suka bawa-bawa kata akulturasi ini. Emang musik feel koplo menyatukan berbagai budaya, kaya misalnya dari elektronik musik disatuin sama dangdut gitu. Terus kita plesetkan jadi akulturasik. Ya biar jadi asik aja ya, jadi akulturasik”.

Penamaan Akulturasik pun dipilih menjadi single mereka dengan judul yang sama. Menariknya, dalam lagu tersebut Feel Koplo seolah mengubah identitas bermusiknya, di mana secara musik single ini hanya sedikit saja memunculkan unsur koplo dalam olahan musiknya. Menjawab hal itu, Tendi dan Maulfi menuturkan jika sebenernya lewat single tersebut mereka ingin memberi tahu identitas musiknya Feel Koplo memang seperti itu. “lagipula penamaan koplo itu bukan karena diambil dari musik koplo, tapi diambil dari pil koplo, yang mungkin banyak orang identikan dengan suasana pesta. Nah kita ingin mengambil esensi itu”, ujar Maulfi.

Ketika disinggung soal mini albumnya tersebut duo ini menjelaskan jika ada alasan khusus kenapa mereka memasukan tiga lagu dari band Rocket Rockers, The Panturas, dan Closehead. “kalo kita tiba bikin EP full lagu kita, takutnya orang-orang kaget gitu. Sebelum ngasih full lagu-lagu sendiri kita mau bertahap, jadi masih ada lagu yang kita remix, biar ga kaget aja sih pendengar kitanya. Terus kebutuhan manggung juga sih, kan kayak emang Feel Koplo itu udah deket sama masalah royalty, nah jadi kebetulan ada kesempatan EP, kita kerja samanya sesuai kotrak dan bla bla bla bla, jadi bisa di Spotify bisa dijual belikan”, ujar Maulfi dan Tendi.

Kenapa band Bandung semua?

“kenapa band-bandnya orang Bandung semua ya karena lagi covid gampang ditemuin, terus udah idola gitu kan. Emang ya ada kesempatan kita bisa remix lagu-lagu yang dari dulu kita dengerin gitu. Jadinya mumpung sama-sama di Bandung jadi tek-tokannya gampang gitu” ujar Tendi.

Kebiasaan Feel Koplo yang kerap me-remix lagu musisi lain juga kemudian melahirkan pertanyaan menarik tentang royalti. Apakah musisi/band yang lagunya mereka bawakan mendapatkan royalti atau tidak? Diakui oleh mereka jika  dari awal mereka manggung mereka sering diberi tahu tentang adanya performing right. “awal-awal kita manggung udah sering yang ngasih tahu, ada loh performing right itu. Jadi waktu itu pas awal-awal banget kita tour Sumatera kita langsung urusin. Jadinya tiap kontrak, kalo Feel Koplo manggung itu ada pasal dimana pihak panitia kalo ngundang Feel Koplo harus membayar performing right ke lembaga yang mengurusinya. Jadi kaya band cover aja gitu, sebenarnya setiap kita manggung itu, bukan jadi tangung jawabnya Feel Koplo, tapi panitia yang mengurus masalah performing rightnya itu”, ujar Maulfi.

Bicara tentang koplo, tentu sebagai grup musik yang diidentikan dengan musik koplo, mereka kerap menerima respon yang beragam, dari mulai para penggemar koplonya langsung, atau bahkan segelintir netizen julid yang penasaran kenapa Feel Koplo nekat menjejali millenials dengan musik semacam itu. Dari mulai respon posiif hingga sentimen negatif pernah mereka dapatkan sebagai konsekuensi memainkan musik semacam itu. Pertanyaannya kemudian menjadi menarik kala disinggung soal apakah ada musisi koplo yang memberikan pernyataan sentimen negatif pada Feel Koplo.

Tendi dan Maulfi menuturkan jika dari musisi koplonya sih tidak ada yang secara langsung memberikan pernyataan/sentimen negatif, hanya beberapa penggemar musik koplo saja yang diakui mereka beberapa kali melontarkan sentimen negatif dengan musik yang Feel Koplo mainkan. “Di twitter sih yang rame tentang koplo. Jadi emang disana koplo itu mungkin rootsnya banget gitu yaa, jadi Feel Koplo muncul ada nama “Koplo”nya , sedangkan si Feel Koplo itu bukan berdasarkan genre koplo tapi pelesetan dari pil koplo. Jadi mereka ngerasanya apanih feel koplo tapi musiknya ga koplo (engga koplo kaya roots musiknya disana kayak jawa tengah ) tapi dari segi musisi koplonya sih engga yaa, kita kan sering tuh sepanggung sama musisi yang rootsnya koplo, kayak Denny Caknan ya biasa aja, cuma di twitter doang sih”, ujar Maulfi, yang langsung diamini oleh Tendi.  

Tentang remix, royalti, hingga sentimen negatif dari penggemar koplo menjadi dinamika tersendiri bagi duo ini, pun ketika mereka diharuskan memutar otak untuk memberikan penampilan yang berkesan bagi penonton. Mensiasati itu, Feel Koplo kerap tampil dengan gimik-gimik lucu nan menggelitik di atas panggung. Tentang hal ini mereka menuturkan jika dari awalnya Feel Koplo itu ngerasa sepi karena cuma berdua. “ditambah personil yang ngga ganteng-ganteng amat, jadi kita harus mencari cara lain untuk memikat penonton. Selain untuk meramaikan, biar jadi omongan orang aja sih, biar seru juga. Jadi kenapa pake gimik-gimik ya emang sebenarnya gak semua panggung kita pakai gimik, kayak bawa dancer atau apapun itulah tergantung gimana panggungnya. Kalo stage gede biasanya kita harus bawa sesuatu biar panggungnya penuh, karena alat kita cuma laptop dan controller doang. Biar mengisi kekosongan di atas panggung aja”, ujar Maulfi yang juga diamini oleh Tendi.

Seringnya berpenampilan unik hal tersebut kemudian melahirkan asumsi jika Feel Koplo ini identik dengan sesuatu yang lucu atau bisa dibilang kental dengan unsur komedi, baik secara musik maupun gimik. Diakui oleh mereka jika hal tersebut menjadi masalah ketika mereka hendak membuat lagu sendiri untuk pertama kalinya. “udah mah hereuy wae (bercanda dalam bahasa sunda-red), bikin lirik serius tapi takut ngga kesampaian. Tapi setelah dipikir-pikir bikin karya mah harus jujur dan gak usah diada-ada. Jadinya kita pengen buat lagu apa, kita kepikiran liriknya kayak gimana yaudah kita sikat aja itu. Nilainya mah kembali lagi ke pendengar kita, kita gak bisa memaksakan, kita itu serius atau bercanda, atau mungkin kita itu serius dalam bercanda hahaha”, ujar Maulfi dan Tendi menutup perbincangan dengan DCDC.

BACA JUGA - Dinamika Melly Mono Menjalani Hampir Satu Dekade Bersolo Karir

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner